Strategy

Kondisi Bisnis PT Timah dan Strategi Manajemen Memperbaikinya

Kondisi Bisnis PT Timah dan Strategi Manajemen Memperbaikinya
Kondisi bisnis PT Timah tengah menantang, perseroan lakukan sejumlah strategi menghadapinya.

Salah satu BUMN pertambangan, PT Timah Tbk (TINS) tengah dilanda kondisi bisnis yang menantang. Di samping skandal korupsi para mantan petingginya, kondisi tata niaga timah, pertambangan ilegal hingga kondisi geopolitik global menjadi hal prioritas yang harus dihadapi.

Direktur Keuangan dan Manajemen Risiko TINS Fina Eliani mengatakan ekspor timah Indonesia menurun sejak 2022. Penurunan ini disebabkan pemulihan perekonomian global dan domestik yang berjalan lambat, harga logam timah dunia pada tahun 2023 tertekan akibat penguatan mata uang AS.

Lemahnya permintaan timah karena tingginya persediaan LME juga berdampak pada menurunnya ekspor timah Indonesia sampai dengan saat ini. Selain itu, penambangan timah tanpa izin yang terjadi di Bangka Belitung akibat tata kelola pertimahan yang belum membaik, berdampak negatif pada bisnis pertimahan di Indonesia, khususnya perseroan.

“Kondisi ekonomi global dan domestik yang belum membaik serta lemahnya permintaan logam timah global ditengah aktivitas penambangan tanpa izin berdampak pada kinerja Perseroan di tahun 2023. Tahun 2024 ini, perseroan fokus pada peningkatan produksi, strategi recovery plan dan program efisiensi berkelanjutan,” ujar Fina.

Fina mengaku, manajemen telah menyusun strategi dan kebijakan untuk menjaga kinerja perseroan tetap berkelanjutan. Program-program peningkatan produksi sampai dengan saat ini masih dilakukan seperti pembukaan lokasi baru, peningkatan kapasitas produksi tambang primer dari alat penambangan maupun alat pengolahan, memperbaharui IUP yang ada, melakukan survei lokasi dan inventarisasi kepemilikan lahan untuk pembukaan tambang darat baru serta peningkatan recovery dengan melakukan upgrading kembali dari sisa hasil pengolahan sebagai upaya untuk meningkatkan kinerja Perseroan.

Selain itu, program efisiensi berkelanjutan baik dari hulu ke hilir pun terus diupayakan. Perseroan terus mendorong perbaikan tata kelola pertimahan dengan melakukan pengamanan aset dan penegakan aturan serta kerja sama penambangan rakyat untuk mereduksi penambangan tanpa izin di wilayah konsesi pertambangan serta konsisten melakukan langkah-langkah strategis untuk meningkatkan kinerja operasi dan produksi.

“Ke depan, perseroan terus berupaya dalam merealisasikan beberapa inisiatif strategis di antaranya peningkatan sumberdaya dan cadangan secara organik atau anorganik, optimalisasi penambangan dan pengolahan timah primer, optimalisasi tata kelola penambangan rakyat, pengembangan bisnis pasir silika & mineral ikutannya, pengembangan monasite-REE, serta melakukan efisiensi biaya di seluruh rantai bisnis proses. “Manajemen optimistis kinerja perseroan pada tahun ini akan lebih baik sesuai dengan target,” ucap Fina.

Diketahui saat ini, harga rata-rata timah CSP di LME sejak Maret 2024 meningkat 5,7% menjadi US$27.436 per ton dari harga rata-rata timah CSP di LME selama tahun 2023 sebesar US$25.959 per ton. Bloomberg memproyeksikan harga timah di kisaran US$23.000 – 29.000 per metrik ton.


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved