Unilever Indonesia Menggulirkan Program Pemberdayaan Komunitas Tuli
swa.co.id, Jakarta-Memperingati Hari Lahir Pancasila, komunitas FeminisThemis meluncurkan FeminisThemis Academy 2024. Program ini didukung penuh oleh Komisi Nasional Disabilitas dan Unilever Indonesia mengedukasi kalangan disabilitas mengenai kekerasan seksual dan kesetaraan gender, khususnya di kalangan kmunitas Tuli.
Peluncuran program ini ditandai dengan diskusi bertema Pancasila dan Keadilan Sosial Bagi Perempuan Tuli. Kegiatan ini mendorong kolaborasi untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang isu keadilan sosial bagi perempuan Tuli serta mendukung hak mereka dalam mendapatkan edukasi kesehatan seksual dan reproduksi.
Komnas Disabilitas mengapresiasi Kolaborasi dengan semua pihak, termasuk pihak swasta seperti Unilever yang mendukung FeminisThemis dalam menyelenggarakan kegiatan yang mengarusutamakan gender dan isu disabilitas. "Kami sangat menghargai kegiatan ini karena membantu semua orang memahami siapa penyandang disabilitas dan apa hak-hak mereka. Selain upaya dari kami sebagai lembaga negara non-struktural yang melakukan pemantauan, evaluasi, dan advokasi atas upaya penghormatan dan perlindungan hak penyandang disabilitas, kita juga perlu bekerja sama untuk memenuhi hak mereka," kata Ketua Komisi Nasional Disabilitas , Dante Rigmalia, dalam pembukaan diskusi melalui video di Jakarta, Rabu (29/5/2024).
Mengenai pemenuhan hak penyandang disabilitas, Direktur Eksekutif Setara Institute, Halili Hasan, menyampaikan laporan Indeks Hak Asasi Manusia 2023 menunjukkan penurunan pada sejumlah variabel seperti hak sipil, hak atas rasa aman, dan kebebasan berekspresi. Hak sosial, termasuk kesehatan dan pendidikan, juga mengalami penurunan dibandingkan tahun sebelumnya.
Tantangan ini dirasakan secara nyata oleh penyandang disabilitas yang sering mengalami diskriminasi, ketidakadilan, dan keterbatasan dalam berekspresi, serta dalam mengakses informasi, pendidikan, dan layanan kesehatan.
Contohnya, diskriminasi gender yang dialami oleh perempuan penyandang disabilitas. Komnas Perempuan melaporkan bahwa pada 2023 terdapat 105 kasus kekerasan terhadap perempuan penyandang disabilitas, 33 di antaranya dialami oleh penyandang disabilitas sensorik, termasuk perempuan Tuli.
Yayasan SAPDA melalui CATAHU Kekerasan Berbasis Gender dan Disabilitas (KBGD) 2022 melaporkan 81 kasus KBGD sepanjang tahun, dengan perempuan Tuli sebagai penyintas terbanyak, yaitu 31 kasus, diikuti oleh penyandang disabilitas mental dengan 22 kasus.
Kondisi ini mendorong Nissi Taruli Felicia dan rekannya untuk mendirikan komunitas FeminisThemis pada 2021 dengan misi menciptakan komunitas feminis yang inklusif dan edukatif bagi individu Tuli, sehingga mereka dapat melawan.
Sebagai perempuan Tuli yang aktif memberikan advokasi dan edukasi mengenai isu-isu gender, Nissi Taruli, Co-Founder dan Direktur Eksekutif FeminisThemis berbagi pandangan, bahwa beberapa tantangan yang masih dihadapi teman-teman perempuan Tuli antara lain adalah tidak terpenuhinya hak Bahasa Isyarat sehingga mereka jadi terbatas untuk berkomunikasi dan berekspresi, mengakses informasi, layanan, hingga keadilan.
Beberapa tantangan yang masih dihadapi teman-teman perempuan Tuli seperti tidak terpenuhinya hak Bahasa Isyarat sehingga mereka jadi terbatas untuk berkomunikasi/berekspresi, mengakses informasi, layanan, hingga keadilan.
Selain itu, mereka juga memiliki keterbatasan pengetahuan dan akses informasi, terutama yang bersifat pribadi seperti mengenai hak tubuh, hak kesehatan seksual, dan reproduksi. "Yang tak kalah menantang, ada pula kecenderungan victim blaming karena banyak masyarakat masih menyalahkan pihak penyintas saat mereka melaporkan kekerasan seksual sehingga membuat penyintas lainnya memilih untuk diam," ujar Nissi.
FeminisThemis Academy merupakan platform edukasi dengan tujuan meningkatkan literasi kesadaran diri dan kesetaraan gender untuk mencegah kekerasan seksual, terutama yang menimpa perempuan Tuli. Acara ini diselenggarakan untuk kedua kalinya dan kali ini didukung sepenuhnya oleh Unilever Indonesia.
Kristy Nelwan, Head of Communication dan Chair of Equity, Diversity & Inclusion Board Unilever Indonesia, menjelaskan kolaborasi Unilever Indonesia dengan FeminisThemis didasarkan pada misi bersama untuk mewujudkan masyarakat yang lebih adil, beragam, dan inklusif. "Selain itu, tujuan penyelenggaraan program ini sejalan dengan tiga fokus utama, Equity, Diversity & Inclusion yang kami terapkan, yaitu Keadilan Gender, Keadilan bagi Penyandang Disabilitas, dan Penghapusan Diskriminasi serta Stigma," tambahnya.
Dalam upaya mewujudkan keadilan dan menghapus diskriminasi serta stigma bagi penyandang disabilitas, Unilever Indonesia melakukan serangkaian kolaborasi dengan berbagai pihak, termasuk generasi muda seperti komunitas FeminisThemis yang dipimpin oleh Nissi, salah satu pemenang program Every U Does Good Heroes 2021.
Sebelumnya, Nissi telah menyelenggarakan kelas bahasa isyarat untuk karyawan Unilever Indonesia dan memberikan berbagai masukan kepada Perusahaan untuk terus mewujudkan masyarakat yang lebih adil, beragam, dan inklusif. "Kami sangat antusias melanjutkan kolaborasi ini dan berharap program ini dapat membantu perempuan Tuli memperoleh hak hidup yang aman, adil, dan setara, serta pengetahuan yang memadai tentang hak kesehatan seksual dan reproduksi," lanjut Kristy.
FeminisThemis Academy 2024 berlangsung dari Juni hingga September 2024 secara hybrid, dan akan ditutup pada Hari Bahasa Isyarat Internasional pada 23 September. Program ini mencakup beberapa kegiatan, termasuk Training of Trainers untuk fasilitator Tuli, workshop offline di tiga kota (Bandung, Malang, dan Yogyakarta), serta rangkaian webinar.
Program Manager FeminisThemis, Rifka Dyah Safitri, menjelaskan workshop offline akan menyampaikan erbagai materi akan disajikan, seperti Pengenalan Anatomi Tubuh dan Organ Reproduksi, Pengenalan Pubertas, Hak Kesehatan Seksual dan Reproduksi Dasar, Pentingnya Persetujuan dan Hak Batasan Tubuh, Risiko di Ruang Digital terkait Persetujuan, serta Pertolongan Pertama Psikologis (PFA) untuk membantu mengatasi trauma yang mungkin dirasakan perempuan Tuli.
Untuk materi di webinarmencakup Menjaga Data Pribadi di Ruang Digital, Mitos dan Fakta di Ranah Digital terkait Hak Kesehatan Seksual dan Reproduksi, Kualitas Sanitasi pada Kesehatan Reproduksi Perempuan, Pengenalan Konsep Persetujuan, Mengenal Victim Blaming dan Dampaknya, serta topik lainnya.
Program FeminisThemis Academy 2024 ini diharapkan menghasilkan lebih banyak fasilitator Tuli yang mampu menangani isu-isu hak kesehatan seksual dan reproduksi di komunitas Tuli, memberi manfaat pada setidaknya 300 teman Tuli, dan menjangkau 10.000 orang di media sosial untuk meningkatkan pemahaman tentang isu kekerasan seksual serta edukasi kesehatan seksual dan reproduksi di komunitas Tuli. (*)