Best CEO

Bambang Pediantoro, Ingin UFM Jadi Holding Company Terkemuka di Industri Kesehatan

Bambang Pediantoro, Ingin UFM Jadi Holding Company Terkemuka di Industri Kesehatan
Bambang Pediantoro, CEO PT Unisia Medika Farma (UFM).

Catatan prestasi Bambang Pediantoro sebagai CEO PT Unisia Medika Farma (UFM) layak mendapat pujian. Sebab, brand Rumah Sakit JIH yang berada di bawah pengelolaan UFM kini cukup diakui di area Daerah Istimewa Yogyakarta dan Jawa Tengah. Pengakuan itu, antara lain, dari para mitra asuransi melalui pemberian penghargaan dan rujukan pasien terbanyak pada area tersebut.

Secara kuantitatif, pertumbuhan aset korporasi sebesar 1.000% dalam kurun waktu 10 tahun terakhir. Rata-rata pertumbuhan tahunan (year on year) di atas 20%, jauh di atas pertumbuhan industri.

“Tingkat turnover karyawan juga menurun, serta hasil survei kepuasan pelanggan, baik internal maupun ekternal, menunjukkan grafik naik. Ditambah lagi, ketertarikan mitra strategis pada JIH semakin banyak, sehingga bisa dipilih yang terbaik agar hasil kerjasamanya sesuai dengan ekspektasi dari para pihak,” ungkap Dito, panggilan sehari-hari Bambang Pediantoro.

Saat ini, UFM mengelola RS JIH Jogja, JIH Solo, JIH Purwokerto, dan RS UII (Universitas Islam Indonesia), serta memiliki dua anak perusahaan lainnya, yakni PT UTM Evizia dan Polifarma. Jumlah dokter, karyawan tetap, dan karyawan alih daya UMF mencapai 2.835 orang.

RS JIH awalnya bernama Jogja International Hospital, yang didirikan oleh Yayasan Badan Wakaf Universitas Islam Indonesia. Kemudian, pengelolaannya diserahkan kepada UFM.

Di UFM, Dito memulai karier sebagai general manager. Sebelumnya, selama delapan tahun bekerja di PT Indofarma (Persero) dengan jabatan terakhir sebagai Manajer Treasury.

Pria kelahiran 9 Februari 1975 ini Sarjana Ekonomi dari Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Maka, di UMF pun dia sempat menjadi Direktur Keuangan, yang kemudian dipercaya sebagai direktur utama.

Berdasarkan pengalamannya sebagai CEO, Dito berpendapat, dibandingkan 5-10 tahun lalu, peran CEO sekarang berbeda. Saat ini, berfokus pada penguatan soft capital & fundamental perusahaan, sedangkan di masa lalu banyak didominasi kemampuan marketing dan sales untuk mendongkrak awareness & reputasi perusahaan.

Setelah melewati masa sulit seperti (pandemi) Covid-19, menurutnya, konsolidasi internal dengan menguatkan people dan memahami kapasitas orang pada lingkup kerjanya menjadi hal yang sangat penting. “Menggerakkan arah pada ‘kapal’ yang menuju satu titik tujuan menjadi keahlian tersendiri. Tentu saja, hal itu harus diimbangi dengan pemahaman mengenai keuangan sebagai bahan bakar dalam kita bergerak juga menjadi faktor penentu,” tuturnya.

Saat ini, seorang pemimpin bisnis dituntut untuk mampu menjawab tantangan dengan decision making process yang cepat, melakukan konsolidasi internal, dan membaca kondisi global dengan baik. “Dengan menjalankan hal tersebut, terbukti berdampak positif dan perusahaan berjalan lebih cepat,” dia mengungkapkan.

Dengan membaca peta bisnis, utamanya di industri kesehatan yang banyak berubah, kemampuan visioning­­-nya sebagai seorang CEO makin baik, sehingga arah strategi perusahaan yang dipimpinnya menjadi kuat dan mudah dijalankan. “Tentu, dengan banyak inovasi yang kami kerjakan; sederhana tapi sesuai dengan kebutuhan pelanggan saat ini,” katanya.

Pemilihan orang juga menjadi sesuatu yang cukup trial dan error. Namun, dengan berjalannya waktu, tidak ada yang merasa disakiti karena telah ditempatkan pada posisi yang paling sesuai dengan arah perusahaan.

Dito mengungkapkan, apa yang dia lakukan sehari-hari banyak belajar dari ayahnya tentang pengambilan keputusan yang cepat, dan belajar dari ibunya tentang gaya komunikasi. Di samping itu, dia juga sering mencari data dan fakta di lapangan, serta mendapatkan kepercayaan karyawan atas keputusan yang dia buat, sehingga arah perusahaan menjadi lebih fokus sesuai dengan rencana.

Dalam pengelolaan risiko, Dito menerangkan, ada titipan pemegang saham untuk menjauhi kasus hukum, baik perdata maupun pidana. Karena itu, di UMF dibentuk tim manajemen risiko yang selalu membantunya dalam pengambilan keputusan.

Bahkan, untuk mencegah terjadinya fraud, diterapkan pola kontrol dan verifikasi berjenjang. Semua ini dikemas dalam penguatan budaya AMPUH (Amanah, Melayani, Profesional, Unggul, dan Harmoni) di dalam organisasi.

Sebagai CEO UMF, Dito punya visi menjadikan perusahaan ini sebagai holding company terkemuka di industri kesehatan dan memberikan pelayanan paripurna bagi pelanggan. Untuk mewujudkan visi tersebut, perusahaan mentransformasi kompetensi people-nya, dengan membentuk anak perusahaan yang khusus bergerak di bidang pelatihan bersertifikasi dengan kriteria kelulusan yang ketat.

Kemudian, melakukan inovasi pada banyak hal. Juga melakukan kerjasama partnership, termasuk di bidang permodalan, dengan mitra yang kapasitas brand dan kompetensi manajemennya lebih baik daripada UMF, sehingga reputasi RS JIH bisa naik.

Di tahun 2024, Dito punya agenda utama memperkuat pelayanan subspesialisasi pada tiga layanan unggulan di RS JIH di Yogyakarta serta menambah volume layanan anak dengan menyelesaikan gedung enam lantai yang fokus pada layanan subspesialisasi anak. Adapun pada rumah sakit anak/cabang, pihaknya akan memperkuat pelayanan yang ada, serta memperbaiki struktur keuangan dan investasi pada alat-alat canggihnya.

Strategi di holding, mengintegrasikan pengadaan terpusat, yang menciptakan efisiensi pada seluruh jaringan RS JIH. Di samping itu, bagi UMF, tahun 2024 saatnya berinvestasi, ketika yang lain masih menunggu hasil tahun politik.

“Saya punya keyakinan, perluasan cakupan layanan Rumah Sakit JIH masih jauh dari target, sehingga tumbuh cepat menjadi kunci sukses yang selalu saya pegang. Dengan kualitas layanan yang kami miliki, kami harus segera meratakan pelayanan di daerah lain agar manfaatnya bisa dirasakan oleh masyarakat yang lebih luas,” kata Dito.

Oleh timnya di UMF, Dito dinilai sebagai pemimpin yang memiliki kredibilitas tinggi, punya visi dan strategi yang jelas serta mampu mengomunikasikannya dengan baik. Ini terlihat dari hasil survei yang menggunakan pendekatan 4 Essential Roles of Leadership: skor untuk Inspire Trust dan Create Vision masing-masing 97,49 dan 97,86, sedangkan untuk skor Execute Strategy dan Coach Potential: 96,52 dan 85,79. Skor rata-rata yang diraih Dito 96,92.

Dengan pencapaian tersebut, Dito dinobatkan sebagai Indonesia Best CEO 2023 oleh SWA Media Group dan Dunamis Organization Services di kategori Emerging Growth Companies. (*)

Anastasia AS


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved