Trends

Dekarbonisasi Industri Melalui Penangkapan dan Penyimpanan Karbon

Dekarbonisasi Industri Melalui Penangkapan dan Penyimpanan Karbon

Salah satu sorotan utama pada transisi energi yaitu upaya penurunan emisi karbon (dekarbonisasi) khususnya bagi industri yang membutuhkan energi tinggi dan menghasilkan emisi yang tinggi. Salah satu upaya penurunan emisi karbon adalah melalui Carbon Capture and Storage (CCS). Teknologi ini cukup matang dan telah diterapkan di beberapa negara maju. Indonesia memandang hal ini sebagai potensi besar guna mendukung upaya dekarbonisasi bagi sektor industri.

Dalam upaya mendukung peralihan menuju kepada energi bersih dan berkelanjutan, Energy Academy Indonesia (ECADIN) berkolaborasi dengan Kementerian Perindustrian RI dengan dukungan PT Pertamina (Persero) menyelenggarakan Business Forum bertema ‘Decarbonizing Industry through Carbon Capture and Storage’ tanggal 22 April 2024 di Hannover, Jerman untuk mengeksplorasi upaya dekarbonisasi melalui CCS dalam mendukung energi transisi. Acara ini merupakan bagian integral Hannover Messe 2024, pameran industri di dunia yang menampilkan kemajuan teknologi dan inovasi di berbagai sektor.

Acara yang dilaksanakan secara hybrid (online & in-person) terkait perkembangan CCS untuk dekarbonisasi di sektor industri ini menghadirkan pembicara dari industri terkemuka asal Indonesia, Norwegia dan Belanda untuk berbagi pandangan mereka mengenai topik tersebut. Muhammad Shidiq sebagai Climate and Air Quality Manager ECADIN menjadi moderator di sesi ini dengan pembicara: Candra Sutama, COO – ECADIN; Yoki Firnaldi, Presiden Direktur PT Pertamina International Shipping; Morten A. Christophersen, CEO Econnect Energy serta Erik Mathias Sorhaug, Business Development Director DNV Maritime.

Candra mengawali sesi ini dengan menyampaikan urgensi CCS serta beberapa contoh success story implementasi projek CCS di dunia. Seperti diketahui bahwa CCS memiliki potensial kontribusi 8% terhadap reduksi emisi kumulatif. Dijelaskan pula bahwa bagi Indonesia, potensi strategis arah pengembangan CCS Indonesia mencakup inisiasi 15 CCS project yang ditargetkan sebelum tahun 2030 sebagai bagian dari regional CCS Hub.

Selanjutnya, Yoki memaparkan target dan upaya yang telah dilakukan PT Pertamina International Shipping terkait green ships, alternative fuels dan CCS. Disampaikan pula mengenai kerja sama antara Pertamina terkait CCUS (Carbon Capture, Utilization, and Storage) dengan berbagai partner nasional dan internasional dan mematok target penyimpanan karbon sebesar 7,3 Giga Tons hingga tahun 2030.

Lalu, Morten A. Christophersen menjelaskan implementasi projek strategis CCUS) di berbagai belahan dunia. Sebagai contoh, projek di Gulf of Mexico yang merupakan projek CCUS tercepat. Tantangan secara engineering juga dipaparkan dalam sesi ini.

Dan Erik Mathias Sorhaug menggarisbawahi bahwa peluang penerapan CCUS dalam industri maritim penting khususnya dalam CO2 carriers pada berbagai kapasitas, pengembangan offshore injection units, floating terminals, dan pembentukan bunker vessels for OCC. Sementara itu, DNV telah berpartisipasi pada 200 projek terkait CCS di seluruh dunia.

Dalam sesi ini disepakati bahwa bagi Indonesia, pengembangan CCS maupun CCUS memang masih dalam fase pengembangan (emerging). Namun berdasarkan potensi akan cukup menjanjikan dan memberi dampak bagi dekarbonisasi dan sustainability. Oleh karenanya, upaya akselerasi, mulai dari perencanaan dan eksekusi perlu didukung oleh seluruh stakeholder terkait yang didukung skema insentif dari pemerintah.

Pengembangan CCS/CCUS secara menyeluruh dari hulu sampai hilir diharapkan akan meningkatkan daya tarik ekonomi bagi para pemangku kepentingan dalam industri ini, serta berkontribusi pada pertumbuhan yang berkelanjutan bagi sektor ini.


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved