Saham Properti dan Perbankan Diprediksi ‘Ciamik’ di Semester II/2024

Kisi Asset Management mengingatkan pada semester genap tahun 2024, ketidakpastian kondisi pasar keuangan dan pasar modal masih membayangi (Foto: Kisi Asset Management)

Pada Semester II tahun 2024, pergerakan Indeksi Harga Saham Gabungan diproyeksikan akan terpengaruh beberapa momentum, di antaranya mulai terjadinya pemangkasan suku bunga acuan dan normalisasi nilai Rupiah. Sejumlah pengamat ekonomi memperkirakan IHSG hingga akhir tahun 2024 akan berada pada level 7.387 dengan estimasi pertumbuhan PDB di atas 4,9% dan inflasi terjaga kurang dari 3%.

Beberapa sektor saham top picks diperkirakan akan berlanjut pada Semester II tahun 2024, seperti sektor keuangan, energi, konsumer, telekomunikasi, properti dan lainnya. “Saham sektor properti berpotensi memiliki kinerja positif seiring dengan perkiraan adanya pemangkasan suku bunga acuan oleh bank sentral Amerika Serikat The Fed,” ujar Arfan Fasri Karniody, Direktur Kisi Asset Management usai seminar "Market Outlook 2nd Half 2024" di Jakarta.

Berdasarkan catatan Bank Indonesia, suku bunga The Fed mulai turun pada November 2024. Gubernur BI Perry Warjiyo mengatakan, laju inflasi AS pada bulan Juni 2024 lebih rendah dari prediksi pasar uang. Kondisi ini diyakini akan berdampak terhadap arah kebijakan moneter The Fed.

Toh, lanjut Arfan, BI tidak akan mendahului The Fed dalam memangkas suku bunga acuan. Sehingga kemungkinan BI Rate masih bakal bertahan di level 6,25% sampai akhir tahun 2024. Jika pemangkasan suku bunga Fed telah melemahkan US$ dan di sisi lain Rupiah menguat, maka BI bakal lebih berani untuk menurunkan suku bunga. Contohnya, kurs Rupiah terhadap US$ sampai ke level Rp 15.500/US$1, sudah pasti Indonesia akan lebih berani untuk cut rate.

“Nantinya akan terjadi Fed interest rate cut, yang paling bermomentum adalah properti. Alasannya, bukan berarti Bank Indonesia akan serta merta memangkas suku bunga, tetapi kemungkinan untuk kenaikan sudah hampir kecil sekali. Jadi, sekarang yang paling momentum adalah properti,” ujar Arfan menegaskan.

Selain properti, sektor kedua yang diprediksi Kisi Asset Management tetap menjanjikan pada Semester II/2024 adalah perbankan dengan adanya pemangkasan suku bunga acuan oleh The Fed.

“Sektor perbankan, dengan penurunan suku bunga, akan lebih bisa memberikan pinjaman dengan bunga yang lebih rendah. beban si peminjam lebih rendah, sehingga tidak perlu bayar bunga lebih tinggi atau peluang kredit tidak macet tinggi,” Arfan menambahkan.

Kendati demikian, Arfan mengingatkan bahwa memasuki semester genap tahun 2024, ketidakpastian kondisi pasar keuangan dan pasar modal masih membayangi. Alhasil, para investor diharapkan tetap waspada, berhati-hati dan mengalokasikan dananya ke instrumen investasi yang berisiko rendah atau memberikan imbal hasil (yield) tetap.

Guna memberikan pemahaman soal potensi dan risiko investasi pada Semester II/2024 inilah Kisi Asset Management menggelar "Market Outlook 2nd Half 2024" dengan pembicara Febrio Nathan Kacaribu, Kepala Badan Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan RI; Handy Yunianto, Head of Fixed Income Research Mandiri Sekuritas, serta internal Kisi Asset Management yang berpartisipasi dengan memberikan pandangan terhadap dinamika makroekonomi dan geopolitik serta arah investasi.

“Tujuan kami adalah memberikan wawasan mendalam mengenai strategi investasi di Indonesia dalam menghadapi dinamika makroekonomi dan geopolitik yang berubah cepat. Kami berkomitmen memberikan pandangan terpercaya kepada para pemangku kepentingan tentang bagaimana menghadapi tantangan dan memanfaatkan peluang di pasar yang dinamis, “ungkap Direktur Utama Kisi Asset Management, Mustofa. (*)

# Tag