Technology Trends

Revolusi Teknologi Ritel Menghadirkan Pengalaman Terintegrasi Terbaik di Toko

Tahun 2024 telah tiba dan keriuhan holiday shopping sudah kita lewati. Apakah kita bisa menggunakan layanan self-checkout? Apakah ada pilihan untuk berbelanja online dan pengambilan di toko yang menyediakan informasi inventori terbaru? Ini adalah pertanyaan yang kita tanyakan kepada diri sendiri sebagai pembelanja, namun bagaimana para peritel mewujudkannya?

Banyak potongan dari teka-teki ini, namun yang paling jelas salah satunya adalah Artificial Intelligence (AI). AI adalah bagian penting dari transformasi ritel, mulai dari self-checkout hingga manajemen inventaris dan banyak lagi. Namun peritel jangan sekadar ‘mengaktifkan AI’ di toko mereka. Mereka harus mengimplementasikan platform enterprise tunggal untuk komputasi edge yang akan mendukung AI dan teknologi penting lainnya dalam strategi transformasi mereka.

“Komputasi edge di dalam lingkaran kepemimpinan enterprise, terus menjadi topik diskusi. Baik teknologi edge di luar angkasa, kendaraan yang software-defined yang bertindak sebagai perangkat komputasi edge atau sensor jarak jauh di gurun, komputasi edge membantu mendorong inovasi yang transformatif di semua industri,” ujar Shobhan Lakkapragada, Senior Director of Product Management Edge Computingn at Red Hat dalam keterangan tertulis (05/02/2024).

Tingginya harapan pelanggan dan dinamika perubahan pasar mendorong peningkatan penerapan teknologi ritel. Diakselerasi oleh pandemi, restoran dan supermarket harus mengubah model bisnis untuk memberikan pilihan-pilihan seperti penjemputan barang (curbside pickup) dan e-commerce. Upah pekerja juga naik, namun biaya teknologi inti menurun, terutama yang berada di edge.

Ini berarti peritel harus mulai menjajaki solusi baru untuk membantu menghadirkan pengalaman belanja pelanggan yang lebih efisien dan terpersonalisasi, termasuk: pengalaman berbelanja secara fisik dan online yang nyaman. Mulai dari visibilitas inventory yang lebih baik dan real time, serta opsi personalisasi yang lebih mendalam untuk mempercepat pengiriman dan lainnya.

Selain itu, generasi baru layout toko untuk membuat belanja di toko menjadi lebih cepat dan lebih nyaman, baik untuk melihat-lihat barang di toko, atau mengambil barang dari pembelian online. Bahkan, pengalaman self-checkout yang lebih baik di mana pelanggan bisa mengambil barang mereka dan pergi.

Penjajakan lain adalah solusi pencegahan kehilangan yang modern untuk mengurangi risiko dan dampak ‘penyusutan’ karena pencurian dan kekerasan. Komputasi edge bisa membantu peritel meningkatkan pengalaman konsumen secara drastis . “Hasilnya, kita melihat peritel, termasuk pelanggan Red Hat, berinvestasi di tiga area inti: modernisasi point of sale (POS), computer vision dan otomatisasi Gudang,” ujar Shobhan.

Sebagai contoh, salah satu pelanggan Re Hat yang melayani lebih dari 65 juta pelanggan di seluruh Amerika Utara, dengan 1.200 toko di seluruh negara. Mereka dihadapkan pada biaya operasional yang meningkat, kebutuhan untuk terus meningkatkan pengalaman pelanggan dalam toko saat checkout/dengan program loyalty dan adanya tuntutan untuk terus-menerus mengelola sistem POS di seluruh toko di negara tersebut dengan efisien. Alhasil, peritel ini harus mengevaluasi kembali jejak teknologinya.

Untuk melakukan itu, perusahaan tersebut memilih untuk mengatur ulang infrastruktur POS-nya dengan pendekatan satu platform enterprise untuk komputasi edge menggunakan Red Hat Enterprise Linux (RHEL), Red Hat OpenShift dan Red Hat Ansible Automation Platform.

Upaya ini menjawab empat tantangan teknis utama, yaitu: (1) memahami bagaimana mendeploy RHEL dalam format yang berfokus pada edge untuk mengembangkan aplikasi POS baru; (2) migrasi ke sistem POS tanpa server dengan menempatkan aplikasinya dalam kontainer; (3) menerapkan postur keamanan yang kuat dan proteksi payment card industry (PCI) menggunakan immutable image (gambar yang tidak bisa diubah) dari RHEL dan aplikasi-aplikasi yang di-containerizing;(4) mengaktifkan semua peripheral terhubung dan sesuai dengan PCI, seperti pemindai barcode, papan PIN dan printer tanda terima supaya bisa berjalan di aplikasi POS yang dikembangkan kembali.

Peritel itu kemudian memilih untuk memodernisasi infrastruktur POS mereka dengan platform enterprise yang bisa membantu menjawab kebutuhan network edge di industri retel. Dengan pendekatan ini, peritel dapat men-deploy data lebih dekat ke tempat di mana data tersebut dikumpulkan, dan di mana sebagian besar interaksi pelanggan terjadi – dalam kasus ini, di salah satu dari 1.200 toko pelanggan.

Sejak modernisasi POS dilakukan, peritel tersebut kini bisa merespons kondisi pasar yang berubah dengan lebih baik dan lebih cepat, menciptakan pengalaman konsumen yang berbeda, dan meningkatkan outcome operasional dengan lebih efisien. Dengan infrastruktur yang handal dan konsisten, mereka bisa untuk sepenuhnya fokus pada kepatuhan dan langkah keamanan.

Saat pemeliharaan atau update keamanan harus dijalankan, otomatisasi membuat tim IT bisa melakukan deploy dalam skala besar, sekaligus menjaga pola pikir security-first. Ini bisa berarti mendeteksi masalah potensial sebelum mencapai produksi dan memitigasi atau langsung menghilangkan masalah tersebut, semuanya karena tim bebas dari kegiatan maintenance rutin dan memakan waktu, untuk berfokus pada hal-hal yang lebih penting: yaitu keamanan IT dan pengalaman pelanggan. Ini akan menghasilkan pengalaman pelanggan yang lebih positif sekaligus mengurangi biaya operasional dan mendongkrak keuntungan.

Perjalanan mungkin berbeda, namun hasil akhirnya sama – meningkatkan pengalaman pelanggan, mendorong efisiensi operasional, dan membuka peluang pendapatan baru.

Banyak pelanggan menerapkan solusi modern yang didorong oleh AI dan computer vision dari independent software vendors (ISVs) untuk meningkatkan pengalaman self-checkout konsumen mereka, dengan pengalaman yang lebih user-friendly ketimbang sekadar memindai barcode. Ini artinya pelanggan bisa mengambil barang, meletakkannya dalam keranjang, dan melangkah keluar tanpa harus check out atau menunggu di antrian untuk membayar. Sama halnya dengan aplikasi berbasis AI yang bisa membantu menganalisis footfall untuk memahami perilaku konsumen, dan solusi loss prevention modern yang tidak mengandalkan RFID atau security tag yang ditempelkan pada barang.

Shobhan menyebut, untuk menerapkan tipe-tipe aplikasi seperti ini, peritel membutuhkan platform pengembangan aplikasi enterprise modern untuk server dalam toko yang terhubung ke aplikasi core mereka di hybrid cloud. Red Hat OpenShift dan Red Hat OpenShift AI membantu pelanggan mendeploy aplikasi ini – baik yang dikembangkan sendiri atau dibangun dengan ISV – pada platform tersebut.

Swa.co.id


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved