Trends Economic Issues

BI Rate Tetap 6,0%, Ekonom: Sesuai Ekspektasi

Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada 21 Februari 2024 kemarin memutuskan untuk mempertahankan BI–Rate sebesar 6,00%. Keputusan mempertahankan BI-Rate pada level 6,00% untuk penguatan stabilisasi nilai tukar rupiah serta langkah pre-emptive dan forward looking untuk memastikan inflasi tetap terkendali dalam sasaran 2,5±1% pada 2024.

Gubernur BI Perry Warjiyo memprediksi pertumbuhan ekonomi dunia lebih baik dari proyeksi sebelumnya di tengah ketidakpastian pasar keuangan yang masih tinggi. Ekonomi global diperkirakan tumbuh sebesar 3,1% pada 2023 dan 3,0% pada 2024, lebih tinggi dibandingkan dengan proyeksi sebelumnya masing-masing sebesar 3,0% dan 2,8%.

“Perbaikan terutama ditopang lebih kuatnya kinerja ekonomi Amerika Serikat (AS) dan India sejalan dengan konsumsi dan investasi yang tinggi.Sementara itu, pertumbuhan ekonomi Tiongkok yang masih lemah serta kontraksi pertumbuhan ekonomi di Inggris dan Jepang yang telah terjadi dalam dua triwulan berturut-turut dapat menurunkan prospek pertumbuhan ekonomi dunia,” katanya dalam konferensi pers, Rabu (21/02/2024).

Perkembangan tersebut mengakibatkan ketidakpastian di pasar keuangan dunia masih tinggi. Suku bunga Fed Funds Rate (FFR) diperkirakan baru mulai menurun pada semester II 2024, sejalan dengan inflasi AS yang masih tinggi.

Ekonomi Indonesia tumbuh lebih baik dari prakiraan. Pada triwulan IV 2023 pertumbuhan tercatat sebesar 5,04% (yoy), meningkat dari 4,94% (yoy) pada triwulan sebelumnya sehingga secara keseluruhan tahun 2023 mencapai 5,05% (yoy). Pertumbuhan terutama didukung oleh kenaikan ekspor, peningkatan investasi bangunan, dan dampak positif pelaksanaan pemilu.

“NPI pada 2023 diperkirakan mencatat surplus, ditopang oleh defisit transaksi berjalan yang terbatas dan surplus transaksi modal dan finansial. Perkembangan terkini menunjukkan surplus neraca perdagangan masih berlanjut pada Januari 2024 sebesar US$2,0 miliar dipengaruhi oleh ekspor nonmigas yang kuat,” ungkapnya.

Senior Economist DBS Group Research Radhika Rao mengatakan keputusan BI menahan BI Rate pada posisi 6,0% sudah sesuai ekspektasi. Keputusan ini berimplikasi pada pasar di mana kurs rupiah dan obligasi sedikit berubah karena sebagian besar aksi kebijakan price-in.

Radhika memprediksi ke depan, tren disinflasi akan terus berkembang sejalan dengan perkiraan BI, dengan rata-rata setahun penuh berada pada kisaran revisi 1,5-3,5%. Harga beras sudah mendorong inflasi bulanan namun panen di bulan Maret akan memberikan sedikit bantuan.

“Kami mengharapkan tindakan administratif untuk mengatasi kemungkinan gangguan terhadap persediaan pangan. Stabilitas pasar mata uang dan obligasi akan menjadi pertimbangan utama dalam beberapa bulan mendatang,” ujar Radhika, Kamis (22/02/2024).

Radhika melanjutkan, pada gilirannya, para pembuat kebijakan perlu mewaspadai sikap dovish yang prematur, karena pasar terus mengurangi spekulasi bahwa pergeseran suku bunga The Fed AS akan segera terjadi. Data tenaga kerja dan inflasi AS yang kuat telah mengangkat imbal hasil AS dan US$.

“Pemilu baru-baru ini memberikan landasan bagi stabilitas dan kesinambungan kebijakan, sementara masa transisi dan konsolidasi partai mungkin dapat menjadi pemicunya volatilitas intermiten di pasar domestik. Bank sentral kemungkinan besar akan fokus pada risiko limpahan dari perkembangan global dan geopolitik (termasuk gangguan di Laut Merah), sambil tetap dalam masa jeda yang diperpanjang. Kami telah memperkirakan kemungkinan perubahan menuju pelonggaran pada semester kedua 2024, tergantung pada The Fed AS,” ungkapnya.

Editor : Eva Martha Rahayu

Swa.co.id


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved