Kondisi Jasa Keuangan di Tengah Penurunan Ekonomi yang Berlanjut
Rapat Dewan Komisioner Bulanan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) pada November 2023 menilai stabilitas sektor jasa keuangan nasional terjaga, didukung oleh permodalan yang kuat dan likuiditas yang memadai. OJK menilai sektor jasa keuangan mampu menghadapi berlanjutnya penurunan pertumbuhan ekonomi dan tingginya ketidakpastian global.
Ketua Komisioner OJK Mahendra Siregar menjelaskan, indikator ekonomi terkini menunjukkan ketidakpastian pergerakan ekonomi secara global, di tengah membaiknya tingkat inflasi menuju level pra pandemi khususnya pada negara advanced economies. Sentimen di pasar keuangan cenderung positif didukung peningkatan ekspektasi berakhirnya siklus kenaikan suku bunga global, setelah rilis data ketenagakerjaan Amerika Serikat serta berlanjutnya penurunan tingkat inflasi.
“Optimisme juga turut dipengaruhi peluncuran insentif fiskal, moneter, dan sektor keuangan di Tiongkok untuk menahan penurunan kinerja perekonomian. Hal ini termasuk mengatasi permasalahan di sektor properti,” kata Mahendra dalam konferensi pers yang disiarkan via daring.
Sementara itu, tensi geopolitik global melanjutkan peningkatan seiring berlanjutnya konflik di Timur Tengah dan kemenangan sayap kanan di beberapa negara. Namun demikian, dampaknya terhadap harga minyak dan energi masih terbatas mengingat masih berlanjutnya tren pelemahan permintaan. Selain itu, tekanan kenaikan harga komoditas pangan diharapkan mereda seiring pelemahan El Nino yang terjadi saat ini.
“Perkembangan tersebut di atas mendorong penguatan pasar keuangan global dan juga penurunan volatilitas baik di pasar saham, surat utang, maupun nilai tukar. Investor non-residen juga mulai masuk ke pasar keuangan emerging markets, termasuk Indonesia setelah dalam 3 bulan sebelumnya melakukan sell-off yang cukup signifikan,” ucapnya.
Di domestik, pertumbuhan PDB Q3 2023 tercatat sebesar 4,94% yoy (Q2 2023: 5,17%n yoy), didukung oleh masih tingginya pertumbuhan konsumsi rumah tangga dan investasi bangunan. Tingkat inflasi juga terjaga rendah di level 2,5% yoy (Oktober 2023: 2,28% yoy), sementara itu ekspor masih terkontraksi (-4,26% yoy).
“Secara umum, leading indicators perekonomian nasional masih cukup positif. D antaranya ditunjukkan oleh neraca perdagangan yang masih surplus, konsumsi semen domestik yang meningkat, dan PMI Manufaktur yang masih ekspansif,” ungkapnya.
Dalam rangka menjaga stabilitas sektor jasa keuangan dan mendorong pertumbuhan ekonomi di tengah masih tingginya tensi geopolitik global, ekspektasi tingkat suku bunga higher for longer, dan volatilitas harga komoditas pangan yang dapat mempengaruhi perekonomian dan sektor keuangan, OJK mendorong Lembaga Jasa Keuangan (LJK) untuk terus memonitor potensi risiko, termasuk melakukan stress test ketahanan terhadap gejolak pasar.
“Kami juga mendorong jasa keuangan melakukan strategi mitigasi risiko dalam rangka menjaga ketahanan permodalan dan likuiditas. Harapannya sektor jasa keuangan dapat terjaga stabil dan dapat berkontribusi optimal bagi perekonomian nasional,” katanya.
Editor : Eva Martha Rahayu
Swa.co.id