Capital Market & Investment

PTBA Buka-Bukaan Soal Prospek Industri Batubara ke Depan

PTBA optimistis propsek industri batubara cerah meski di tengah tren penggunaan energi bersih. (dok PTBA)

PT Bukit Asam Tbk (PTBA) menghadapi sejumlah tantangan sepanjang tahun 2023, di antaranya penurunan indeks harga batu bara yang cukup dalam. Untuk mengurangi risiko akibat penurunan harga batu bara global, PTBA melakukan diversifikasi pasar/mengeksplorasi pasar baru dan memperluas basis pelanggan, sehingga meningkatkan stabilitas pendapatan.

Implementasi kebijakan tersebut diwujudkan dengan melakukan optimalisasi penjualan batu bara tujuan ekspor dan terbukti volume penjualan ekspor di tahun 2023 mencapai 42% dari total penjualan atau mengalami peningkatan dari tahun sebelumnya yang hanya 39%. Peningkatan volume penjualan ekspor tersebut dilakukan dengan tetap memperhatikan kebutuhan domestik dalam rangka menjaga ketahanan energi nasional.

Direktur Utama PTBA Arsal Ismail dalam laporan tahunannya meyakini bahwa industri batu bara masih memiliki prospek cerah untuk beberapa tahun ke depan. Tren transisi energi dan komitmen iklim untuk menurunkan emisi karbon menjadi tantangan terberat.

Mengacu pada Grand Strategi Energi Nasional (GSEN) Indonesia, batu bara diperkirakan masih akan menjadi salah satu sumber energi utama untuk pembangkit listrik di Indonesia hingga tahun 2060. Harga batu bara global di tahun 2023 yang mengalami kontraksi dibandingkan tahun sebelumnya, diproyeksikan tidak banyak berubah di tahun 2024.

“Perusahaan meningkatkan target operasional pada tahun 2024 yaitu produksi batu bara 41,34 juta ton angkutan 33,69 juta ton dan penjualan batubara 43,11 juta ton. Selain itu, PTBA berpotensi mendapatkan keuntungan dari implementasi Mitra Instansi Pengelola (MIP), melalui kompensasi atas kontribusi dalam pemenuhan kebutuhan batubara domestik untuk mendukung ketahanan energi nasional,” kata Arsal dalam laporan tahunan perseroan kepada BEI, dikutip (170/4/2024).

Arsal menegaskan, perseroan juga menargetkan 30% dari revenue stream perusahaan akan berasal dari bisnis energi pada tahun 2030. Hal tersebut termasuk diversifikasi ke dalam pembangkit Energi Baru dan Terbarukan (EBT) serta inisiatif Manajemen Karbon. Strategi ini sejalan dengan tren global untuk beralih ke sumber energi yang lebih berkelanjutan dan ramah lingkungan.

Sepanjang tahun 2023, perseroan berhasil membukukan pendapatan sebesar Rp38,49 triliun atau menurun 10% dari tahun sebelumnya sebesar Rp42,65 triliun. Realisasi pendapatan tersebut sedikit di bawah dari target yang ditetapkan sebesar Rp40,35 triliun.

Sedangkan dari sisi biaya, terdapat kenaikan total biaya yaitu dari Rp28,03 triliun pada tahun 2022 menjadi Rp31,92 triliun pada 2023. Kenaikan total biaya didorong oleh beberapa faktor, diantaranya peningkatan volume produksi, angkutan, penjualan, hingga perubahan aturan terkait tarif royalti.

Kondisi tersebut berdampak pada koreksi terhadap laba bersih tahun 2023, yaitu menjadi Rp6,11 triliun dari tahun sebelumnya sebesar Rp12,57 triliun. Serta koreksi terhadap total aset dari Rp45,36.


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved