Pemerintah dan Lembaga Nirlaba Genjot Investasi Perikanan dan Ekowisata di Natuna
Invest SEA, organisasi nirlaba yang mendorong investasi berkelanjutan di AsiaTenggara, menyelenggarakan Focus Group Discussion (FGD) untuk yang ketiga kalinya di Jakarta, Selasa (16/7/2024). FGD ini diikuti oleh berbagai para pemangku kepentingan dari pemerintah pusat maupun daerah, termasuk Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf), Kementerian Perhubungan (Kemenhub), Komite Pemantauan Pelaksanaan Otonomi Daerah (KPPOD), serta pengurus Natuna Geopark.
FGD kali ini membahas peluang dan tantangan pengembangan perikanan dan ekowisata di Natuna dengan melibatkan berbagai pemangku kepentingan.Sebagai kepulauan dengan lebih dari 98% wilayahnya merupakan lautan, Natuna memiliki kekayaan hayati laut yang melimpah. Natuna termasuk dalam Wilayah Pengelolaan Perikanan (WPP) 711 yang memiliki estimasi potensi lestari (MSY) mencapai 1.306.379 ton/tahun, dengan jumlah tangkap yang diperbolehkan (JTB) sebesar 911.534 ton/tahun. “Natuna memiliki potensi sumberdaya ikan yang cukup besar dan potensi budidaya ikan seperti kerapu dan napoleon yang telah diekspor ke Malaysia, Jepang, dan Singapura, namun potensi ini belum dijalankan secara optimal. Kami berharap pergerakan investasi dapat mengembangkan sektor ini. Kementerian pun saat ini menargetkan investasi sebesar Rp9 triliun di sektor kelautan dan perikanan, dan Natuna menjadi salah satu wilayah yang menarikuntuk menjalankan investasi tersebut”, ujar Catur Sarwanto, Direktur Bisnis dan Investasi di KKP pada keteranganya yang dikutip swa.co.id di Kamis (18/7/2024).
Natuna memiliki potensi unggulan dalam bidang ekowisata dan wisata bahari. Keindahan alam Natuna yang masih alami dan belum banyak dikenal dunia menawarkan peluang besar untuk dikembangkan sebagai destinasi wisata yang unik dan berkelanjutan, mulai dari pantai hingga air terjun serta pesona gunung dan bukitnya.
Fehmiu Octaviano, perwakilan Direktorat Minat Khusus Kemenparekraf menyampaikan wisata bahari dan ekowisata yang ada di area Natuna saat ini masih perlu untuk dikembangkan lebih lanjut. "Dengan peningkatan kualitas fasilitas seperti homestay dan rumah makan, serta perbaikan infrastruktur dan penurunan harga tiket pesawat, wisatawan akan merasa lebih nyaman untuk berkunjung ke Natuna. Jika dipadukan dengan promosi yang efektif, Natuna bisa menjadi salah satu destinasi utama untuk sektor ekowisata di Indonesia,” tutur Fehmiu.
Tak hanya memiliki kekayaan alam yang berlimpah, Natuna juga menawarkan pengalaman wisata geologi dan keanekaragaman geologi yang tinggi di kawasan geosite dalam Geopark Natuna, serta penjelajahan situs bersejarah yang menarik.
Basri, Ketua Harian Geopark Natuna mengatakan, kawasan geografis Natuna yang memiliki keragaman dan warisan geologi, keanekaragaman hayati, dan keragaman budaya yang bernilai tinggi membuat Natuna dapat menjadi salah satu destinasi wisata yang pantas untuk dipromosikan baik dalam skala nasional maupun internasional.
Guna mmengoptimalkan jumlah wisatawan yang berkunjung ke Natuna, khususnya area geopark, dibutuhkan sinergi dan kolaborasi dalam proses pengembangannya. "Meski potensinya melimpah, akses menuju Natuna masih terbilang sulit," sebut Basri.
Menanggapi hal ini, Safrudin selaku Inspektorat Ahli Madya Direktorat Angkutan Udara Kementerian Perhubungan, menjelaskan kementerian/lembaga terkait yang melibatkan stakeholder di sektor penerbangan akan melakukan pembahasan secara detail mengenai komponen-komponen biaya operasional pesawat udara yang memungkinkan untuk disesuaikan dengan kondisi harga-harga saat ini.
Armand Suparman, Direktur Eksekutif KPPOD, menyebutkan sektor swasta lebih optimal berkolaborasi dengan Natuna. Namun, peningkatan investasi masih terkendala regulasi dan birokrasi, seperti perizinan dan infrastruktur. Dengan dukungan kementerian dan lembaga terkait, maka dibutuhkan perencanaan kebijakan strategis yang lebih sederhana untuk mendukung pertumbuhan di daerah seperti Natuna. (*)