Marketing Trends

Komunitas Ini Kompak Berbisnis Resto Grand The Leaf

Stanley Najoan dan Edy Liyanto, Pemilik Grand The Leaf

Perputaran uang di kawasan Pantai Indah Kapuk (PIK) 2 yang dikembangkan oleh Agung Sedayu Group milik Sugianto Kusuma dan Salim Group disebut banyak pelaku bisnis sekitar Rp 65 miliar per bulan. Gurihnya potensi cuan itu, tak pelak PIK 2 menjadi magnet pebisnis untuk mengadu peruntungan di wilayah yang dijuliki ‘Kepala Naga’ itu.

Bahkan, Menteri BUMNN RI Erick Thohir mengaku potensi Rp65 miliar itu sebenarnya bisa berkali lipat dengan asumsi jumlah kunjungan orang ke PIK 2 melonjak. Hal itu diungkapkan saat menghadiri pembukaan destinasi wisata Aloha berkonsep tropical ala Hawaii di PIK 2 beberapa waktu lalu. “Tetapi saya yakin angka ini bisa triple kalau kunjungannya kira-kira 20.000 orang, tetapi kunjungan yang tertinggi sekitar 80.000 orang,” ungkap Erick.

Menurut Erick, rerata jumlah kunjungan di kawasan tersebut mencapai 80.000 orang bisa tercapai karena PIK yang perdana sudah memberi bukti keberhasilan. Kawasan tersebut tidak hanya dibangun sebagai wilayah properti semata, namun juga membangun customer experience.

Besarnya potensi bisnis PIK 2 itu juga menginspirasi Stanley Najoan dan Edy Liyanto. Kedua orang ini tidak hanya bersahabat lama dalam pertemanan, tapi juga berbisnis. Kemudian, mereka mengajak teman-temannya yang lain, sehingga total 17 orang sepakat mendirikan bisnis kuliner dengan bendera Grand The Leaf (The Leaf) di PIK 2. Stanley sebagai pemegang saham mayoritas, sedangkan Edy didapuk sebagai Direktur Utama Grand The Leaf.

“Pesatnya perkembangan PIK sebagai area hunian dengan fasilitas yang lengkap menjadi faktor utama Grand The Leaf hadir di kawasan ini. Daya tarik dari PIK 2 sebagai destinasi culinary, entertainment, dan lifestyle ini sesuai dengan target market perusahaan untuk menyasar kelas menengah ke atas,” jelas Edy

“Kami 17 orang ini teman di bisnis kontraktor properti. Kami pun sama-sama hobi makan, bersepeda dan jalan-jalan. Jadi, kami berpikir alangkah baiknya hobi yang memiliki banyak komunitas ini juga disalurkan menjadi sebuah bisnis. Jadi, setelah restoran The Leaf pertama sukses, kami bikin The Leaf kedua di PIK 2 ini yang diresmikan pada 2 Februari 2024 dan dibangun hanya tempo 5,5 bulan sudah rampung,” ucap Stanley menguraikan.

Stanley menjelaskan investasi pembangunan resto The Leaf PIK 2 kurang lebih Rp30 miliar. Dana itu berasal dari setoran modal 17 orang sircle mereka tadi sebagai investor. “Dari modal Rp30 miliar itu, pengeluaran terbesar untuk pembangunan gedung. Sebab gedung resto ini milik sendiri, bukan sewa. Kalau resto The Leaf di BSD Tangerang itu sewa gedungnya,” ungkapnya.

Ya, resto The Leaf perdana ada di kawasan BSD City, Tangerang yang dibuka pada 2023. Resto ini hasil kongsi 14 orang. “Untuk The Leaf PIK 2 ada tambahan pemodal tiga orang, sehingga total 17 orang,” tutur Edy menambahkan.

Apa bedanya The Leaf BSD dan The Leaf PIK 2? Pertama, dari sisi kehalalan. “Kalau The Leaf BSD semua menunya halal. Sedangkan The Leaf PIK 2 ada yang non halal dan halal. Tapi, kami bedakan juga alat masaknya, sehingga aman bagi yang ingin menyantap menu halal di sini,” Edy menegaskan.

Perbedaan kedua adalah dari sisi segmen pasar. Menurut Edy, konsumen di kawasan BSD alokasi pengeluaran makan di restonya Rp200-250 ribu per orang. Sedangkan di The Leaf PIK 2, para tamu berani mengeluarkan duit Rp300-350 ribu per orang. Itulah sebabnya, menu lobster yang mahal banyak diminati di The Leaf PIK. Di kawasan PIK 2 pun dekat dengan perumahan Pluit, Pantai Mutiara dan Muara Karang yang dinilai penghuninya cocok dengan target pasar The Leaf.

The Leaf PIK 2 dibangun di atas lahan seluas 3.000 meter persegi di Central Business District PIK 2, Tangerang. Gedung bertingkat tiga lantai dengan luas ruangan 5.000 meter persegi. Ada 10 VIP area, ballroom, area dining berkapasitas 440 seat yang terdiri dari 230 seat indoor, l 84 seat outdoor 126 seat, ada live music tiap hari dan lahan parkir luas utnuk 100 mobil.

Lokasi The Leaf tepat berada di jalan raya yang dikelilingi beragam area klaster residensial PIK 2 dan sejumlah fasilitas seperti Indonesia Design Centre, Galaxy Sport Centre PIK 2, hingga Superhiro Japanese Superstore. Restoran ini juga memiliki akses yang mudah melalui PIK 1 serta dapat diakses melalui Tol Jakarta.

Edy mengklaim, resto The Leaf menyajikan citarasa hidangan China otentik. “Grand The Leaf Restaurant mengusung konsep ‘Chinese Cuisine Restaurant & Executive Lounge’ yang modern, mewah dan elegan. Saat ini, chinese restaurant ini menjadi yang terbesar di kawasan PIK dan menyuguhkan berbagai menu khas Cantonese Food yang otentik serta kaya rasa,” tuturnya.

Grand The Leaf juga menghadirkan empat chef expatriat dan 1 expatriat manager dari Malaysia hingga lebih dari 130 karyawan service dan kitchen yang sudah berpengalaman di dunia Food & Beverage. Untuk menu, ada sekitar 230 pilihan, antara lain: Dimsum Barbeque (Roasted Duck, Suckling Pig, Samcan dan Chasiew Madu), Sapo Nasi Special khas Grand The Leaf, Lobster Sashimi Mutiara, Angsio Hisit dengan daging kepiting dalam bambu, kepiting jumbo tumis dengan saus pedas ala Singapura, udang mabok, ayam panggang dengan asap teh melati, dan lainnya.

“Di lantai 2 resto Grand The Leaf cocok dijadikan sebagai venue acara seperti sangjit, wedding, corporate gathering, birthday party, entertainment event, dan acara lainnya dengan menghadirkan penyanyi-penyanyi lagu Mandarin ternama, baik dari dalam negeri maupun luar negeri. Pada lantai ini, juga terdapat 3 meeting room dengan kapasitas mencapai 30 orang per ruangan, lengkap dengan fasilitas LCD screen, sound system dan Wifi,” jelas Edy.

Ke depan, bagi Edy, tidak menutup kemungkinan Grand The Leaf akan ekspansi ke beberapa kota besar di Indonesia, seperti Surabaya, Medan atau Bandung. “Yang jelas untuk cabang di PIK 2 ini kami optimistis akan mencapai break even point setelah tiga tahun,” Stanley menegaskan.

Swa.co.id


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved