Capital Market & Investment

Agar Pasar Modal Tahun 2024 Menjadi Lebih Kondusif

Lindrawati Widjojo Komisaris Utama Sucor Sekuritas.

Pasar modal memiliki peran penting dalam perekonomian Indonesia sebagai salah satu indikator ekonomi dan salah satu sumber pembiayaan yang mendukung dunia usaha. Pertumbuhan pasar modal sebagai instrumen korporasi untuk mendapatkan pendanaan lokal dan asing sebagai sarana pertumbuhan menjadi penting.

Ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia (APINDO) Shinta Kamdani melihat bahwa pasar modal mampu mendorong korporasi untuk lebih menerapkan dan meningkatkan corporate governance. Selain itu, pasar modal juga mendorong inklusi pertumbuhan, terutama sektor ritel yang saat ini mempunyai literasi investasi yang lebih tinggi.

“Kepercayaan antara pemerintah dengan para pelaku pasar modal akan memiliki dampak langsung pada aktivitas investasi dan pertumbuhan ekonomi Indonesia ke depan. Dalam tahun politik 2024 seperti sekarang dialog dengan para calon pemimpin sangat dibutuhkan, memastikan kebijakan yang diambil mendukung perkembangan sektor keuangan, khususnya pasar modal,” ujar Sinta, Senin (09/01/2024).

Komisaris Utama Sucor Sekuritas, Lindrawati Widjojo mengatakan pada tahun 2023 jumlah investor meningkat menjadi 12,16 juta atau meningkat hampir 5 kali lipat dalam 4 tahun terakhir. Mayoritas investor didominasi di bawah 30 tahun atau 55,65% dari total Single Investor Identification (SID).

“Saya menilai dialog arah kebijakan investasi & pasar modal 2024 – 2029 penting tidak hanya bagi pelaku usaha sekuritas, tetapi juga investor ritel berusia dibawah 30 tahun. Apalagi anak muda di bawah usia 30 tahun merupakan usia pemilih terbanyak dalam Pemilu 2024,” ujarnya.

Lindrawati menambahkan, terdapat sejumlah agenda yang perlu dilakukan pasar modal pada tahun 2024, agar ekosistem pasar modal menjadi lebih kondusif bagi investor lokal dan asing. Yang perlu dilakukan diantaranya adalah meningkatkan pemanfaatan teknologi digital dalam layanan kepada investor pasar modal untuk memperluas basis investor dan emiten serta mempermudah akses pasar.

“Kemudian meningkatkan jumlah investor UMKM melalui edukasi literasi dan inklusi keuangan. Terakhir mengimplementasi governansi dan SDGs termasuk kinerja Bursa Karbon juga menjadi bagian dari peningkatan pasar modal Indonesia,” kata Lindrawati.

Sebelumnya Apindo juga memprediksi pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun ini berada di kisaran 4,8% sampai 5%. Proyeksi rentang pertumbuhan terendah yang melemah di bawah level 5% disebabkan faktor tren perlambatan ekonomi global akibat situasi geopolitik, inflasi dan suku bunga yang masih tinggi. Suku bunga kredit di Indonesia yang tinggi turut berkontribusi pada perlambatan pertumbuhan ekonomi, sejalan dengan meningkatnya biaya operasional pelaku usaha.

Swa.co.id


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved