Strategi BCA Membangun Future-Ready Workforce
Di era setelah Covid-19, tantangan di bidang Human Resource (HR) semakin kompleks dan dinamis. Perusahaan-perusahaan seperti PT Bank Central Asia (BCA) pun harus beradaptasi dengan cepat terhadap perubahan yang terjadi di dunia kerja.
“Dunia human capital menantang dari dulu hingga kini. Manusia (itu) unik, di mana masing-masing perlu diperlakukan berbeda sesuai dengan potensi dan kompetensinya. Manajemen SDM yang baik akan menghasilkan SDM yang future ready,” kata Laura Andiny Sutrisna, Vice President Human Capital Management BCA.
Employer Branding dan Talent Acquisition
Salah satu respons BCA terhadap tren baru di bidang pengelolaan SDM ialah dengan mengedepankan pendekatan employer branding dan talent acquisition. Bank ini memahami bahwa pengalaman karyawan dimulai jauh sebelum mereka bergabung dengan perusahaan, yaitu sejak mereka mengenal BCA di bangku universitas.
“Kami memiliki beberapa strategi, yakni spot the community, create the crowd, dan maintain the ecosystem. Setiap perusahaan ingin karyawan yang masuk adalah kandidat yang berkualitas. Oleh karena itu, kami mencari di mana kandidat itu berada,” kata Laura.
Employer branding di BCA didasari Employer Value Proposition (EVP) atau nilai unik yang membuat kandidat mempertimbangkan BCA dibandingkan perusahaan lain. BCA memiliki dua EVP utama: friendly environment dan continuous improvement. “Kerja di BCA bukan cuma seru dan lingkungan yang kekeluargaan, tapi ada nilai continuous improvement untuk terus dikembangkan,” Laura menandaskan.
Dalam upaya menarik dan mempertahankan talenta, BCA tidak hanya berfokus pada rekrutmen, tetapi juga pada pengembangan dan kesejahteraan karyawan. Program seperti BCA Business Case Competition dan networking party dengan akademisi merupakan contoh aktivitas yang dilakukan untuk menjaga hubungan baik dengan komunitas pendidikan. Selain itu, BCA juga menggunakan media sosial, seperti LinkedIn, TikTok, YouTube, dan Instagram, untuk memperkenalkan lingkungan kerja di perusahaannya.
Strategi employer branding di BCA pun melibatkan karyawan sebagai ambassador perusahaan. Program Blue Caster, misalnya, melibatkan karyawan potensial untuk berbagi pengalaman mereka bekerja di BCA. “Impact-nya luar biasa, sudah ada 1.045 konten yang dibuat yang menceritakan secara organik bagaimana kerja di BCA,” ungkap Laura bangga.
Di sisi lain, untuk mempertahankan karyawan yang sudah bergabung, BCA mengimplementasikan strategi Reward Management & Talent Retention yang komprehensif. BCA membagi reward menjadi dua bagian: monetary dan non-monetary.
“Kami percaya leader harus bisa mengenali dan retain tim-nya. Kedua, learning and non-monetary recognition yang di dalamnya ada coaching, beasiswa S-2. Ketiga, work-life balance karena mental health dan wellbeing sangat diperhatikan anak-anak sekarang,” kata Laura.
Khusus tentang wellbeing, program ini di BCA mencakup empat pilar utama: karier, finansial, mental dan fisik, serta sosial/komunitas. Setiap pilar memiliki aktivitas yang berbeda, yang beririsan dengan program reward management. Misalnya, program MySaku memungkinkan karyawan mengumpulkan poin dari aktivitas internal yang kemudian bisa ditukarkan dengan barang atau jasa yang mendukung kesejahteraan mereka.
Yang pasti, Laura menegaskan, dalam mengembangkan SDM, BCA memiliki prinsip 3T dan 3S. “Dalam men-develop people, kami melakukan identifikasi potensi mereka, membuat rencana pengembangan, review, dan dilakukan secara terus-menerus dengan semangat SENADA (Setia Naungi dan Dampingi),” Laura mengungkapkan. Prinsip 3S terdiri dari memberikan space bagi tim untuk berkembang, stage untuk tim agar mereka bisa menampilkan diri, dan support untuk tim supaya bisa mengembangkan diri sesuai dengan kompetensi dan potensi mereka.
Dalam talent development program ini, BCA menggelar program yang menarik, di antaranya Kupi Hangat. Dalam program ini, karyawan bisa mengobrol langsung dengan direksi. Program ini juga mencakup social recognition dan pendampingan seperti advisory program dan branch manager buddy, mengingat banyaknya leader muda di BCA. Fokus utama mereka ialah pengembangan leader. Nilai utama yang harus dimiliki para leader ialah BCA Leader +.
Blended Learning
Adopsi teknologi juga menjadi kunci sukses BCA dalam manajemen HR. “Jika bicara teknologi, pasti kita bicara cyber security dan data privacy. Di internal memunculkan the new way of working dan di eksternal ada ekspektasi konsumen yang berbeda-beda,” kata Mesha Yonatan, Vice President Learning & Development BCA.
Bank ini telah menerapkan blended learning yang melibatkan para leader dalam setiap prosesnya, baik di pre maupun post activity. Selain itu, penggunaan teknologi dalam proses kerja dan inovasi menjadi visi BCA dalam menjalankan learning and development.
Teknologi, diakui Mesha, sangat membantu BCA dalam mempersiapkan karyawan menghadapi perubahan. Misalnya, transaksi mobile banking yang meningkat dibandingkan di cabang menunjukkan perubahan touch point nasabah ke TI, sehingga BCA menyiapkan lebih banyak orang di head office dan mengajarkan nasabah melakukan transaksi digital.
“Dasarnya harus ada leadership. Karena, leader yang men-drive proses kerja. Baru yang terakhir bagaimana cara kami bekerja, dan terakhir kami mempertontonkan inovasi,” tambah Mesha.
Dampak dari strategi HR excellence yang diterapkan BCA terlihat jelas pada produktivitas karyawan dan kinerja perusahaan. Komposisi karyawan tetap yang mencapai 89% menunjukkan stabilitas dan komitmen perusahaan dalam mengembangkan SDM yang future ready. “BCA dari dulu hingga sekarang mengampanyekan untuk membangun leader dari dalam. Karena, nilai dan value-nya bisa sejalan dengan BCA,” ungkap Laura.
Adopsi teknologi dan strategi pengembangan SDM yang holistik tidak hanya meningkatkan produktivitas karyawan, tetapi juga berdampak positif pada kinerja BCA secara keseluruhan. Dengan pendekatan yang tepat dalam employer branding, talent acquisition, reward management, dan wellbeing program, BCA berhasil menciptakan lingkungan kerja yang mendukung pertumbuhan dan kesejahteraan karyawan.
Dalam dunia HR yang terus berubah, BCA membuktikan bahwa dengan strategi yang inovatif dan adaptif, perusahaan dapat mengatasi tantangan dan tetap menjadi yang terdepan dalam industrinya. (*)