Capital Market & Investment

Faktor Pendorong di Balik Melonjaknya Harga Bitcoin ke US$42 Ribu

Ilustrasi mata uang kripto bitcoin (BTC). (sumber: Pixabay)

Pasar kripto kembali menghijau dengan naiknya harga BItcoin yang menembus hingga US$42.400 atau sekitar Rp 657 juta. Angka ini merupakan yang tertinggi sejak April 2022. Kenaikan ini disebabkan oleh sejumlah katalis.

Crypto Analyst Reku Fahmi Almuttaqin mengatakan selain dari optimisme terhadap persetujuan SEC untuk permohonan Exchange-Traded Fund Bitcoin yang diagendakan pada bulan Januari 2024 mendatang, kenaikan ini didorong juga oleh sejumlah katalis lain yakni rendahnya tekanan jual dari investor yang diukur berdasarkan data exchange netflow Bitcoin.

“Semakin rendah exchange netflow berarti semakin rendah pula kemungkinan investor untuk menjual aset. Melansir Into The Block, exchange netflow Bitcoin pada tanggal 2 Desember lalu negatif -3,32 ribu Bitcoin, kemudian masih negatif pada 3 Desember yakni -1,11 ribu Bitcoin,” kata Fahmi kepada SWA Online, Selasa (05/11/2023).

Artinya, Fahmi melanjutkan, lebih banyak Bitcoin yang investor pindahkan dari exchange ke dompet pribadi, daripada yang dipindahkan dari dompet pribadi ke exchange. “Hal ini menandakan investor lebih memilih untuk menyimpan atau hold Bitcoin yang dimiliki daripada menjualnya, meskipun harga sudah naik ke area $39.500 pada waktu itu,” ujar Fahmi.

Selain itu, sentimen pendorong lainnya yakni peran investor institusional yang terus mengakuisisi Bitcoin terlepas dari kenaikan harga yang terjadi. Microstrategy sebagai salah satu perusahaan terkemuka di dunia analytics, kembali membeli Bitcoin sekitar 16.130 koin atau setara US$593,3 juta secara tunai, selama periode 1 November dan 29 November tahun ini.

“Pembelian tersebut merupakan yang terbesar setelah pembelian yang dilakukan pada Februari 2021 lalu dan membuat Microstrategy dan anak perusahaannya saat ini memiliki total 174,530 Bitcoin. Padahal, seperti yang kita tahu, harga Bitcoin di bulan November sudah naik dan berada pada area di atas US$34 ribu dibandingkan pada Oktober yang masih di kisaran US$26 ribu.” ungkap Fahmi.

Peran aktif investor institusional dalam pasar kripto ini, lanjut Fahmi, turut mendorong peningkatan harga Bitcoin. Adopsi investor institusional berperan penting dalam performa harga Bitcoin. Keputusan institusi untuk membeli Bitcoin menjadi indikasi meningkatnya kepercayaan mereka terhadap aset kripto yang dapat meningkatkan legitimasi aset kripto serta turut meningkatkan kepercayaan diri investor ritel secara umum.

“Selain itu, masuknya investor institusional juga mendorong capital inflow yang besar ke dalam pasar kripto. Di mana hal ini juga dapat mempengaruhi harga,” kata Fahmi menegaskan.

Kemudian sentimen selanjutnya yang mendongkrak harga Bitcoin adalah kepercayaan investor terhadap akan dihentikannya siklus kenaikan suku bunga The Fed dan dimulainya siklus penurunan suku bunga yang mungkin akan terjadi pada kuartal pertama 2024 nanti. Sentimen ini cukup berkembang menjelang pertemuan penentuan kebijakan suku bunga The Fed pekan depan.

“Optimisme investor terhadap berhentinya siklus kenaikan suku bunga selain didorong oleh keputusan The Fed untuk mempertahankan tingkat bunga yang ada pada pertemuan sebelumnya, juga didorong oleh perkembangan data ekonomi yang menunjukkan tantangan pertumbuhan ke depan, termasuk mulai melemahnya sektor tenaga kerja, dan mulai menurunnya tingkat inflasi. Investor mulai bersiap menghadapi siklus baru penurunan suku bunga tersebut dengan mulai mengambil posisi di aset kripto,” kata Fahmi.

Editor : Eva Martha Rahayu

Swa.co.id


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved