Strategy

Langkah Adaro Minerals Selanjutnya Usai Putus dengan Hyundai

Adaro Minerals putus kerja sama dengan Hyundai terkait penyerapan alumunium. Adaro menyiapkan strategi selanjutnya agar alumunium produksinya bisa terserap. (dok ADMR)

Hyundai Motor Company secara resmi tidak memperpanjang kerja sama penjajakan peluang pengadaan alumunium rendah karbon dengan Adaro Minerals Indonesia Tbk (ADMR). Kedua belah pihak sepakat tidak memperpanjang kerja sama yang telah terjalin selama 12 bulan sejak 2022 tersebut.

Dilansir dari Reuters, Jumat (05/04/2024) pemutusan ini ditengarai karena adanya desakan dari fans K-Pop agar Hyundai tidak membeli aluminium yang diproduksi dengan menggunakan energi batu bara. Namun, Direktur ADMR Heri Gunawan mengatakan, latar belakang kerja sama tidak dilanjutkan karena kedua belah pihak akan menjajaki kerja sama lain secara terpisah dan mandiri.

Selanjutnya, setelah putus dengan Hyundai, Heri mengaku perseroan telah menandatangani MoU dengan pihak-pihak lain yang siap menyerap hingga 70% dari total kapasitas produksi smelter aluminium milik entitas anak usaha Perseroan, PT Kalimantan Aluminium Industry. Perseroan juga masih terus mengoptimalkan penyerapan penjualan produk aluminium ingot di pasar domestik.

“Hal ini sejalan dengan komitmen perseroan untuk berpartisipasi aktif dalam program pemerintah terkait hilirisasi atau pengolahan mineral guna mengurangi ketergantungan Indonesia terhadap impor atas produk aluminium, sehingga dapat mengurangi defisit neraca perdagangan dan meningkatkan devisa negara. Selain itu, Perseroan juga ingin turut berkontribusi dalam menciptakan lapangan pekerjaan dengan menyerap sekitar 6.000 tenaga kerja lokal pada fase konstruksi dan 1.500 tenaga kerja lokal pada fase operasi,” katanya (04/04/2024).

Heri mengaku, pemutusan kerja sama tersebut hingga saat ini, tidak berdampak pada keuangan maupun operasional perseroan, ini karena smelter masih dalam tahap konstruksi. Dia menegaskan, perseroan terus bekerja keras untuk mencapai target commercial operation date yang direncanakan pada tahun 2025, dengan kapasitas produksi fase pertama sebanyak 500.000 ton aluminium per tahun.

“Perseroan meyakini prospek positif dari pasar aluminium, baik di dalam maupun luar negeri. Optimisme ini didorong oleh tingginya kebutuhan terhadap aluminium di berbagai industri, mulai dari otomotif, baterai, kemasan, konstruksi, hingga alat pertahanan,” ucap Heri.

Selanjutnya, Heri menjelaskan bahwa upaya perseroan dalam meningkatkan ketersediaan aluminium adalah demi peningkatan daya saing produk sumber daya alam di Indonesia. Diharapkan dapat membantu pemerintah dalam mengembangkan ekosistem kendaraan listrik di Indonesia serta berperan dalam mewujudkan industri yang rendah karbon untuk mencapai target Net Zero Emission. “Perseroran pun berencana untuk mengembangkan tahap selanjutnya dari pengolahan aluminium dengan memanfaatkan listrik dari Pembangkit Listrik Tenaga Air yang ramah lingkungan,” ungkap Heri.

Diketahui, pada tahun 2022 setelah adanya kerja sama dengan Hyundai, anak usaha ADMR, Adaro Baterai Indonesia mengucurkan modal untuk Adaro Indo Aluminium sebesar Rp1,51 triliun, dengan kata lain PT Adaro Indo Aluminium merupakan cucu perusahaan ADMR. Setelah mendapat modal tersebut, Adaro Indo Alumunium memberikan modal kepada PT Kalimantan Aluminium Industry lebih besar yakni Rp1,57 triliun.


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved