Technology SWA Online Trends Economic Issues

Anchanto Ungkap Tren E-commerce Tahun 2024

Vicky Hardiman, Country Head of Anchanto Indonesia. (dok. Anchanto)

Anchanto sebagai penyedia Software as a service (SaaS) pengelolaan e-commerce menilai pada tahun 2024 kebangkitan social commerce dan media sosial dalam lanskap e-commerce akan terus meningkat. Tren ini salah satunya didorong oleh rencana TikTok untuk menginvestasikan lebih dari US$1,5 miliar dan mengakuisisi 75% saham di Tokopedia.

Vicky Hardiman, Country Head of Anchanto Indonesia menyampaikan bahwa tahun ini ia percaya bahwa industri ini akan mendapatkan manfaat dari peningkatan minat terhadap perdagangan sosial. “TikTok sedang dalam proses menyesuaikan pendekatannya untuk memenuhi lanskap regulasi yang terus berkembang agar operasi e-commerce-nya dapat terus berlanjut. Kerjasamanya dengan Tokopedia berjanji untuk menghidupkan kembali fitur belanja online TikTok dan mengubah cara konsumen Indonesia berinteraksi dengan e-commerce,” ujarnya kepada SWA Online.

Faktor lain yang mendukung pertumbuhan e-commerce di Indonesia adalah meningkatnya permintaan konsumen untuk kenyamanan, variasi, dan harga yang kompetitif yang ditawarkan oleh situs web e-commerce. Demografi yang lebih muda adalah kontributor utama pertumbuhan e-commerce di negara ini.

Demikian pula, inisiatif pemerintah yang meningkatkan infrastruktur digital telah menciptakan ekosistem yang mendorong pertumbuhan perdagangan digital. Kemajuan dalam jaringan logistik e-commerce dan inovasi pembayaran online juga membantu percepatan pertumbuhan e-commerce.

Vicky melanjutkan, setidaknya ada dua inovasi besar di e-commerce yang sedang tren saat ini. Yang pertama adalah omnichannel, di mana konsumen dapat merasakan pengalaman pembelian tanpa hambatan di mana pun mereka berada.

Selain dari pembelian online dan pengiriman dari gudang, ada opsi untuk membeli online dan diantar dari toko atau diambil di toko saat checkout. Produk yang diantar dari toko dapat membantu jika merek memiliki banyak gerai ritel di berbagai kota tingkat 1, 2, dan 3 yang lebih dekat secara geografis dengan konsumen.

Inovasi kedua adalah fast commerce, yang merupakan cara baru untuk berbelanja di mana waktu yang diperlukan antara checkout dan pengiriman kurang dari satu jam. Cara berbelanja ini lebih populer di kota tingkat 1 karena orang lebih sibuk dan memiliki waktu yang lebih sedikit untuk berbelanja secara mingguan atau bulanan. Akibatnya, lebih masuk akal bagi penjual untuk memiliki dark store, seperti gudang tetapi dibangun khusus untuk melayani belanja online ini.

“Fast commerce adalah konsep yang menarik, tetapi saat ini hanya ada sedikit pemain di pasar karena model bisnis ini dihadapkan pada tantangan profitabilitas, namun kita mungkin akan melihat lebih banyak bisnis mencoba ini dalam waktu dekat,” jelas Vicky.

Jika melihat perilaku konsumen dalam berbelanja online, terjadi pergeseran melalui banyak tren yang terlihat. Yang pertama adalah konsumen yang ingin memeriksa dan membandingkan barang sebelum melakukan checkout. Konsumen membandingkan kualitas, harga, dan kesesuaian antara berbagai toko online dan bahkan toko ritel.

Konsumen ini memerlukan lebih banyak waktu untuk memutuskan pembelian (perjalanan pembelian yang lebih lama). Ini memengaruhi lalu lintas pelanggan di toko ritel, dan bagaimana merek menanggapi hal itu. Di masa lalu, toko ritel dibangun untuk memaksimalkan transaksi karena mereka adalah saluran pilihan oleh konsumen.

Sekarang, banyak konsumen lebih suka melakukan checkout dari toko online karena harga jual lebih rendah karena biaya ruang, sumber daya manusia lebih sedikit (biaya gudang bisa lebih rendah dibandingkan dengan penyewaan ruang ritel di pusat perbelanjaan), dan seringkali ada insentif diskon. Merek menyesuaikan perilaku ini dengan menggantikan investasi ruang ritel untuk membangun citra mereka dan memberikan pengalaman ‘wow’ kepada konsumen.

Adapun pemilik merek saat ini dapat memanfaatkan teknologi kecerdasan buatan (AI) dan analisis data untuk membantu bisnis e-commerce meningkatkan pengalaman pelanggan. “Tiga aspek krusial yang tersedia bagi bisnis melalui AI dan analisis data adalah pemahaman pangsa pasar sendiri, analisis sentimen dan pemantauan kompetitor.

Tidak ketinggalan, di era konten seperti saat ini, konten memainkan peran besar dalam penjualan online. Pada dasarnya, ini adalah hal yang meyakinkan pelanggan untuk membeli produk. Agar konten memberikan dampak positif pada konsumen, harus dipersonalisasi untuk memenuhi standar kualitas yang diharapkan.

Sebagai informasi, Anchanto berkantor pusat di Singapura dan telah melayani bisnis di lebih dari 14 negara dan telah terintegrasi dengan lebih dari 150 pemain ekosistem e-commerce di Asia Tenggara.

Editor : Eva Martha Rahayu

Swa.co.id


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved