Strategy

Rahasia Bisnis Kumala Home and Kitchen Bisa Bertahan Dua Dekade

Rahasia Bisnis Kumala Home and Kitchen Bisa Bertahan Dua Dekade
Pemilik bisnis Kumala Home and Kitchen Yenny Kusuma Hendra. (dok Kumala Home)

Bisnis yang bergerak di jual beli perabotan rumah tangga dan dapur berbahan keramik Kumala Home and Kitchen kini telah berjalan dua dekade. Lahir pada tahun 2003, bisnis ini dikelola oleh Yenny Kusuma Hendra.

Yenny menceritakan bahwa awal mula usaha tersebut merupakan bisnis keramik keluarga yang berorientasi ekspor. Lalu, Yenny memiliki ketertarikan pada bisnis peralatan rumah tangga, hingga menggeluti bisnisnya sendiri.

Saat ini, Kumala Home and Kitchen mempunya sejumlah merek, salah satunya Sero. Brand Sero lahir karena Yenny melihat ada ketimpangan perhatian masyarakat terhadap produk keramik buatan lokal. Sero menjual aneka produk rumah tangga dari bahan keramik lokal, di bawah naungan Kumala Home and Kitchen.

“Padahal kualitas (keramik lokal) itu bagus dan tidak kalah dengan dari negara-negara lain. Tapi stigma kalau produk keramik lokal itu jelek sudah tersebar di masyarakat, dan saya mencoba mengubah pandangan ini,” kata Yenny dalam acara peringatan Hari Perempuan Sedunia bareng Tokopedia beberapa waktu lalu.

Yenny mengungkapkan bahwa dalam proses produksi dirinya bekerja sama dengan sejumlah pabrik artisan keramik di wilayah Sumatra, Jawa Timur hingga Bali untuk menyediakan produk-produk rumah tangga berbahan keramik lokal di Kumala Home and Kitchen. “Semua produk kami semi-handmade, yang dibuat oleh para perajin lokal di mana 70% di antaranya adalah perempuan,” ujarnya.

Para perajin di usahanya tersebut ada yang tidak mengenyam pendidikan formal hingga perguruan tinggi, namun memiliki keterampilan membuat barang-barang rumah tangga berkualitas. Misi kami ingin memajukan para pengrajin lokal di daerah-daerah yang belum punya kemampuan go internasional.

Dalam menjalankan bisnis tersebut, Yenny mengaku menghadapi dua tantangan besar pertama terkait pengenalan brand, khususnya Sero yang baru lahir tahun 2017, kepada target customer dan kedua biaya distribusi. Meski perusahaan Kumala Home and Kitchen berpengalaman selama 20 tahun di industri ini, namun distribusi masih menjadi PR.

“Indonesia sangat luas sekali dari Aceh sampai Papua, misal kami dapat pesanan di Papua mau order gelas Sero 6 piece, itu ongkos kirimnya bisa lebih gede daripada harga keramiknya. Ini tantangan kami dalam mengembangkan brand, kami ingin bagaimana caranya supaya brand ini menjadi tersebar luas, sehingga para perajin daerah, para ibu-ibu bisa berkembang bersama kami,” ungkap Yenny.

Dalam menghadapi tantangan ini, kehadiran e-commerce sangatlah membantu, apalagi pada saat pandemi. "Brand aktif di e-commerce dan selalu bergabung dengan apapun program yang sedang e-commerce selenggarakan, setiap ada kesempatan brand selalu ikut, harapannya produk-produk kami lebih kelihatan," ungkapnya.

Untuk bisa bertahan dan merebut pasar, Kumala Home and Kitchen tidak selalu menggunakan strategi diskon. Yenny mengaku pihaknya lebih memilih strategi mengedepankan desain berbeda dengan desain yang ada di luar sana, kemudian lebih memasifkan produk knowledge, menjelaskan bagaimana kualitas produk dan apa yang membuat produk jadi berbeda dengan yang lain.

“Kami jual alat makan, edukasi tentang pentingnya alat makan yang baik dan tidak mengandung material yang berbahaya itu terus dilakukan. Seringkali orang berpikir supaya sehat maka harus makan yang sehat, tanpa memikirkan wadah yang benar dan baik, padahal itu (alat makan) juga sangat mempengaruhi kesehatan kita. Ini yang terus disampaikan. Kalau pakai promo terus, jualan tidak ada untungnya, makin habis profit margin kita,” ujar Yenny.


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved