Marketing Trends

Tiga Alasan Social Commerce Dapat Meningkatkan Penjualan

Andi Djoewarsa, Chief Marketing Officer Ninja Xpress. (dok Ninja)

Ninja Xpress meluncurkan hasil riset Suara UKM Negeri Vol 4 yang membahas tentang ‘Seluk Beluk Social Commerce di Indonesia’. Bekerja sama dengan Milieu Insight, studi ini melibatkan lebih dari 600 responden yang berasal dari para pelaku UKM yang berjualan secara online dengan memanfaatkan social commerce untuk menjangkau target market dan meningkatkan penjualan.

Berdasarkan riset volume 3 sebelumnya, ditemukan mengenai kelompok e-shopaholics yang merupakan kelompok pembeli online (e-shoppers) yang sudah terbiasa dan terus menerus berbelanja online. Dalam riset tersebut, juga ditemukan bahwa media sosial adalah mesin pencari masa kini bagi para e-shopaholics dan mereka terbiasa berbelanja multi-platform yaitu di marketplace ataupun di social media.

Andi Djoewarsa, Chief Marketing Officer Ninja Xpress menjelaskan bahwa era digital adalah era yang dinamis dan transformatif, kerap mengalami perubahan. Pelaku UKM tidak lagi disarankan untuk bergantung kepada salah satu platform belanja atau transaksi online.

“Strategi multi-platform dapat meminimalisir dampak bisnis apabila salah satu platform sedang menghadapi isu tertentu. Untuk itu kami juga mendorong pelaku UKM untuk terus mengembangkan potensi bisnisnya dengan mengembangkan situs online UKM-nya masing-masing dan memaksimalkan pemanfaatan social commerce untuk meningkatkan pendapatan,” kata Andi, Selasa (07/02/2024).

Istilah social commerce merupakan platform yang dimulai dari unsur sosial dan digunakan untuk mengembangkan basis pengguna sehingga dapat dimonetisasi untuk berjualan. Andi mengungkapkan, pihaknya melalui riset Suara UKM Negeri Vol. 4 menemukan tiga alasan mengapa social commerce penting dalam mendukung peningkatan penjualan.

Pertama audiens, di mana social commerce memiliki audience yang lebih luas dari marketplace. Sebanyak 48% seller mengatakan bahwa social commerce dapat menyediakan lebih banyak pelanggan potensial yang dapat ditargetkan.

Karakteristik platform social-first adalah unsur sosial, seperti dampak dari banyaknya pengikut dan konten buatan UKM, yang dimanfaatkan untuk membangun database dari konsumen. Oleh karena itu, UKM mengatakan ada lebih banyak pelanggan potensial yang dapat ditargetkan.

“Platform e-commerce-first, seperti marketplace, perlu membayar lebih untuk membangun basis penggunanya. Biaya pemasaran yang besar untuk mendatangkan konsumen ini kemudian dibebankan kepada UKM yang berjualan di platform tersebut,” ujarnya.

Kedua relevansi, artinya social commerce mempermudah UKM menemukan target audience mereka dengan konten yang relevan. Sebanyak 37% seller mengatakan bahwa social commerce membuka peluang mereka untuk lebih mudah untuk dikenal oleh target audiens yang relevan.

“Ketika sebagian besar orang mengunjungi platform social-first, biasanya mereka ingin mencari hiburan. Hal ini menciptakan peluang untuk UKM sebagai penjual dalam membuat konten yang kreatif dan relevan dengan brand untuk menarik perhatian pembeli (dan dompet mereka),” ungkap Andi.

Ketiga diversifikasi, social commerce membantu melakukan diversifikasi sehingga dapat menjangkau lebih banyak pembeli. Sebanyak 34% dari seller mengatakan bahwa mereka perlu mendiversifikasi kanal penjualan mereka untuk menargetkan audiens yang lebih beragam.

“Database kami tentang penjual social commerce di Asia Tenggara, 9 dari 10 orang mendirikan toko di marketplace atau menjalankan brand.com mereka. Hal ini menunjukkan bahwa dengan memanfaatkan berbagai platform untuk promosi produk dan juga penjualan, para pelaku UKM sebenarnya telah mulai memanfaatkan platform social commerce dalam mendukung transaksi jual beli mereka,” ucapnya.

Selain peluang yang hadir dari platform social commerce, ada beberapa tantangan yang dihadapi oleh para pelaku UKM untuk memaksimalkan pemanfaatan social commerce seperti adalah 50% dari seller menyampaikan bahwa mereka masih memiliki kesulitan untuk membuat konten yang efektif, 48% dari seller juga mengatakan sulit untuk mengejar algoritma platform yang terus berubah.

Editor : Eva Martha Rahayu

Swa.co.id


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved