Economic Issues

Hilirisasi Industri Menjadi Katalis Pertumbuhan Ekonomi 5%

Setelah berakhirnya pemilu, kinerja investasi di Indonesia menunjukkan tanda-tanda kebangkitan yang signifikan. Fakta ini diperkuat dengan pertumbuhan ekonomi yang berada di atas 5 persen selama tujuh kuartal berturut-turut. Lebih dari itu, dengan berbagai kebijakan pemerintah, tingkat inflasi pun masih terjaga rendah.

Wakil Menteri Keuangan, Suahasil Nazara, menyampaikan pemerintah berhasil menyelesaikan defisit fiskal sebesar 1,6% dari produk domestik bruto (PDB). Ini adalah posisi yang kuat yang diakui oleh komunitas internasional bahwa Indonesia tidak terekspos pada kenaikan suku bunga karena pembiayaan berasal dari pasar.

“Anda dapat melihat beberapa negara masih berjuang untuk mengelola situasi utang mereka dan pada saat yang sama juga mengelola pertumbuhan. Saya percaya karena ketahanan ekonomi Indonesia, kita dapat meningkatkan defisit fiskal dari 1,6 persen menjadi 1,2% terhadap PDB tanpa mengorbankan pertumbuhan ekonomi Indonesia,” kata Suahasil dalam DBS Asian Insights Conference 2024, Selasa (21/5/2024).

Secara jangka panjang, Indonesia memiliki cita-cita ambisius yakni Indonesia Emas 2045 untuk menjadi episentrum pertumbuhan ekonomi di Asia Tenggara dan salah satu dari lima besar ekonomi dunia. Untuk mewujudkan aspirasi ini, diperlukan intervensi dalam strategi hilirisasi industri serta praktik terbaik dalam penerapan ennviromental, soscial & governance (ESG).

Dalam menghadapi ketidakpastian global, Indonesia tetap optimis dengan proyeksi pertumbuhan ekonomi. Faktor-faktor seperti hilirisasi industri dan peningkatan ekspor non-migas memberikan harapan positif bagi pencapaian target pertumbuhan 5%.

Suahasil mengatakan ketahanan ekonomi Indonesia dalam menghadapi tantangan global patut diapresiasi. Pertumbuhan yang stabil memberikan ruang bagi Bank Indonesia (BI) untuk tetap teguh dalam mengelola stabilitas harga dan rupiah. "Setelah kenaikan suku bunga pada April, walaupun kemungkinan kenaikan suku bunga lebih lanjut masih ada, beberapa langkah yang dapat diambil mencakup intervensi yang disterilkan, pembelian obligasi, menarik arus masuk melalui surat utang berjangka waktu kurang dari setahun, dan meminta perusahaan BUMN untuk mengoptimalkan/menghentikan pembelian dolar dalam jumlah besar,” ujarnya.

Tidak hanya itu, beberapa analis memperkirakan bahwa program andalan presiden terpilih, Prabowo Subianto, yaitu menyediakan makanan dan susu gratis, akan menelan biaya sekitar Rp450 triliun per tahun, atau sekitar 13% dari total pengeluaran pemerintah. Selain itu, proyek Ibu Kota Negara (IKN) dan peningkatan anggaran pertahanan juga akan menyedot dana negara. Rencana Kerja Pemerintah (RKP) 2025 menargetkan rasio utang terhadap PDB antara 39,77-40,14%, ini lebih tinggi dari target utang pemerintah tahun ini sebesar 38,26%.

Kinerja Ekspor

Pada kesempatan terpisah, Kepala Badan Kebijakan Fiskal di Kementerian Keuangan, Febrio Kacaribu, menjabarkan neraca perdagangan Indonesia pada April 2024 mencatatkan surplus sebesar US$3,56 miliar. Capaian tersebut memperpanjang tren surplus neraca perdagangan Indonesia menjadi 48 bulan berturut-turut sejak Mei 2020 dengan nilai akumulasi surplus mencapai USD157,21 miliar. “Capaian neraca perdagangan yang selalu positif selama empat tahun terakhir ini memberikan landasan yang kuat dalam rangka menjaga ketahanan ekonomi kita. Meski demikian, kita tetap harus waspada terhadap perubahan kondisi global dan terus memperkuat dukungan kebijakan demi mendorong pertumbuhan yang berkelanjutan,” ujar Febrio.

Ekspor Indonesia pada April tahun ini tercatat sebesar US$19,62 miliar, naik sebesar 1,72% dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Ini didorong oleh peningkatan ekspor migas sejalan dengan meningkatnya harga energi global. Di sisi lain, ekspor sektor nonmigas pada April 2024 tercatat sebesar US$18,27 miliar, dengan share terbesar berasal dari ekspor bahan bakar mineral (16,83% dari total ekspor nonmigas). Selanjutnya, komoditas logam mulia dan nikel mengalami peningkatan yang signifikan, masing-masing sebesar 70,97% dan 24,67% secara tahunan. Peningkatan ini didorong oleh adanya peningkatan harga nikel dan juga peningkatan volume ekspor logam mulia.

Secara kumulatif, nilai ekspor Indonesia Januari–April 2024 tercatat mencapai US$81,92 miliar, dengan share terbesar berasal dari ekspor ke Tiongkok (23% dari total ekspor), disusul Amerika Serikat (10,48%) dan India (9,01%). Ekspor Indonesia ke kawasan ASEAN pada periode yang sama memberikan sumbangan sebesar 17,74%. Impor Indonesia pada bulan April 2024 tercatat sebesar US$16,06 miliar, naik 4,62% , didorong oleh peningkatan impor beberapa komoditas utama, antara lain mesin/perlengkapan elektrik, plastik dan barang dari plastik, bahan kimia organik, serta gula dan kembang gula.

Dari sisi golongan penggunaan barang, kenaikan impor bersumber dari impor barang modal sebesar 13,57% , bahan baku penolong sebesar 3,29% , dan barang konsumsi sebesar 0,56% . Peningkatan impor ini sejalan dengan kenaikan permintaan konsumsi selama Ramadan dan Lebaran serta terjaganya tingkat inflasi Indonesia dalam rentang sasaran.

Peningkatan impor menurut golongan penggunaan barang ini berkontribusi positif dalam mendorong aktivitas manufaktur Indonesia sehingga tetap berada pada zona ekspansif, dengan indeks PMI manufaktur mencapai 52,9 pada April 2024. Secara kumulatif, nilai impor Indonesia Januari-April tercatat US$70,95 miliar. Ke depan, kinerja perdagangan diperkirakan tetap tumbuh positif seiring dengan kinerja volume ekspor yang tetap tumbuh di tengah pemulihan global yang berlangsung stabil namun lambat.

Selain itu, keadaan geopolitik yang masih belum stabil dan penurunan aktivitas ekonomi negara-negara mitra utama juga masih perlu diwaspadai dan diantisipasi, karena dapat berdampak terhadap kinerja perdagangan Indonesia. “Dengan mencermati kinerja perdagangan Indonesia pada bulan April 2024 ini, Pemerintah akan terus memantau dampak perlambatan global terhadap ekspor nasional. Selain itu, langkah antisipasi akan terus disiapkan melalui dorongan terhadap keberlanjutan hilirisasi SDA, peningkatan daya saing produk ekspor nasional, serta diversifikasi produk dan mitra dagang utama”, tutur Febrio.(*)


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved