Komitmen Paradise Indonesia Terapkan Ekonomi Sirkular

Circular economy atau ekonomi sirkular bukan sekadar daur ulang sampah. Ekonomi sirkular adalah konsep memaksimalkan nilai penggunaan suatu produk dan komponennya secara berulang, sehingga tidak ada sumber daya yang terbuang (resource efficiency).
Tokoh ekonomi sirkular Ellen MacArthur (2015) menyebut ekonomi sirkular merupakan sebuah sistem atau model ekonomi yang bertujuan untuk menghasilkan pertumbuhan ekonomi dengan mempertahankan nilai produk, bahan, dan sumber daya dalam perekonomian selama mungkin, sehingga meminimalkan kerusakan sosial dan lingkungan yang disebabkan oleh pendekatan ekonomi linear.
Seperti yang kita ketahui, akibat model ekonomi linear berdampak pada perubahan iklim (climate change). Hal ini berdampak sangat luas pada kehidupan Masyarakat, termasuk memengaruhi berbagai aspek pada perubahan alam dan kehidupan manusia, seperti kualitas dan kuantitas air, habitat, hutan, kesehatan, lahan pertanian dan ekosistem wilayah pesisir.
Kondisi ini mendorong banyak pelaku usaha untuk menjalankan bisnis yang berkelanjutan. Perusahaan tidak hanya mengejar profit, tapi juga menjalankan bisnis yang ramah lingkungan (planet) dan memiliki komitmen terhadap pemberdayaan masyarakat (people). Lebih dari itu, urgensi bisnis berkelanjutan telah menjadi sebuah kebutuhan perusahaan di masa depan.
Berbagai pendekatan kemudian digunakan dalam pelaksanaannya, di antaranya Sustainable Development Goals (SDGs) atau Tujuan Pembangunan Berkelanjutan dan Environmental, Social, and Governance (ESG). Implementasinya diharapkan dapat menghadirkan dampak positif di wilayah operasional perusahaan, sekaligus mampu menjadi sarana hubungan baik dengan masyarakat sekitar dan pemerintah. Hal ini merupakan langkah bagi korporasi untuk bisa menjalankan bisnisnya dengan baik, sekaligus menghadirkan inklusi sosial ketika perusahaan dan masyarakat di sekitarnya bisa berjalan dan maju bersama.
Pengamat lingkungan Dr Alexander Sonny Keraf mengungkapkan, isu yang berkembang saat ini bukan hanya perubahan iklim, tapi juga dampak lingkungan dari aktivitas ekonomi sejak revolusi industri. Pasalnya, sejak revolusi industri terjadi, sebagian besar industri menggunakan energi fosil sebagai penggerak operasi perusahaan.
Salah satu solusi yang bisa dilakukan oleh para pelaku usaha, menurut Sonny, adalah menerapkan konsep ekonomi sirkular. Ini merupakan model industri baru yang berfokus pada reducing, reusing, dan recycling yang mengarah pada pengurangan konsumsi sumber daya primer dan produksi limbah. “Saat ini dunia usaha menyadari pentingnya tanggung jawab yang berkelanjutan bagi keberlangsungan komunitas dan lingkungan. Sementara konsumen secara global juga mulai sadar dan khawatir dengan krisis Bumi dan krisis iklim, yang membuat mereka semakin menuntut produk dan model bisnis yang ramah lingkungan,” Sonny menegaskan.
Sejatinya ekonomi sirkular atau ekonomi hijau belum sepenuhnya diterapkan di Indonesia. Namun, Sonnya percaya, Indonesia akan bertahap mengimplementasikan ekonomi sirkular. Kelak seluruh biaya terkait sumber daya alam dan biaya pengelolaan limbah akan dikalkulasi dan diinternalisasi ke dalam keuangan perusahaan. Dengan demikian, perusahaan akan mengurangi limbah dan harus lebih efisien dan bertanggung jawab dalam penggunaan sumber daya alam.
Salah satu contoh di ekonomi sirkular yang berkembang adalah penerapan extended producer responsibility, atau tanggung jawab produsen yang lebih luas, khususnya menyangkut sampah atau limbah. Selama ini telah terjadi salah kaprah karena menganggap sampah merupakan tanggung jawab konsumen. Sehingga masyarakat konsumenlah yang didesak untuk memilah, mengumpulkan, dan membuang sampah di tempatnya.
“Kita lupa bahwa sampah itu sumbernya dari produsen juga, khususnya sampah industri atau sampah kebutuhan konsumsi, seperti botol dan kotak minuman kemasan. Maka dalam ekonomi sirkular, ada kewajiban produsen untuk mengelola sampahnya sejak awal, yaitu saat mendesain atau merancang barang yang akan diproduksi. Kalau dia sudah merancangnya sejak awal, maka dia akan memilih bahan baku kemasan yang tidak akan menimbulkan sampah. Atau mereka akan bertanggung jawab untuk mengumpulkan kembali sampah plastik atau kardus yang menjadi sisa-sisa dari produksinya,” jelas Sonny.
Langkah tersebut menurutnya juga membutuhkan kolaborasi berbagai pihak termasuk stakeholders dan masyarakat khususnya konsumen, agar memiliki kesadaran untuk ikut berpartisipasi dengan cara memilah sampah sesuai dengan pengelompokannya, sehingga membantu memudahkan proses daur ulang.
Ya, ekonomi sirkular merupakan model industri baru yang berfokus pada reducing, reusing, dan recycling yang mengarah pada pengurangan konsumsi sumber daya primer dan produksi limbah.
“Konsep ini tentunya bukan hanya pengelolaan limbah tetapi juga selanjutnya menggunakan proses produksi di mana bahan baku dapat digunakan berulang-ulang sehingga tentu akan terjadi saving yang besar terutama untuk sumber daya alam,” jelas Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto dalam kesempataan diskusi UGM Yogyakarta.
Transformasi menuju ekonomi sirkular menjadi penting bagi Indonesia karena akan membawa banyak dampak positif, baik bagi lingkungan serta pertumbuhan berbagai sektor pembangunan di masa depan. Selain dapat meningkatkan pertumbuhan PDB Indonesia, penerapan konsep ekonomi hijau/sirkular juga dapat berpotensi menghasilkan 4,4 juta tambahan lapangan pekerjaan, dimana tiga perempatnya memberdayakan perempuan dengan kesempatan yang lebih baik pada tahun 2030.
Ekonomi sirkular akan memberi kontribusi pada upaya pencapaian Nationally Determined Contribution (NDC) Indonesia. Indonesia berkomitmen untuk mengurangi emisi Gas Rumah Kaca pada tahun 2030 sebesar 29% dan apabila ada kerja sama internasional, ini dapat ditingkatkan menjadi 41%.
Pengarusutamaan konsep pembangunan rendah karbon telah tercantum dalam RPJMN 2020-2024 dan peta jalan pencapaian NDC Indonesia 2030. Terdapat lima sektor yang menjadi prioritas utama dalam dua dokumen tersebut diantaranya adalah pembangunan energi berkelanjutan, pengelolaan limbah terpadu, pengembangan industri hijau, pemulihan lahan berkelanjutan, serta inventarisasi dan rehabilitasi ekosistem pesisir dan kelautan.
Dalam hal implementasi industri hijau, tercatat sejak tahun 2010 hingga 2019 terdapat 895 perusahaan yang telah meraih green industry awards. Sementara itu, 1.707 industri juga telah mendapatkan sertifikasi blue dan gold dalam Program Penilaian Peringkat Kinerja Perusahaan Dalam Pengelolaan Lingkungan (PROPER), yang berdampak pada pengurangan Gas Rumah Kaca kurang lebih sebesar 93,83 juta ton dan pengurangan polutan sebesar 50,59 juta ton.
Penerapan Ekonomi Sirkular di Real Estate
Lantas, bagaimana ekonomi sirkular dalam real estate?
Peran industri properti atau real estate dalam penerapan ekonomi sirkular atau ekonomi berkelanjutan sangat penting. Mulai dari green building, arsitektur bangunan yang menguransi emisi gas rumah kaca, material yang ramah lingkungan, penataan bangunan dan lingkungan, penggunaan interior dan eksterior hijau, penghijauan dan sebagainya
Para pengembang (developer) properti di Indonesia dituntut untuk menerapkan konsep pembangunan berkelanjutan dan ramah lingkungan sebelum proses Environmental, Social, and Governance (ESG) diterapkan. Mereka juga perlu mendukung kebijakan pemerintah mencapai target Net Zero Emission (NZE) pada tahun 2060.
“Perjalanan ESG suatu organisasi adalah suatu perjalanan yang berdampak tidak hanya pada aspek kehidupan kita sebagai individu, tetapi juga perusahaan atau organisasi. Sebagai individu, kita ingin mencapai keberlanjutan karena kepedulian kita terhadap kesejahteraan sosial dan lingkungan kita,” kata Meita Laimanto, Partner Risk Assurance PwC.
Perusahaan atau organisasi perlu memastikan bisnis yang berkelanjutan dalam lanskap risiko yang selalu berubah. Penting bagi perusahaan untuk memaparkan perjalanan ESG dan inisiatif mereka secara transparan, akurat, dan tepat. Hal ini merupakan kunci untuk memperoleh dukungan dan kepercayaan dari seluruh pemangku kepentingan serta mencapai kesuksesan dalam perjalanan ESG organisasi.
Secara konkret, para developer yang melakukan pembangunan berkelanjutan diterapkan dalam produk properti dengan target mengurangi emisi karbon hingga batas tertentu dari pengurangan penggunaan Listrik diganti dengan panel surya ataua PLTS Atap.
Upaya penerapan konsep sustainable development ini memberikan dampak yang positif bagi pengembang dan pemilik properti seperti pengurangan biaya operasional, penghematan penggunaan energi listrik, hingga peningkatan kesehatan dan produktivitas penghuni.
Dampak positif yang dihasilkan dari penerapan konsep pembangunan berkelanjutan mendorong konsumen melirik rumah dan gedung yang ramah lingkungan untuk investasi dan kepemilikan mereka. Bahkan, untuk bangunan komersial seperti gedung perkantoran atau pusat perbelanjaan juga perlu berkonsep hijau. Apalagi saat ini tren green living juga sudah menjadi bagian dari gaya hidup masyarakat urban.
Inisiatif lain ekonomi sirkular di real estate adalah penerapan material ramah lingkungan, menggunakan Energi Baru Terbarukan (EBT) melalui penerapan panel surya di bangunan-bangunan komersial, sarana penerangan jalan hingga pemanfaatan layanan Renewable Energy Certificate (REC) dari PT PLN (Persero). Melalui layanan tersebut, para pengembang data mendukung inisiasi pemerintah dan mengambil bagian dalam mengurangi emisi CO2.
Selain mengoptimalkan sertifikat EBT, para developer juga perlu meningkatkan capaian ertifikasi Green Building dari Green Building Council Indonesia (GBCI), sertifikasi Gold Green District dari Building Construction Authority (BCA) Singapura atau lainnya.
Ringkasnya, para developer harus menjunjung komitmen untuk menerapkan konsep sustainable development dalam setiap produk hunian hingga kegiatan bisnisnya. Dalam mendukung pembangunan yang berkelanjutan, ada developer yang bekerja sama untuk mengaplikasikan aspal dengan campuran sampah plastik untuk sepanjang jalan yang dikembangkan di kota mandiri milik sang developer. Upaya tersebut dilakukan untuk mendukung pembangunan yang berkelanjutan dan memberdayakan masyarakat sekitar daerah pembangunan menuju penerapan model ekonomi sirkular.
Real Estat Indonesia (REI) pun mendukung konsep ekonomi sirkular di industri properti. Namun demikian, harus didukung stakeholder lain. Menurut Ketua Umum DPP REI Paulus Totok Lusida, REI sudah menerapkan dan mengubahnya (menuju konsep ramah lingkungan). Namun, green energy itu masih mahal, bahkan seperti di luar negeri perlu dengan memberikan stimulus.
Menurutnya, beberapa pengembang sudah mempraktikkan penggunaan kompor listrik dan solar panel pada unit rumah yang dibangun. Namun, fasilitas tersebut relatif mahal sehingga konsumennya pun masih berasal dari kalangan kelas menengah ke atas. Masyarakat juga masih perlu waktu lebih lama lagi untuk memperoleh sosialisasi dan edukasi mengenai pentingnya hunian dengan konsep berkelanjutan yang ramah lingkungan.
Sejatinya, projek perumahan yang berkelanjutan itu bukan hanya soal biaya dan tampilan yang sedap dipandang, melainkan juga manfaatnya secara langsung bagi konsumen. Contohnya pembangunan pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) yang bisa dirasakan manfaatnya oleh masyarakat.
Beberapa hal yang berhubungan dengan perumahan lingkungan itu antara lain energi, air, dan bahan material. Misalnya kayu sekarang seharusnya tidak boleh dipakai lagi karena bisa habis dimakan rayap dan merusak lingkungan, makanya diganti dengan aluminium. Untuk itu, bahan material bangunan yang digunakan haruslah yang bisa didaur ulang, ramah lingkungan, dan harganya terjangkau sehingga bisa diterapkan bagi masyarakat luas dari berbagai kelas ekonomi.

Paradise Indonesia Kampanye Building Tomorrow
PT Indonesian Paradise Property Tbk (INPP) atau Paradise Indonesia adalah salah satu developer yang peduli dengan ekonomi sirkular atau berkelanjutan. Melalui campaign #BuildingTomorrow, Paradise Indonesia memerhatikan aspek ESG, green building, 3P dan 3R dalam setiap pembangunan dan pengembangan projek propertinya, baik itu perumahan maupun komersial. Perusahaan ini berkomitmen menciptakan properti dan komunitas dengan asas berkelanjutan.
Paradise Indonesia berkomitmen untuk mengembangkan destinasi gaya hidup dan properti ikonik di kota-kota terdepan di Indonesia. Komitmen tersebut kembali diperkenalkan kepada publik bersamaan dengan selebrasi 21st Anniversary Paradise Indonesia dengan kampanye ‘Building Tomorrow’ yang akan dibalut dalam serangkaian aktivitas menarik, relevan dengan industri properti sehingga perusahaan secara langsung dapat berinteraksi dengan seluruh stakeholder.
Visi dan misi baru dari Paradise Indonesia ini mendorong kampanye ‘Building Tomorrow’ yang selaras dengan tujuan perusahaan dalam meningkatkan kualitas hidup masyarakat melalui penyajian ruang dan pengalaman menarik.
Selama 21 tahun berdiri, Paradise Indonesia telah memiliki lebih dari 20 bisnis properti yang terbagi menjadi segmen perhotelan, komersial, dan hunian. “Beberapa properti yang sudah menjadi flagship di antaranya Sheraton Bali Kuta Resort, Beachwalk Shopping Center Bali, 23Paskal Shopping Center Bandung, Beachwalk Residence Bali, Apartemen One Residence Batam, dan Harris Suites FX Sudirman yang masing-masing berada di lokasi paling strategis, melengkapi portofolio sebelumnya di bawah operasional Plaza Indonesia yang sudah mencapai top-of-mind mengusung konsep gaya hidup yaitu Grand Hyatt Jakarta, Plaza Indonesia, Keraton at the Plaza Jakarta, hingga mall FX Sudirman,” jelas Anthony Prabowo Susilo, Presiden Direktur & CEO Paradise Indonesia.
Tidak hanya itu, kontribusi Paradise Indonesia dalam bisnis properti juga merupakan salah satu langkah strategis untuk mengambil peran terhadap pertumbuhan pariwisata dan perekonomian nasional karena memiliki andil secara langsung untuk menciptakan banyak sektor industri lainnya yang beririsan.
Anthony mengungkapkan, perubahan logo dan visualisasi dari Paradise Indonesia bukan hanya untuk menjawab tuntutan zaman industri properti yang terus berkembang dan berubah, namun juga seiring dengan proses transisi, transformasi, dan evolusi, yang sedang terjadi dalam organisasi dan unit-unit bisnis.
“Kami merasa penting untuk memiliki sebuah brand dan identitas yang sesuai dengan visi, misi, serta prioritas-prioritas baru untuk membuat Paradise Indonesia menjadi ‘a new emerging top of mind brand’ dalam dunia properti development di Indonesia,” ungkapnya.
Pada Semester III/2023, emiten properti ini berhasil membukukan total pendapatan sebesar Rp831,5 miliar. Angka ini melonjak 53,8% dibandingkan periode yang sama tahun lalu, dengan kontributor terbesar pada segmen perhotelan yaitu hotel-hotel miliknya di Bali yang mencatatkan occupancy rate tertinggi. Sementara itu pendapatan yang dicatatkan dari segmen komersial juga bertumbuh double digit sebesar 19,3 persen. Hal ini semakin membuktikan perseroan sebagai pemimpin di industri properti yang terus berkontribusi dalam pertumbuhan ekonomi di Indonesia.
Bertepatan dengan hari jadi ke-21, Paradise Indonesia yang sebelumnya dikenal sebagai The Paradise Group, memperkenalkan identitas barunya yang selaras dengan nilai-nilai utamanya: Entrepreneurship, Passionate, Inspiring, Collaboration, dan Creative. Desain modern merupakan bentuk interpretasi komitmen untuk terus bergerak maju dalam pertumbuhan perusahaan secara internal dan eksternal. Evolusi visual ini mewujudkan komitmen perusahaan dalam meningkatkan kualitas ruang yang mampu menyajikan pengalaman luar biasa untuk mengantarkan era baru yang saling terkoneksi antara individu dan komunitas.
Anniversary ke-21 ini juga disemarakkan dengan kegiatan Fun Walk yang diikuti sebanyak lebih dari 900 peserta, melibatkan karyawan beserta keluarganya, juga vendor, konsultan, dan mitra bisnis, yang sudah bekerja secara bersama-sama mengembangkan pertumbuhan perusahaan hingga saat ini. Kegiatan ini dilakukan secara serentak di lima kota operasional bisnis perusahaan yaitu Bali, Batam, Bandung, Makassar, dan Jakarta. Acara ini juga didukung oleh PT Banyu Mas Lima Perkasa, PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk, dan WE+ (WE Plus).
Patrick Rendradjaja selaku Director & Chief Project Planning & Design Paradise Indonesia mengatakan, pihaknya akan terus mengembangkan sektor mix use buildings dan lifestyle experience, dengan penekanan pada desain yang inovatif memadukan nilai-nilai budaya lokal dengan bangunan modern yang mengembangkan nilai-nilai ESG (Environmental, Social, Governance) dengan menciptakan ruang terbuka hijau dalam rangka menjaga Bumi Indonesia yang hijau dan sehat.

Pada kesempatan yang sama, Paradise Indonesia pun mengadakan kampanye terbaru ‘Building Tomorrow’. Kampanye ini akan menjadi pijakan dalam menjalankan berbagai inisiatif yang terkait dengan keberlanjutan ekonomi, pendidikan, sosial, dan pemberdayaan masyarakat dengan melibatkan seluruh pihak. Dalam rangkaian kampanye ini akan diadakan sejumlah aktivitas menarik seperti Architecture & Interior Design Competition, Educational Roadshow untuk mahasiswa dan publik di Jakarta, Bandung, Yogyakarta, Makassar, Surabaya, dan Bali, hingga The Summit untuk mendorong industri properti di Indonesia.
Jika dirinci properti milik Paradise Indonesia dibedakan properti komersial antara lain: Plaza Indonesia Shopping Center, The Plaza, FX Sudirman, dan Beachwalk Shopping Center (Bali).
Untuk properti residensial seperti Keraton at The Plaza, Beachwalk Residence (Bali), 31 Sudirman Suites, Hyatt Place (Makassar) dan Antasari Place.
Sedangkan untuk hospiltality, antara lain Grand Hyatt (Jakarta), Sheraton Bali Kuta Resort, Aloft Bali, Harris Hotel (Batam), Harris Hotel (Bali), Yello Hotel Bali, dan Pop Hotel Sangaji Yogyakarta.
Saat ini pendapatan INPP sekitar 87% berasal dari recurring income. Apalagi kinerja mal dan hotel kian membaik. Okupansi hotel yang dikelola INPP mencapai 80%, sedangkan mall juga sudah terisi di atas 95%, termasuk mall FX Sudirman. Diakui Anthony, kota Jakarta mengalami pertumbuhan dan kebangkitan signifikan dibandingkan daerah lainnya dalam hal okupansi hotel.
Anthony menambahkan tahun 2023 beberapa portofolio menjadi recurring dan development income center. Adaena projek yang digarap antara lain, 23 Paskal Extension, Antasari Place, proyek mixed use development Semarang, Hyatt Place Makassar, Sahid Kuta Lifestyle Resort, dan landed residential & komersial di Balikpapan.
Jika kita tengok ke belakang, inovasi dan kreativitas menjadi pilar utama Indonesian Paradise Property (INPP) dalam menghadirkan projek yang akan menjadi destinasi gaya hidup yang ikonis. INPP memulai jejaknya dalam dunia properti sejak tahun 2002. Di tahun itu, properti pertama yang dibangun adalah Harris Hotel Tuban – Bali. Mengusung resort hotel bintang 3, INPP telah memprediksi akan terjadi pertumbuhan di kelas menengah yang menyukai travelling.
“Di 2004, kami meresmikan Harris Resort Kuta Beach – Bali dan Harris Hotel Tebet – Jakarta di 2005,” ujar Presiden Direktur PT Indonesian Paradise Property Tbk Agoes Soelistyo Santoso saat itu. Agoes menuturkan, prediksi awalnya itu terbukti dengan bergesernya perilaku konsumen yang mulai menyisihkan sebagian dari pendapatannya untuk berwisata, Visi INPP adalah selalu berupaya unggul dalam mengembangkan properti melalui pencapaian yang inovatif dan kreatif. Developer ini memfokuskan diri dalam bidang properti yang spesifik seperti perhotelan, pusat perbelanjaan dan apartemen.
“Setiap properti yang dibangun akan menjadi iconic lifestyle destination di setiap lokasi,” katanya. Untuk membangun iconic lifestyle destination, semua elemen di dalam perusahaan didorong untuk mencari ide dan konsep berdasarkan pada inovasi dan kreativitas. Hasilnya, produk dan layanan yang dikeluarkan oleh Indonesian Paradise Property memiliki diferensiasi dari produk sejenis lainnya.
Tak hanya berbeda, produk yang dikeluarkan juga berkualitas dan diarahkan untuk memberikan kepuasan kepada para pemangku kepentingan. Termasuk pemegang saham, pelanggan, mitra bisnis, karyawan perusahaan, pemerintah, dan masyarakat.
INPP melalui anak perusahaan PT Indonesian Paradise Island untuk pertama kalinya mengembangkan kawasan Sahid Kuta Lifestyle Resort pada tahun 2012. Kawasan yang terletak di Jalan Pantai Kuta, Bali itu terdiri dari beachwalk Shopping Center dan Sheraton Bali Kuta Resort.
Lebih lanjut, untuk memperkuat posisinya sebagai mixed-use property developer yang bergerak di bidang retail dan hospitality, INPP melalui anak perusahaan PT Mitra Perdana Nuansa secara resmi membuka 23 Paskal Shopping Center. Adapun 23 Paskal Shopping Center berkolaborasi dengan Binus @Bandung. Tak hanya sebagai pusat perbelanjaan, 23 Paskal Shopping Center juga menjadi community hub yang diharapkan mampu menjadi wadah bagi masyarakat serta pelaku ekonomi untuk berkreasi dan memberikan kontribusi positif bagi kemajuan kota Bandung.
Yang jelas, kunci keberhasilan kiprah bisnis properti Paradise Indonesia adalah kolaborasi dengan berbagai partner bisnis terpercaya. (***)