Capital Market & Investment

Musim Window Dressing, Cermati Saham LQ45

Ilustrasi foto : Istimewa.

Window dressing merupakan fenomena mempercantik kinerja portofolio yang biasa dilakukan oleh manajer investasi (MI) dengan tujuan untuk “memikat” para investor. Pada umumnya window dressing terjadi pada akhir setiap kuartal, namun di Indonesia window dressing terkuat terjadi pada akhir kuartal IV atau akhir tahun. “Salah satu efek yang terjadi dari adanya fenomena ini ialah terjadinya peningkatan harga saham yang cukup signifikan pada bulan Desember,” ujar Equity Analyst PT Indo Premier Sekuritas (IPOT), Dimas Krisna Ramadhani seperti dikutip SWAonline di Jakarta pada Kamis (28/12/2023).

Fenomena window dressing ini biasanya dimanfaatkan oleh berbagai pihak untuk mendapatkan keuntungan. Bagi perusahaan, window dressing memberikan dampak positif terhadap nilai perusahaan (market cap) akibat dari para investor yang membeli saham mereka saat fenomena window dressing terjadi.

MI yang berhasil mencatatkan kinerja portofolio yang tumbuh positif maka ini bisa menjadi benchmark yang cukup menarik untuk kinerja tahun berikutnya dan bagi investor maka akan mendapatkan capital gain yang cukup tinggi. Adapun hal-hal menarik terkait potensi window dressing pada 2023 layak diperhatikan, yakni suku bunga tinggi (higher for longer), fenomena kenaikan yang fantastis IPO konglomerasi, yield US treasury 10 years dan pemilu 2024.

Dimas menjelaskan terjadinya inflasi yang cukup tinggi akibat dari pandemi Covid-19 mengakibatkan hampir seluruh pemerintah menaikkan tingkat suku bunganya seperti yang dilakukan oleh pemerintah Indonesia, sehingga turut memberikan pengaruh cukup besar terhadap pergerakan IHSG. Selanjutnya terkait fenomena kenaikan yang fantastis IPO konglomerasi, beberapa saham yang baru IPO dan dipegang oleh pihak-pihak konglomerat seperti saham dengan kode CUAN, BREN, AMMN turut memberikan dampak kenaikan cukup positif dan besar terhadap pergerakan IHSG serta menduduki jajaran Top 10 Gainers saham yang IPO di 2023.

Sementara itu, untuk konteks yield US treasury 10 years, jelasnya, tingkat imbal hasil treasury 10 years tercatat mengalami kenaikan tertinggi pada Oktober 2023 sebesar 4,98% (tertinggi dalam 16 tahun) yang juga turut memberikan tekanan terhadap IHSG. Terkait iklim politik jelang pemilu 2024, berdasarkan historikalnya, pergerakan IHSG pada Desember jelang tahun pemilu tercatat meningkat dengan rata-rata naik sebesar 6% dengan probabilitas meningkat sebesar 50%.

Pada momen window dressing 2023 ini, Dimas menyarankan trader dan investor untuk mencermati potensi saham-saham di Indeks LQ45, khususnya saham Top 20 LQ 45. Saham-saham itu berdasarkan penutupan pasar 8 Desember 2023 (year to date/YTD) adalah BRPT naik sebesar 38,82%, TPIA (89,02%), ACES (39,11%), BRIS (28,08%), BMRI (15,87%), BBNI (11,65%), BBRI (8,96%), ICBP (8,77%), GOTO (4.40%), TLKM (3.73%), MEDC (3,43%), AMRT (3,38%), BBCA (1,75%), AKRA (0,36%), ASII (-2,19%), INTP (-5,56%), INDF (-5,95%), EXCL (-6,10%), SMGR (-7,58%) dan JPFA (-8,11%). “Jika investor melakukan pembelian saham BBRI pada awal bulan Desember ini (window dressing) dengan rata-rata kenaikan harga sebesar 1,32% dalam 3 tahun terakhir maka dengan ilustrasi investor melakukan pembelian saham tersebut sebesar Rp 100 juta maka akan mendapatkan capital gain sebesar Rp.1.320.000 di akhir bulan ini,” terang Dimas.

Pergerakan, update hingga rumor terbaru terkait saham-saham di LQ45 tersebut bisa dipantau di forum investasi IPOT Buzz, selanjutnya bisa juga didiskusikan dengan investor lain dan para ahli atau profesional di forum tersebut. Secara historical selama 20 tahun terakhir, Indeks LQ45 tercatat mengalami kenaikan saat window dressing dengan rata-rata kenaikan sebesar 3,72% dan probabilitas kenaikan sebesar 95%. Kenaikan terbesar terjadi pada tahun 2008 yang tercatat naik 11,90%, sementara pada tahun 2022 indeks ini mengalami penurunan sebesar 7,05% disebabkan pandemi Covid-19. “Berdasarkan data yang ada, IDXINFRA dan IDXBASIC ialah dua sektor outperform secara year to date 2023. Kenaikan tertinggi pada IDXINFRA ditopang oleh saham BREN, JSMR dan META,” tegasnya.

Ia menambahkan berdasarkan data yang ada, IDXENERGY dan IDXHEALTH ialah dua sektor underperform. Sektor IDXENERGY masih ditopang oleh saham PTRO dan SGER, sementara dari sektor IDXHEALTH ditopang oleh saham SILO dan TSPC.


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved