Pasar Obligasi Diproyeksikan Masih Stabil Hingga Semester II
PT Mirae Asset Sekuritas Indonesia memprediksi harga pasar Surat Berharga Negara (SBN/obligasi pemerintah) tenor menengah-pendek (2 tahun-5 tahun) dapat menguat dalam waktu dekat ketika kondisi di pasar surat utang masih cukup fluktuatif seperti sekarang.
Karinska Bella Priyatno, Fixed Income Analyst Mirae Asset, mengatakan harga SBN tenor pendek diprediksi masih akan berfluktuasi dengan tingkat imbal hasil (yield) pada level 6,2%-6,35%, sehingga pelaku pasar dapat memanfaatkan fluktuasi tersebut untuk mendulang keuntungan. “Hingga akhir kuartal pertama tahun ini, terlihat bahwa pasar lebih fokus pada seri tenor menengah dan pendek, terutama seri-seri FR0101, FR0100, PBS030, PBS032, SPN, dan SPSN,” ujar Bella di Jakarta, baru-baru ini
Pergerakan harga dan yield obligasi saling bertolak belakang, sehingga ketika harga naik maka akan menekan yield turun, begitupun sebaliknya. Yield menjadi acuan keuntungan investor di pasar surat utang dibanding harga karena mencerminkan kupon, tenor, dan risiko dalam satu angka. Sejak awal tahun, dia mengatakan instrumen pendapatan tetap (fixed income) tenor menengah-pendek memang masih menjadi pilihan utama pelaku pasar. Pemilihan tenor itu, lanjutnya, untuk memanfaatkan volatilitas pasar yang terjadi karena tenor menengah-pendek lebih sensitif dan fluktuatif dibandingkan dengan tenor yang lebih panjang.
Saat ini, Bella mengatakan investor juga lebih memilih instrumen obligasi tenor pendek dan memanfaatkan jadwal jatuh tempo yang sudah dekat sehingga risiko pelaju pasar lebih terjaga.
Dia mengatakan pada dasarnya fluktuasi pasar instrumen pendapatan tetap saat ini masih sangat tergantung dari data makroekonomi khususnya dari AS. Namun, kemungkinan turunnya suku bunga acuan global dan domestik masih menjadi tema besar tahun ini.
Menurut dia, suku bunga global masih tinggi tetap tidak menurunkan daya tarik dari SBN karena tingkat imbal hasil (yield) real dari SBN Indonesia tenor 10 tahun yang berada di kisaran 3,9% masih cukup menarik. Menurut dia, faktor utamanya adalah inflasi yang terjaga pada 2,75% pada Februari. Real yield tersebut, lanjutnya, masih lebih tinggi dibandingkan dengan negara tetangga seperti Malaysia, China, dan India.
Saat ini selisih (spread) antara SBN tenor 10 tahun dengan Obligasi AS (US Treasury) tenor 10 tahun sudah menyempit, sebesar 236 basis poin (bps). Besaran 100 bps setara dengan 1%. Sempitnya selisih yield kedua instrumen itu menunjukkan pelaku pasar cukup prudent terhadap obligasi asal Indonesia dibanding negara-negara lain. Tenor 10 tahun adalah salah satu tenor acuan untuk pasar obligasi bersama dengan tenor 5 tahun, 15 tahun, dan 20 tahun. “Harga obligasi pemerintah tenor 10 tahun bisa naik, sehingga yield saat ini yang ada di 6,5%-6,7%, nanti untuk akhir semester II/2024 akan bisa turun ke 6%,” ucapnya.
Rully Arya Wisnubroto, Chief Economist Mirae Asset, mengatakan keyakinan terhadap pasar obligasi tersebut tidak terlepas dari kondisi ekonomi Indonesia yang masih cukup tahan banting (resilient), meski di tengah situasi yang penuh dengan tantangan dan ketidakpastian. Dia mengatakan beberapa tantangan ke depan adalah suku bunga yang masih tinggi dan ada tren inflasi pangan disebabkan oleh kenaikan harga-harga bahan pokok.