Capital Market & Investment

Ada Kebijakan OPEC, Begini Peluang Cuan 3 Saham ini untuk Trading di Pekan Ini

Ada Kebijakan OPEC, Begini Peluang Cuan 3 Saham ini untuk Trading di Pekan Ini

Indeks harga saham gabungan (IHSG) pada Jumat, 1 Maret 2024 ditutup pada level 7.311 poin atau naik 0,4% dalam seminggu dan saat ini IHSG saat ini IHSG sedang konsolidasi dengan rentang support 7.260 dan resistance 7.380. Dimas Krisna Ramadhani, Equity Analyst PT Indo Premier Sekuritas (IPOT), menjelaskan penguatan IHSG pada 26 Februari-1 Maret 2024 tertopang 2 top gainers, yakni indeks sektor infrastruktur dan industri. Sektor infrastruktur yang naik 2,36% dalam seminggu terakhir yang disebabkan kenaikan saham BREN sebesar 12,38% dalam seminggu terakhir.

Pada Rabu lalu, BREN berhasil breakout dari konsolidasinya di harga Rp 6.000, apabila level ini mampu bertahan, resistance terdekat BREN adalah di level Rp 6.800. Sementara itu, laju sektor industri dalam sepekan terakhir naik sebesar 0,86% yang disebabkan kenaikan saham UNTR sebesar 3,55% dalam seminggu terakhir pasca laporan kinerjanya untuk tahun 2023 yang berada di atas ekspektasi analis.

Sayangnya, IHSG belum menguat kuat karena tersandera 2 top losers yakni teknologi dan kesehatan. Sektor technologi melemah 4,8% selama seminggu yang disebabkan oleh pelemahan saham GOTO yang turun sebesar 13% dalam seminggu, setelah berita mengenai jumlah aktif user bulanan (monthly active user) Tokopedia yang berkurang 82% jika dibandingkan MAU pada 2021. Kemudian, indeks sektor kesehatan menurun sebesar 2,3% dalam sepekan terakhir yang disebabkan oleh penurunan yang cukup dalam pada saham emiten rumah sakit seperti, SILO dan MIKA yang masing-masing turun sebesar 3,3% dan 5,7% sepanjang minggu lalu. Kedua emiten rumah sakit tersebut memiliki bobot yang besar terhadap indeks healthcare keseluruhan.

Dimas berpendapat pada minggu lalu ada 3 sentimen yang memengaruhi pergerakan IHSG 26 Februari - 1 Maret 2024 yakni Core PCE AS, inflasi inti tahunan Indonesia dan rencana pemangkasan supply oil oleh OPEC. Terkait Core PCE AS, pada Kamis lalu indeks pengeluaran konsumsi pribadi inti bulanan AS untuk bulan Januari telah rilis datanya. CORE PCE AS berada di level 0,4% atau naik dari bulan sebelumnya yang berada di level 0,1%. Namun begitu, angka tersebut sesuai dengan konsensusnya. "Indikator ini menjadi salah satu indikator yang dijadikan patokan oleh The Fed dalam melihat kondisi inflasi disana, yang pada akhirnya menjadi basis dalam menentukan keputusan tingkat suku bunga. Data ini menjadi sentimen positif dan direspon sangat baik oleh pelaku pasar, dimana ketika data ini rilis ketiga indeks utama AS mencetak level tertinggi barunya," tetur Dimas pada risenya di Jakarta, Senin (4/3/2024).

Selanjutnya, terkait sentimen inflasi inti tahunan Indonesia, saat ini berada di level 1,68% secara tahunan untuk bulan Februari lalu. Angka ini sama dengan bulan sebelumnya dan juga berada di bawah konsensusnya (1,71%). Inflasi inti tahunan yang tercatat ini merupakan level terendah dalam 2 tahun terakhir. "Jika kita melihat dari indikator inflasi tahunan untuk bulan Februari lalu yang berada di level 2,75%, maka indikator inflasi sudah masuk di dalam rentang target yang ditentukan oleh BI, dimana BI menetapkan target inflasi di 2024 adalah sebesar 2,5% plus minus 1," imbuh Dimas.

Dimas menyampaikan terkait sentimen rencana pemangkasan pasokan minyak bumi oleh OPEC yang berencana untuk memperpanjang masa pemotongan produksi minyak mentah hingga Juni 2024. Hal ini membuat harga komoditas minyak mentah (crude oil) mengalami kenaikan sebesar 4,5% sepanjang minggu lalu. "Jika kita bandingkan dengan 1 bulan sebelumnya, harga minyak mentah crude oil juga mengalami kenaikan sebesar 10,6%. Hal ini akan menguntungkan bagi emiten-emiten yang terkait seperti, MEDC dan AKRA. Harga saham AKRA berhasil naik 7,3% di sepanjang minggu lalu dan sudah membentuk harga tertinggi sepanjang masa barunya (ATH baru) pada closing Jumat lalu di harga 1750," tandasnya.

Amati Sentimen

Berbicara tentang sentimen pada 4-8 Maret 2024, Dimas menyebutkan 3 sentimen yang wajib diperhatikan para trader, yakni RUPS big banks, pandangan Jerome Powell dalam penentuan tingkat suku bunga dan non-farm payroll AS di Februari.

Terkait sentimen RUPS big banks pada pekan ini manajemen BBCA, BMRI, dan BBNI akan melakukan RUPS yang salah satu agendanya akan membahas mengenai rencana pembagian dividen untuk tahun buku 2023. Pada Jumat lalu BBRI sudah melakukan RUPS dan sepakat untuk membagikan dividen untuk tahun buku 2023 sebesar Rp 235/saham setara 3,8% dividend yield atau 80% payout ratio. "Hal ini menjadi katalis positif bagi indeks dan juga yang ditunggu oleh pelaku pasar mengenai pembagian dividend big banks. Pasalnya kenaikan yang terjadi pada IHSG dalam 2 bulan pertama di 2024, ditopang oleh sektor keuangan dan hal ini diprediksi menjadi sentimen positif untuk kembali membuat IHSG naik dan mencetak ATH baru," ungkapnya.

Sentimen selanjutnya terkait pandangan Jerome Powell dalam penentuan tingkat suku bunga, yakni pada Rabu dan Kamis mendatang Gubernur The Fed (Jerome Powell) akan menyampaikan pandangannya terkait kondisi ekonomi termasuk inflasi yang terjadi di AS selama sebulan terakhir. Pandangan ini akan sangat berpengaruh terhadap indeks dan menjadi arah kebijakan sebelum pertemuan FOMC berikutnya yang dilakukan The Fed pada 21 Maret mendatang.

Pelaku pasar dapat mengantisipasi kebijakan The Fed pada FOMC mendatang melalui pandangan yang disampaikan Powell pada Rabu dan Kamis esok. “Pelaku pasar berharap bahwa tingkat inflasi dapat segera terkendali dengan semakin mendekati target yakni 2%, sehingga suku bunga acuan dapat segera turun dan berimbas positif bagi indeks saham." Ucap Dimas.

Sementara itu terkait sentimen non-farm payroll AS di Februari, pada Jumat pekan ini dirilis data ketenagakerjaan yang menggambarkan kondisi ekonomi di AS dan tingkat inflasi di AS. Berdasarkan konsensusnya NFP untuk bulan Februari atau penambahan tenaga kerja diprediksi akan mendapat tambahan tenaga kerja sebesar 200 ribu. Pada bulan sebelumnya, NFP tercatat tambahan tenaga kerja sebesar 353 ribu, yang jauh berada di atas konsensusnya yang hanya sebesar 180 ribu. Hal ini menandakan kuatnya kondisi tenaga kerja di AS. "Bagai pisau bermata dua, ketika data tenaga kerja menunjukkan hal yang positif dengan banyaknya tambahan tenaga kerja berimbas terhadap berputarnya roda ekonomi. Namun di sisi lain, jika hal ini tidak dapat dikendalikan dengan baik, bisa membuat tingkat inflasi semakin menjauh dari target yang ditetapkan di 2024 yakni 2%," terangnya.

IPOT merekomendasikan 3 saham selain saham bank untuk trading pada awal pekan ini hingga Jumat, 8 Maret 2024, yakni buy saham ISAT di level support Rp 11.000 dan resistance Rp 13.00, buy on pullback AKRA (support: Rp 1.675, resistance: Rp 1.850), dan buy on pullback saham GJTL (support: Rp 1.105, resistance: Rp 1.240).


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved