Trends

Pedagang Kuliner di Bulungan Berimprovisasi Untuk Menarik Minat Konsumen

Purnomo Setiawan, penjual gultik dan Ketua Klaster Gultik Bulungan di Jakarta pada Senin, 8 April 2024. (Foto : Vicky Rachman/SWA).

Sejauh mata memandang, warung tenda gulai tikungan (gultik) yang dipadati konsumen itu mudah dijumpai di kawasan Bulungan, Blok M, Jakarta Selatan. “Jumlah pedagang gultik di di kawasan Bulungan ada sekitar 30-an pedagang, kalau sebelum pandemi ada 17 hingga 19 pedagang,” ujar Purnomo Setiawan, salah satu pedagang gultik dan Ketua Klaster Gultik Bulungan saat dijumpai SWAonline di Jakarta, Senin (8/4/2024) malam. Persaingan bisnis kian kompetitif lantaran jumlah pedagang gultik kian membengkak. Para pedagang gultik ini berlomba-lomba menarik minat konsumen.

Purnomo, misalnya, berimprovisasi dengan menghadirkan cita rasa kuah gulai yang pedas. Kuah gulai berbasis santan dari kelapa ini diberi cabe agar semakin menambah sensasi pedas. Puromo mencoba trik ini untuk menarik minat konsumen yang menggemari sensasi pedas di tenggorokan. Mayoritas pedagang gultik di kawasan ini lebih condong menyuguhkan gulai yang sarat rasa manis. “Tapi, tidak semua pedagang gultik di sini yang kuahnya pedas, kebanyakan masih ada cita rasa manis dan kental dengan santan serta rempah-rempah,” tutur Purnomo yang berdagang gultik sejak 2003 di Bulungan, Blok M.

Penambahan cita rasa pedas ini merupakan serangkaian improvisasi yang dilakukan Purnomo untuk meningkatkan daya saing warungnya. Purnomo dan mitranya itu memiliki dan mengelola 2 warung gultik, salah satunya diberi brand Gultik 06. Selain itu, Purnomo memasok aneka sate ke para pedagang gultik tersebut.

Purnomo, sebagai pemimpin klaster gultik itu, membawahi 8 pedagang gultik. Para pedagang ini memiliki dan mengelola brand-nya masing-masing, antara lain Gultik Bang Gusto dan Gultik Mas Eko.”Klaster Gultik ini baru dibentuk, kami dibantu oleh BRI untuk mengembangkan klaster gultik di Bulungan,” tutur Purnomo yang sempat berkarier sebagai staf keamanan di salah satu perusahaan televisi swasta nasional pada 2003-2017. Strategi Purnomo dkk untuk menarik konsumen ke warung-warungnya adalah dengan menjemput bola.

Dia mengatakan beberapa karyawan di warung gultik itu ditugaskan sebagai sales yang menyapa dan mempersilahkan setiap calon konsumen yang melintas di kawasan ini. “Malam.., kakak, silahkan mampir,” ujar karyawan Gultik Mas Eko kepada pengunjung. Demikian cara pengelola gultik ini untuk menjaring konsumen. “Persaingan semakin ketat di masa pandemi Covid-19 karena ada saudara-saudara kita yang di-PHK (pemutusan hubungan kerja) yang berjualan gultik di sini, ada yang pernah bekerja di restoran dan terkena PHK, lalu mereka berjualan gultik,” tutur Purnomo.

Kendati persaingan semakin ketat, Purnomo dan rekan-rekannya terus berupaya meningkatkan daya saing dan memperluas jangkauan promosi serta pemasaran di kanal digital. Gultik Bang Gusto, misalnya, membuat @gultik_banggusto di Instagram. Gultik ini juga menyediakan nomor WhatssApp untuk memudahkan konsumen melakukan pemesanan. “Kami juga siap menyediakan gultik untuk acara-acara di kantor,” ujar Purnomo, kelahiran 40 tahun silam.

Pada bulan puasa tahun ini, keramaian pengunjung masih terlihat di warung Gultik Mas Eko. Pak Lego yang menyuguhkan gulai daging sapi di warung ini tampak sigap melayani konsumen. Mereka dating berkelompok, ada yang 2 orang hingga 8 orang. Purnomo menyampaikan total omset dari 8 penjual gultik di klasternya itu berkisar Rp 15 juta hingga Rp 16 juta per bulan. “Pada lebaran, biasanya omset naik 2 kali lipat setelah hari raya Idul Fitri hingga 7 hari ke depannya,” ungkap ayah dari 2 anak ini. Untuk memudahkan transaksi konsumen, Purnomo menyebutkan setiap warung gultik menyediakan QRIS (Quick Response Code Indonesian Standard) yang diterbitkan BRI. Warung Gultik Mas Eko yang berlokasi di depan SMA Negeri 70 Jakarta, Bulungan, Jakarta Selatan itu menyediakan QRIS tersebut.

KUR Untuk Modal Produktif

PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk atau BRI menjalin relasi dengan para pedagang gultik dibawah naungan Purnomo itu, “Pada fase awal ini, kami (Klaster Gultik Bulungan) diberikan bimbingan oleh BRI untuk meningkatkan usaha. Nantinya, kami berharap diberikan pembinaan untuk packaging, mengikuti bazar dan dijembatani oleh BRI untuk memasok gulai ke berbagai acara BRI atau perkantoran pemerintah atau swasta,” tutur Purnomo. Pembayaran pun diberikan opsi, yakni transaksi tunan dan non tunai via QRIS ini.

Purnomo mengatakan para pedagang gultik sejak 2 tahun lalu menyediakan QRIS dari BRI. Rata-rata jumlah transaksi QRIS sebanyak 50 kali per hari di setiap warung gultik itu. Sekitar 50-60% dari jumlah transaksi konsumen di 8 warung gultik itu menggunakan transaksi non tunai via QRIS.

Purnomo mengunduh aplikasi BRImo sehingga bisa memantau transaksi non tunai di warung gultiknya. “Aplikasi BRImo saya pergunakan juga untuk transaksi pembelian kebutuhan warung gultik ke supplier, saya transfer ke mereka yang kebetulan menggunakan rekening BRI,” ujarnya.

Ke depannya, Purnomo berancang-ancang mengembangkan 2 warung gultiknya itu. Dia pada Maret 2024 memperoleh Kredit Usaha Rakyat (KUR) dari BRI. Nilainya Rp 100 juta dan bertenor 2 tahun.“KUR dari BRI cair di bulan lalu (Maret). Saya gunakan untuk menambah modal usaha untuk membeli berbagai perlengkapan, seperti membeli tenda,” imbuhnya. Selain itu, Purnomo menyisihkan dana KUR ini untuk kegiatan produktif, yakni berinvestasi di kampung halamannya di Sukoharjo, Jawa Tengah. “Saya berinvestasi di sawah yang dimiliki saudara,” sebut Purnomo. (*)


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved