Entrepreneur

Kisah Osid dan Generasi Kedua Membesarkan Bisnis Tahu di Cipayung, BRI Topang Modal Kerjanya

Nani Suryani, generasi kedua penggiat UMKM produsen tahu di Cipayung, Jakarta Timur. (Foto : Vicky Rachman/SWA).

Tangan perempuan itu mahir menggunakan pisau untuk memotong tahu di papan kayu yang bersegi empat itu. Hujan yang mengguyur Jakarta sejak pagi hingga sore hari pada Jumat, 8 Maret 2023 itu tak menyurutkan semangatnya untuk memotong tahu. Dia itu Nani Suryani, sang generasi kedua penggiat usaha mikro,kecil dan menengah (UMKM) yang memproduksi tahu di Cipayung, Jakarta Timur.

Nani adalah anak kedua dari tiga bersaudara. Ayahnya, Osid Rosid, merintis bisnis tahu sejak tahun 1982. Kala itu, Osid berdomisili di Utan Kayu, Jakarta Timur. Sang ayah memproduksi tahu dan berjualan tahu keliling dengan mengayuh sepeda untuk menjual barang dagangannya sebanyak 10 kilogram per hari ke Pasar Anyar Bahari di Tanjung Priok, Jakarta Utara. “Sejak tahun 2013,

Saya bantuin bapak berjualan tahu ke pasar-pasar. Tapi, sejak ibu saya wafat, saya menggantikan bapak untuk operasional dan pemasaran, bapak sekarang tinggal di kampung halaman, Ciamis," ujar Nani saat dihubungi SWAonline di Jakarta, Rabu (20/3/2024).

Dulu, bapaknya Nani itu bekerja dan menjadi karyawan di pabrik tahu milik pamannyadi Utan Kayu. Kala itu, Ocid bekerja di pabrik tahu sekaligus merintis usaha memproduksi tahu. Usaha skala rumahan Osid ini semakin berkembang dari tahun ke tahun.Osid mengapresiasi pamannya yang membagikan pengetahuan memproduksi tahu. Yup, Osid belajar otodidak dan diberikan bekal pengetahuan oleh pamannya itu.Pada periode berikutnya, pengusaha tahu kelahiran Ciamis, Jawa Barat itu berpindah ke kawasan Duren Tiga, Jakarta Selatan di tahun 1995. Modalnya bersumber dari penghasilannya berjualan tahu. Dia menyisihkan profit sehingga bisa mengumpulkan modal kerja.

Beragam kendala dihadapinya. Misalnya, kehabisan duit untuk modal produksi. Pada 1995 ini, Osid memetik informasi dari sahabatnya mengenai kredit usaha di PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk atau BRI. Dia segera mengajukan Simpedes (Simpanan Masyarakat Pedesaan) ke BRI. Prosesnya mudah dan cepat. Osid memperoleh pinjaman Rp 4 juta dari BRI Kantor Unit Sukamulya, Ciamis, Jawa Barat. Dana dari BRI ini digunakan untuk modal kerja. Setahap demi setahap, Osid berhasil mengembangkan bisnis tahu

Pada 2003, Osid pindah dari Duren Tiga ke Cipayung, Jakarta Timur. “Nyari lokasi yang luas,makanya pindah ke Cipayung ini,” tutur Osid saat dijumpai SWAonline pada Jumat, 8 Maret 2024. Lokasi ini merupakan sentra produksi tahu di Cipayung. Pria berusia 59 tahun ini bersama keluarganya tinggal di lokasi ini. Jarak rumah tinggalnya ke pabrik tahu ini hanya selemparan batu.

Osid Rosid, pengusaha tahu di Cipayung, Jakarta Timur pada Jumat, 8 Maret 2024. (Foto : Vicky Rachman/SWA).

Sentra kerajinan atau produksi tahu ini menyediakan beragam fasilitas produksi pengolah kedelai menjadi tahu. Ibaratnya, ini kawasan terintegrasi UMKM-nya perajin tahun. Osid mengambil kedelai dari pemilik pabrik tahu. Kemudian, dia bersama anaknya, Nani serta karyawannya yang sebanyak 6 orang itu mengolah kedelai menjadi tahu. Osid dan Nani terus menggulirkan roda usaha keluarganya.

Osid mengolah kedelai sebanyak 2,5 kuintal per hari. Karyawannya saling berbagi tugas. Empat orang mengolah kedelai menjadi tahu di pabrik. Sedangkan dua pegawainya berjualan tahu di pasar. “Nani, anak saya, membantu saya mengembangkan usaha ini,” tutur Osid mengenai peran puterinya yang membesarkan usahanya ini.

Optimalkan Kredit BRI

Osid berdisiplin menggunakan pinjaman dari BRI untuk kegiatan produktif. Dia senantiasa menunaikan kewajibannya untuk melunasi kredit dari bank BUMN ini. Kredit yang senilai Rp 4 juta itu dicicil hingga tuntas sesuai jadwal pelunasan. “Setelah melunasi kredit yang Rp 4 juta itu, saya mendapat pinjaman BRI sekitar Rp 7 juta, kemudian Rp 17 juta, Rp 50 juta, dan Rp 100 juta,” tutur Osid yang kini memiliki 1 cucu ini.

Osid mengapresiasi kepercayaan BRI yang menggulirkan pinjaman. Jika mengacu penuturan Osid, pinjaman dari BRI itu terus menanjak nilai nominalnya. Ini mengindikasikan kepercayaan BRI terhadap kemahiran Osid mengolah pinjaman untuk pengembangan modal usaha. Pada masa pandemi Covid-19, Osid memperoleh restrukturisasi kredit sehingga Osid bisa mengelola arus kas. Maklum, penjualannya turun hingga 50% dari rata-rata omset per bulan.

Tak pantang menyerah, Osid pelan-pelan melakukan strategi bisnis yang adaptif.Caranya, Osid menjual dan mengirim tahu ke lokasi para pelanggannya. Dia mengirim tahu ke pelangganya itu sesuai protokol kesehatan. Omsetnya berangsur-angsur pulih. Nani mendampingi ayahnya untuk menjaga keberlangsungan usaha keluarganya ini. “Saya membantu pencatatan keuangan dan operasional,” tutur Nani.

Kini, nilai penjualannya mencapai Rp 5 juta/hari atau Rp 150 juta/bulan. Nani menjabarkanpenjualan per hari itu dipotong biaya operasional senilai Rp 4,3 juta sehingga keuntungan bersih berkisar Rp 700 ribu di setiap harinya itu. Sebulan, profitnya Rp 21 juta atau Rp 252 juta dalam setahun.

Pada 2023, Osid memberanikan diri untuk ekspansi pasca pandemi Covid-19. Dia mengajukan pinjaman Kupedes (Kredit Umum Pedesaan) BRI di Kantor BRI Unit Cipayung.”Pada Oktober 2023, saya mendapat pinjaman Rp 280 juta dari Kupedes-nya BRI. Alhamdulilah, saya sebagai nasabah BRI dimudahkan memperoleh kredit Kupedes BRI,” ucap Osid, pengusaha kelahiran 1957 itu. Tenor kredit Kupedes ini selama 5 tahun. Osid setiap bulan mencicilnya. Modal dari kredit Kupedes itu, kata Osid, cukup untuk memenuhi kebutuhan produksi tahu hingga 2,5 kuintal per hari.

Dia menggunakan kredit Kupedes untuk menambah kapasitas produksi, pengembangan usaha, dan modal kerja tambak ikan. “Pinajaman Kupedes BRI ini saya gunakan untuk modal ekspansi bisnis tahu dan menambah bisnis di tambak ikan gurame dan nila di Ciamis,” tutur Osid merincikan penggunaan dana pinjamannya itu. Osid menyebutkan bisnis ikan tambak ini mulai dirintis pada awal tahun ini. Dia membuat dua kolam terpal dan satu empang untuk ternak ikan mas, nila, dan gurame, dan mas.

Osid membagikan kearifan (wisdom) kepada anak-anaknya untuk tidak boros dan berdisplin menggunakan kredit untuk kegiatan produktif. Sebagai bukti nyata dari sikap ini, Osid bisa menyekolahkan anak pertamanya di Institut Kesenian Jakarta. “Sedang yang bungsu masih sekolah di SMA, Ciamis,” ujarnya. Kedisiplinannya mengelola keuangan berdampak positif lantaran Osid bisa membeli tanah dan rumah di Ciamis serta mobil dan sepeda motor. Dia juga diapresiasi pemerintah lantaran Osid diberikan NIB (Nomor Induk Berusaha) tanpa dipungut bayaran sepersen pun.

Pada kesempatan ini, Husnul Fuad, Kepala Unit BRI Cipayung, menyampaikan jumlah debitur di wilayah kerjanya itu sebanyak 1.898 debitur dan pinjaman yang telah disalurkan BRI Unit Cipayung pada Januari-Februari 2024 senilai Rp 79,165 juta.

Osid merupakan salah satu nasabah BRI yang dipercaya reputasinya lantaran sudah lima kali memperoleh pinjaman kredit dari BRI dan melunasinya. Tenornya berkisar 3-5 tahun dari lima kali pinjaman tersebut. BRI, lanjut Fuad, mendampingi Osid dan penggiat UMKM yang tercatat sebagai nasabah BRI. Tujuannya, agar UMKM ini bisa naik kelas. “Pendampingannya mulai cara produksi, pengemasan, pengemasan hingga legalitas usaha,” ucap Fuad.

BRI, lanjut Fuad, berkomitmen membiayai sektor-sektor UMKM di wilayah Cipayung, Jakarta Timur. Nilai pinjaman Kupedes di rentang Rp 500 ribu hingga Rp500 juta. Proses pengajuan pinjaman pun terbilang mudah dan singkat. Bunga pinjaman sebesar 0,6% per bulan.


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved