Transformasi Bulog: Dari Hulu ke Hilir, Menjawab Tantangan Pangan Indonesia
Perum Bulog (Badan Urusan Logistik) berbenah besar-besaran. Rasanya itu ilustrasi yang tepat untuk menggambarkan institusi yang identik dengan pengelolaan stok beras di Tanah Air ini.
Apa yang tengah terjadi? Dan apa yang dilakukan?
Rebranding
Bulog telah menjadi saksi bisu dari sejarah panjang ketahanan pangan Indonesia. Sejak didirikan pada tahun 1967, Bulog mengemban tugas mulia sebagai stabilisator dan operator distribusi pangan. Namun, layaknya sebuah cerita yang terus berkembang, Bulog pun bertransformasi. Dalam balutan masa yang terus berubah, entitas itu kini ingin menjelma menjadi perusahaan rantai pasok pangan yang tak hanya handal, tetapi juga penuh inovasi.
Transformasi Bulog yang tampak dari luar dimulai dengan perubahan identitas visual dan filosofi perusahaan. Pada peringatan Hari Ulang Tahun ke-57, meluncurlah logo baru yang lebih modern, mencerminkan visi dan misi perusahaan yang dinamis dan adaptif. Filosofi baru tercermin dalam slogan "Mengantarkan Kebaikan", yang menggambarkan komitmen perusahaan untuk menghubungkan produksi dan konsumsi pangan melalui rantai pasok yang andal dan efisien.
Saat peluncuran logo, Direktur Utama Perum Bulog, Bayu Krisnamurthi menjelaskan, peluncuran logo tersebut merupakan bagian transformasi perusahaan untuk menjadikan Bulog sebagai perusahaan yang lebih modern dan kompetitif. Selain peluncuran logo, Bulog juga menginvestasikan sumber daya yang signifikan dalam digitalisasi teknologi serta penguatan budaya perusahaan untuk membangun budaya perusahaan yang lebih kolaboratif dan inovatif.
“Seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, persaingan bisnis yang memiliki karakter akselerasi perubahan yang cepat dan berlangsung secara terus-menerus menjadi tantangan tersendiri bagi keberlangsungan perusahaan. Untuk itu, transformasi ini menjadi langkah penting untuk memastikan bahwa Bulog tidak hanya bertahan, tetapi juga berkembang dalam lingkungan bisnis yang semakin kompetitif. Kami berkomitmen untuk memberikan manfaat dan nilai lebih bagi masyarakat Indonesia,” ujar Bayu.
Tak bisa dipungkiri, perubahan logo Ini merupakan upaya rebranding. Upaya memosisikan ulang Bulog yang selama ini namanya muncul bila terjadi masalah pada ketersediaan pangan. Peluncuran logo baru merupakan simbol dari semangat baru perusahaan untuk menjadi lebih modern dan kompetitif.
Huluisasi dan Hilirisasi
Tak berhenti di sana, sebagai bagian dari tansformasi, Bulog yang ingin melakukan perubahan dari sekadar operator distribusi pangan menjadi perusahaan rantai pasok pangan yang andal, menerapkan dua strategi. "Kami menyebutnya, huluisasi dan hilirisasi," ujar Bayu, dalam pertemuan dengan wartawan, 15 Juli 2024. Huluisasi mencakup kerjasama dengan petani dan penyedia input pertanian, sedangkan hilirisasi melibatkan distribusi produk pangan ke konsumen akhir.
Di "Huluisasi", Bulog meluncurkan Program Mitra Tani. Program ini bertujuan mendukung petani melalui berbagai inisiatif, termasuk penyediaan bibit, pupuk, pendampingan teknologi pertanian, dan pembiayaan usaha tani. Mereka telah memulai pilot project pada 1.000 hektare lahan sawah dan berencana memperluas kemitraan hingga 100.000 hektare lahan pertanian. Melalui Program Mitra Tani, Bulog tidak hanya menyediakan input pertanian seperti bibit dan pupuk, tetapi juga mendampingi petani dalam praktik budidaya yang baik, serta membantu mereka mengatasi masalah seperti kekurangan pupuk dan bibit.
Dalam konteks ini, salah satunya Bulog bekerja sama dengan PT Pupuk Indonesia untuk menciptakan ekosistem budidaya pertanian yang ideal, yang dapat diwujudkan melalui kolaborasi dalam upaya menuju Program MAKMUR Kementerian BUMN yang diinisiasi PT Pupuk Indonesia. Melalui program ini, Bulog berharap dapat turut meningkatkan produktivitas pertanian dan memberikan keuntungan yang lebih besar bagi petani.
Program Mitra Tani memang menggandeng Mitra Pangan Pengadaan (seperti Pupuk Indonesia) maupun Pihak Swasta, terutama yang concern dalam pendampingan dan pengembangan budidaya pertanian. Implementasi pilot project budidaya pertanian difokuskan di wilayah-wilayah yang berdekatan dengan Sentra Penggilingan Padi (SPP) Perum Bulog, dimana SPP ini nantinya yang akan melakukan offtake atas hasil panen budidaya. "Kami juga menggandeng sejumlah universitas ternama untuk bekerjasama," tandas Bayu.
Bayu mengatakan bahwa ada dua hal yang menjadi critical point dalam kegiatan ini. Pertama, Bulog berharap dapat mengetahui secara real dari basic cost of production dari para petani. Kedua, memberikan keuntungan dan pasokan bagi para petani. Karena dalam rantai pangan, keberadaan para petani yang sejahtera sangatlah krusial.
Sementara itu, di hilirisasi, untuk memastikan produk pangan sampai ke tangan konsumen dengan harga terjangkau, Bulog mengembangkan jaringan distribusi melalui program Rumah Pangan Kita (RPK). RPK adalah jaringan toko atau kios yang dikelola oleh mitra Bulog, menyediakan berbagai komoditas pangan pokok dengan harga stabil. Kini, RPK sebanyak 16 ribu outlet di seluruh Indonesia. Dengan target mencapai 80.000 outlet RPK di seluruh Indonesia, perusahaan ini berupaya menjaga ketersediaan dan stabilitas harga pangan di pasar.
Transformasi ini tidak hanya fokus pada aspek produksi dan distribusi, tetapi juga pada integrasi seluruh rantai pasok pangan. Bulog, kata Bayu, memang ingin berperan sebagai penghubung antara produsen dan konsumen, memastikan bahwa setiap tahap dari produksi hingga konsumsi berjalan dengan efisien dan efektif. Sebagai rantai pasok pangan, mereka bertanggung jawab untuk mengelola cadangan pangan nasional untuk menjaga stabilitas pasokan dan harga pangan di pasar.
Melalui jaringan RPK dan mitra distribusi lainnya, Bayu menandaskan, pihaknya ingin memastikan distribusi pangan pokok ke seluruh penjuru Indonesia, termasuk daerah terpencil. Dan mereka juga menjamin kualitas dan keamanan pangan yang didistribusikan kepada masyarakat, dengan standar pengawasan yang ketat.
Tantangan
Indonesia menghadapi berbagai tantangan dalam upaya mencapai ketahanan pangan. Salah satu masalah utama adalah fluktuasi produksi akibat perubahan iklim, bencana alam, dan ketidakpastian pasar global. Selain itu, keterbatasan lahan pertanian, penurunan kesuburan tanah, dan kurangnya akses petani terhadap teknologi dan modal juga menjadi kendala signifikan.
Transformasi ini tidak hanya bertujuan untuk meningkatkan efisiensi operasional, tetapi juga untuk memberikan kontribusi yang lebih besar bagi kesejahteraan masyarakat. Bulog sendiri, telah menetapkan target jangka panjang melalui Rencana Jangka Panjang Perusahaan (RJPP) 2024-2029, yang mencakup visi untuk menjadi pemimpin rantai pasok pangan yang tepercaya di Indonesia.
Meskipun telah mengambil langkah-langkah strategis dalam transformasi, tetap ada tantangan yang harus dihadapi. Tantangan terbesar adalah menjaga stabilitas pasokan pangan di tengah fluktuasi produksi dan konsumsi. Selain dengan strategi di atas, Bulog mengatasi tantangan ini dengan mengembangkan sektor bisnis komersial, termasuk penyediaan beras premium dan produk pangan lainnya yang berkualitas tinggi.
Dengan filosofi “Mengantarkan Kebaikan” dan melalui berbagai inisiatif huluisasi dan hilirisasi, Bayu berkomitmen Bulog bisa memberikan kontribusi yang signifikan bagi kesejahteraan masyarakat dan ketahanan pangan nasional. (*)