Management

Jurus Rima Tanago Kembangkan UMKM Sampoerna Retail Community

Rima Tanago, Direktur PT SRC Indonesia Sembilan (SRCIS).
Rima Tanago, Direktur PT SRC Indonesia Sembilan (SRCIS).

Rima Tanago mengisahkan pengalamannya menjadi Head of Zone PT HM Sampoerna Tbk. (HMSP) untuk regional Jawa Barat pada September 2019 – Desember 2020. Kala itu, dia kerap menyambangi para pedagang toko kelontong di Jawa Barat, antara lain di Kota Bandung.

Rima dan para pemilik toko kelontong berdiskusi untuk meningkatkan skala bisnis toko. Dia dan timnya menindaklanjuti diskusi ini untuk membenahi beragam aspek toko kelontong.

Pengalaman itu ada benang merahnya dengan peran Rima saat ini. Sejak Januari 2021 dia dipercaya sebagai Direktur PT SRC Indonesia Sembilan (SRCIS), perusahaan yang terafiliasi dengan HMSP dan berperan mendorong pengembangan usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM), khususnya warung kelontong yang terkoneksi dengan ekosistem Sampoerna Retail Community (SRC). SRCIS mengemban visi mewujudkan UMKM #JadiLebihBaik

“Saya bersyukur selama 18 tahun berkarier di HM Sampoerna berkesempatan untuk belajar berbagai hal, seperti customer centric, pemberdayaan, kerjasama, supply chain, dan leadership,” tutur Rima.

Kariernya di HMSP tergolong moncer. Berbagai jabatan diembannya di perusahaan ini di sejumlah daerah, mulai dari Junior Programmer Analyst (2005-2007) di Surabaya, Kepala Pengembangan Bisnis Komersial, Manajer Regional Sulawesi Utara, Manager Customer Service dan Manager Sales Strategic Planning & Budget Management di Surabaya.

Rima pun tak hanya jago kandang. Sebab, manajemen pernah menugaskannya sebagai Executive Sales & Operations Planning Philip Morris International di Lausanne, Swiss, pada Februari 2013 hingga Juli 2014. “Tugas saya di Swiss, antara lain, mengelola supply chain,” ujar Rima. Tuntas mengemban amanah di Swiss, Rima kembali ke Indonesia. Dia menjalani tour of duty di Surabaya, Manado, Bandung, dan Jakarta.

Pengalaman di berbagai jabatan itu direplikasi Rima untuk menakhodai SRCIS. “Saya dan tim berkoordinasi dan berdiskusi dalam berbagai aspek untuk mengembangkan program UMKM sektor ritel. Saya dan tim saling berbagi pengetahuan dan pengalaman,” ungkap Sarjana Komputer dari Sekolah Tinggi Teknik Surabaya (2005) ini.

Sebagai pemimpin perusahaan, dia mengimplementasikan metode partisipatif dan kolaborasi. “Kami saling bekerjasama lintas generasi, antara senior dan generasi milenial. Saya dan karyawan sering ngobrol-ngobrol di luar tema pekerjaan,” ucapnya. Diskusi ringan ini memperkuat hubungan kerja dan menciptakan semangat kekeluargaan.

Langkah Rima relatif ringan untuk memandu tim SRCIS menggeber program pemberdayaan dan pendampingan UMKM dari 2021 hingga tahun ini. Mereka berdisiplin mempraktikkan protokol kesehatan dan menyambangi toko-toko ritel tradisional binaan SRC.

Tim SRCIS membimbing pemilik toko untuk mempraktikkan manajemen pengelolaan toko, seperti penataan toko, strategi pemasaran, pengembangan SDM, manajemen keuangan, hingga pelayanan pelanggan. Toko kelontong dibenahi agar rapi, bersih, dan terang sehingga pelanggan nyaman saat berbelanja.

Rima bersama tim SRCIS juga bahu-membahu mengkreasikan ekosistem digital kepada UMKM..Kegiatan ini bertujuan memacu skala bisnis UMKM agar semakin meningkat dan omzetnya melejit. Kegiatan ini memantik peritel yang berjejaring ke SRC kian meningkat dari tahun ke tahun. Rima menjabarkan, pada kuartal III tahun ini di seluruh Indonesia ada 243 ribu toko SRC, yang tergabung dalam 8.200 paguyuban dan berkolaborasi dengan 6.300 mitra SRC yang merupakan toko grosir.

Ikhtiar Rima dkk. meningkatkan skala bisnis UMKM terefleksikan dari pertumbuhan jumlah UMKM (khususnya pelaku usaha toko kelontong) yang tergabung di SRC dan omzet toko di SRC yang di tahun 2022 mencapai Rp 236 triliun, atau setara dengan 11,36% dari total produk domestik bruto (PDB) Retail Nasional pada 2022 yang sebesar Rp 2.077,43 triliun.

“SRCIS menggelar berbagai program untuk membina UMKM, mulai dari inovasi, digitalisasi, dan kolaborasi. Berbagai program membina UMKM telah menciptakan dampak positif,” ungkap Rima.

Berdasarkan riset Kompas Gramedia Media, rata-rata omzet para pemilik toko yang tergabung di SRC itu senilai Rp 85 juta/bulan atau naik hingga 42%. Kemudian, 77% toko kelontong anggota SRC memiliki usaha tambahan sejak bergabung dengan SRC.

Lalu, 90% toko SRC mengadopsi digitalisasi melalui ekosistem digital Ayo by SRC. Angka tersebut jauh lebih tinggi dibandingkan dengan 10% toko kelontong non-SRC yang telah terekspos digitalisasi. Selain itu, toko kelontong di SRC membuka lapangan pekerjaan baru melalui penambahan karyawan.

Rima mengapresiasi insan SRCIS yang kreatif dan atraktif melaksanakan program pemberdayaan UMKM di SRC. “Pada 2023 ini program SRC sudah berlangsung selama 15 tahun. Kami berinovasi dan berimprovisasi untuk meningkatkan skala bisnis UMKM,” ucapnya.

Cikal bakal SRCIS bermula tatkala HMSP pada 2008 memprakarsai lahirnya SRC di Medan, Sumatera Utara. Dulu, hanya 57 toko kelontong di kota ini yang tergabung di SRC. Periode selanjutnya peritel tradisional yang bergabung ke SRC kian bertambah.

Lantas, SRCIS meluncurkan beragam inovasi untuk menyokong peritel tradisional SRC. Pada 9 Mei 2019, misalnya, aplikasi Ayo SRC diluncurkan untuk memudahkan anggota SRC dalam mengelola rantai pasok, berhubungan dengan pelanggan, serta mendapatkan informasi dan praktik bisnis termutakhir.

Pada 2023, SRCIS memutakhirkan aplikasi Ayo by SRC yang terdiri dari tiga aplikasi, yakni My Ayo by SRC yang disediakan bagi pelanggan toko SRC, Ayo Mitra by SRC untuk mitra grosir, dan Ayo Toko by SRC untuk toko kelontong.

Rima menyampaikan, SRCIS mengakselerasi literasi digital dan inklusi keuangan UMKM di SRC. Misalnya, bermitra dengan BRI atau Link Aja untuk memudahkan pembayaran pulsa listrik, telepon, hingga iuran BPJS, yaitu bisa dilakukan di toko kelontong.

Rima memperluas kemitraan bisnis di tahun ini. Contohnya, SRCIS dan PT Tirta Investama (Aqua) berkolaborasi untuk memudahkan konsumen memperoleh layanan pesan-antar berbagai produk Aqua pada platform digital yang dikembangkan oleh SRCIS, yaitu aplikasi Ayo Kelontong. Terjalin pula kemitraan SRCIS dan Grab, sehingga mitra SRC terkoneksi layanan digital dari ekosistem Grab.

Tak ketinggalan, SRCIS turut menyodorkan program Pojok Lokal untuk mendorong ekonomi masyarakat dengan memberikan tempat promosi produk lokal. Tercatat, omzet produk UMKM yang dipasarkan melalui Pojok Lokal di toko SRC 40% lebih tinggi dibandingkan omzet produk UMKM yang tersedia di toko kelontong non-SRC. Bahkan, total transaksi di Pojok Lokal mencapai Rp 5,65 triliun.

Kiprah SRCIS memberdayakan UMKM untuk naik kelas itu diapresiasi Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto. “Warung SRC membantu menjaga daya beli masyarakat, dan toko kelontong SRC menyediakan barang dengan harga terjangkau,” ujar Airlangga.

Ke depan, SRCIS merancang program UMKM toko kelontong SRC agar berinovasi, dan adaptif terhadap kebutuhan zaman. “SRC berfokus pada mentransformasi toko kelontong menjadi adaptif dan inovatif terhadap kebutuhan masyarakat masa kini. Sinergi antara ekosistem SRC dan pemangku kepentingan ataupun kolaborasi dengan mitra strategis juga terus kami optimalkan agar dampak dan kontribusi UMKM terus berkelanjutan,” Rima menandaskan.

Vicky Rachman

www.swa.co.id


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved