Companies

Trakindo Utama, Pembaruan secara Berkala

Trakindo Utama, Pembaruan secara Berkala
Suwono, Manajer SHE Strategy & Governance Trakindo

Dinamis dan terus memperbarui. Itulah gambaran bagaimana upaya PT Trakindo Utama dalam menciptakan manajemen K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja) yang excellent. Dari Mei 2002 hingga Juli 2023, sederet perubahan dilakukan dengan fokus pada peningkatan berdasarkan aspek bisnis, kondisi lapangan, serta peluang perbaikan.

Agar upaya ini berjalan sistematis dan berkelanjutan, perusahaan distributor alat berat ini melakukan pendekatan dari sisi struktur dan kultur. Dari sisi struktur, mereka menunjuk penanggung jawab K3 Lingkungan (K3L) secara ketat. Mayoritas personel keamanan telah memiliki lisensi yang disyaratkan, seperti Ahli K3.

Trakindo, yang dihuni 7.800 karyawan permanen dan 2-3 ribu karyawan alih daya di lebih dari 70 cabang, juga memenuhi dan melampaui ketentuan regulasi PP 50 Tahun 2012 tentang SMK3 (Sistem Manajemen K3) dengan rasio karyawan K3 yang lebih tinggi daripada yang ditetapkan (1:100), di mana personelnya berjumlah 105 orang.

Kemudian, dari sisi kultur, manajemen mengupayakan K3 menjadi budaya. Mulai tahun 2017, kerjasama dengan Caterpillar telah diinisiasi untuk mengevaluasi dan mengukur budaya K3. Ini dilakukan melalui survei yang diikuti karyawan, dengan hasilnya diawasi menggunakan aplikasi Safety Health and Environment (SHE) Maturity Dashboard, yang memungkinkan evaluasi langsung terhadap tanggapan karyawan terhadap program K3.

Dan, dalam dua tahun terakhir, Trakindo mengembangkan sendiri metode pengukuran budaya K3 (SHE Culture) yang meliputi tiga aspek: Personal (persepsi keselamatan karyawan dari kuesioner), Situational (komitmen pimpinan terhadap K3L), dan Organizational (hasil audit internal tahunan di semua cabang). Hasilnya, positif, menunjukkan posisi “Proactive” pada tahun 2022, yang meningkat pada tahun 2023.

Pendekatan struktur dan kultur yang komprehensif ini tak bisa dilepaskan dari keseriusan manajemen. Di hulu, dalam strategi korporat, faktor safety merupakan bagian dari Corporate Strategic Imperatives, dengan fokus pada pencapaian nol pelanggaran regulasi pemerintah dan nol kecelakaan.

Kepatuhan terhadap regulasi diukur melalui aspek lingkungan, sosial, dan tata kelola. Adapun keberhasilan dalam mencegah kecelakaan diukur melalui indikator Lost Time Case Frequency Rate (LTCFR) dan Reportable Injury Frequency Rate (RIFR).

LTCFR adalah metrik yang digunakan dalam K3 untuk mengukur jumlah kasus kehilangan waktu kerja yang terjadi dalam suatu periode tertentu per sejumlah jam kerja. Sementara RIFR adalah metrik untuk mengukur frekuensi cedera yang harus dilaporkan dalam suatu periode waktu.

Agar lebih excellent, manajemen Trakindo juga mendukung digitalisasi dalam pengelolaan K3. Berbagai aplikasi digital diterapkan sejak Januari 2022.

Di antaranya, SHE Dashboard Performance Enhancement untuk memonitor kinerja, PUI (pre-use inspection) online untuk inspeksi prapenggunaan kendaraan, dan TU Smart Alignment untuk laporan observasi SHE. Semua aplikasi ini terintegrasi dalam aplikasi mobile THRU, yang memudahkan karyawan mengakses informasi terkait kampanye terbaru dan regulasi perusahaan.

Mereka juga mengintegrasikan berbagai inisiatif digital dalam operasionalnya, termasuk monitoring Contractor Safety Management System (CSMS) pada e-procurement, digital dashboard untuk keberlanjutan dan penghematan energi. Program ini, menurut Suwono, Manajer SHE Strategy & Governance Trakindo, berhasil mengubah proses yang awalnya manual menjadi paperless.

Digitalisasi ini dirasakan sangat penting. Selain membantu secara operasional, juga mendukung tumbuhnya kultur SHE yang kondusif. Salah satunya, tersedia portal yang dapat diakses karyawan. Juga mengadopsi sistem pelaporan online untuk insiden dan bahaya.

“Dengan adanya aplikasi yang kami develop, yaitu E-incident & investigation, semua karyawan kami beri akses untuk melaporkan kejadian yang dialami. Kalau seandainya tidak bisa melaporkan, temannya atau atasannya bisa langsung melaporkan,” kata Suwono.

Yang menarik, Trakindo tidak hanya mengupayakan sendiri atau berkolaborasi dengan Caterpillar. Mereka juga bekerjasama dengan Kementerian Tenaga Kerja RI untuk sertifikasi operator alat berat dan telah memperkenalkan inspeksi operasional dengan pelanggan melalui Management Walkthrough (MWT) untuk memastikan kepatuhan terhadap rencana kerja.

Sejauh ini, Suwono mengungkapkan, hasil manajemen K3 terhitung menggembirakan. “Dalam 10 tahun terakhir, tren LTCFR dan RIFR fluktuatif dan cenderung menurun,” ungkapnya. Contohnya, tahun 2023, angka LTCFR turun menjadi 0,02 dari 0,04, sementara RIFR turun menjadi 0,11 dari 0,18.

\Kendati hasilnya positif, Trakindo tidak berpuas diri. Menyadari pentingnya pembaruan secara berkala, mereka menerapkan siklus PDCA (plan, do, check, action) untuk sistem dan prosedur operasi manajemen K3. Semua dokumen terkait diintegrasikan dalam satu dashboard yang dapat diakses seluruh karyawan.

Kebijakan ini terus diperbarui berdasarkan perkembangan bisnis dan regulasi. Setiap tahun, kebijakan tersebut di-review dan diperbaiki sesuai dengan kebutuhan. Dari kebijakan ini, Trakindo mengembangkan Objective Target Program, yang mencakup aspek keselamatan, kesehatan, lingkungan, dan kontrol kontaminasi, dengan evaluasi yang dilakukan secara teratur. (*

Teguh S. Pambudi dan Vina Anggita


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved