Kinerja Perdagangan Indonesia Masih Kinclong
Neraca perdagangan pada Februari 2024 melanjutkan surplus sebesar US$ 0,87 miliar. Surplus neraca perdagangan Indonesia pada Januari-Februari 2024 mencapai US$ 2,87 miliar. “Berlanjutnya surplus neraca perdagangan mencerminkan posisi eksternal Indonesia yang masih cukup resilien di tengah gejolak perekonomian global yang masih tinggi. Kendati demikian, pemerintah akan terus mengantisipasi risiko global yang ada untuk memitigasi dampaknya pada ekonomi nasional” ujar Kepala Badan Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan, Febrio Kacaribu, di Jakarta, Sabtu (16/3/2024).
Febrio, pada keterangan tertulisnya, menjabarkan nilai ekspor Indonesia pada Februari 2024 mencapai US$ 19,31 miliar, turun sebesar 9,45% pada periode yang sama tahun lalu. Penurunan ini terutama bersumber dari ekspor nonmigas sebesar 10,15% yang diakibatkan penurunan ekspor batubara, besi dan baja, serta minyak sawit. Moderasi harga komoditas dan penurunan volume perdagangan global menjadi penyebab menurunnya ekspor nonmigas Indonesia.
Penurunan ekspor tercatat pada ekspor produk industri pengolahan sebesar 11,49% serta sektor pertambangan dan lainnya sebesar 7,54%. Sedangkan ekspor sektor pertanian tumbuh 16,91%. Nilai ekspor pada periode Januari-Februari 2024 mencapai US$ 39,80 miliar. Di sisi lain, impor Indonesia di Februari 2024 tercatat sebesar US$ 18,44 miliar, tumbuh 5,84% jika dibandingkan pada Februari tahun lalu.
Peningkatan impor didorong oleh sektor nonmigas yang tumbuh 14,42% dan sektor migas sebesar 23,82% . Peningkatan impor juga dipengaruhi oleh kenaikan impor komoditas utama seperti bahan baku plastik, mesin dan peralatan mekanis, dan mesin/perlengkapan elektrik. Dari sisi penggunaan, peningkatan impor terutama berasal dari impor barang konsumsi sebesar 36,49% , barang modal sebesar 18,52%, dan impor bahan baku/penolong sebesar 12,82%. Tren peningkatan impor di awal tahun ini mengindikasikan aktivitas ekonomi domestik yang membaik
Impor nonmigas masih didominasi oleh Tiongkok, Jepang, dan Thailand dengan share masing-masing sebesar 38,29%, 7,54%, dan 6,44%. Total nilai impor Indonesia pada Januari-Februari 2024 mencapai US$ 39,93 miliar. “Pemerintah akan terus memantau dampak perlambatan global terhadap ekspor nasional dan menyiapkan langkah antisipasi melalui dorongan terhadap keberlanjutan hilirisasi SDA, peningkatan daya saing produk ekspor nasional, serta diversifikasi mitra dagang utama,” tutur Febrio.