Memanas, Duel Sengit di Pasar Mobil Listrik!

Persaingan mobil listrik di Indonesia terus memanas. Berbagai merek bertempur, berusaha mendapatkan pangsa pasar. Salah satunya adalah strategi agresif dengan menurunkan harga untuk menarik perhatian konsumen.

Adu Harga di Bawa Rp500 Juta

BYD, salah satu pemain besar dari China, memperkenalkan model BYD M6 dengan harga mulai dari Rp379 juta untuk varian Standard 7 Seater, Rp419 juta untuk varian Superior 7 Seater, dan Rp429 juta untuk varian Superior 6 Seater. Harga kompetitif ini diharapkan mampu mengganggu dominasi Toyota Kijang Innova Zenix Hybrid di segmen MPV listrik.

MG Motor Indonesia juga tidak mau kalah. Mereka memperkenalkan model MG 4 EV dan MG ZS EV yang telah memenuhi syarat Tingkat Kandungan Dalam Negeri (TKDN) 40%. Dengan insentif PPN 1% dari pemerintah, harga MG 4 EV turun dari Rp433 juta menjadi Rp395 juta, sementara MG ZS EV turun dari Rp453 juta menjadi Rp413 juta.

Begitu pula Neta Auto Indonesia meluncurkan SUV listrik Neta X dengan harga antara Rp460 juta hingga Rp490 juta, dan Neta V-II yang dibanderol mulai dari Rp299 juta. Model ini juga mendapatkan insentif PPN 1%. Sementara Wuling Binguo EV dibanderol mulai dari Rp316 jutaan, sementara Wuling Cloud EV mulai dari Rp410 juta.

Di luar pemain China, ada pula Citroen Indonesia. Mereka turut meramaikan pasar dengan model E-C3 yang ditawarkan dengan harga Rp377 juta setelah memperoleh insentif bebas bea masuk dan PPnBM impor mobil listrik completely built up (CBU).

Semula, Citroen Indonesia akan memasarkan E-C4. Namun mobil listrik ini dinilai terlalu tinggi harganya untuk pasar nasional. Maklum, banderolnya Rp1,18 miliar (OTR Jakarta). Rencananya, untuk menggarap pasar Indonesia, Citroen akan memproduksi lokal E-C3 di pabrik PT National Assemblers milik Indomobil Group di Purwakarta, Jawa Barat, pada Agustus mendatang.

Adapun Vinfast dari Vietnam menawarkan model VF 5 dan VF e34 dengan harga masing-masing mulai dari Rp218,25 juta dan Rp273 juta. Vinfast juga menyediakan paket berlangganan baterai untuk mempermudah konsumen.

Seperti halnya Citroen, VinFast tengah mulai membangun pabrik pertamanya di wilayah Subang, Jawa Barat. Pabrik tersebut rencananya akan mulai melakukan produksi pada akhir 2025. Aktivitas produksi diharapkan bisa membuat mobil listrik VinFast secara lokal, yakni VF5, VF6, VF7, dan VF3.

Problem di China

Menariknya, bergemuruhnya pasar mobil listrik nasional, berlangsung di tengah pasar mobil listrik di China yang tengah mengalami kelebihan pasokan karena tingginya jumlah produsen dan model yang tersedia. Komisi Pembangunan dan Reformasi Nasional China (NDRC) memperkirakan lebih dari 110 model kendaraan energi baru akan diluncurkan tahun ini, yang mengakibatkan persaingan harga semakin ketat.

Lantaran pasar mobil listrik di China yang sangat ketat dengan lebih dari 110 model kendaraan baru diluncurkan, produsen seperti BYD dan Li Auto harus memangkas harga hingga 10% untuk tetap kompetitif. Kelebihan pasokan dan persaingan harga yang ketat memaksa beberapa produsen mencari pasar baru di luar negeri, termasuk Indonesia. Kondisi pasar China yang penuh tantangan ini menyebabkan ekspansi agresif ke pasar internasional dengan strategi harga kompetitif dan inovasi teknologi, yang pada akhirnya meningkatkan persaingan di pasar mobil listrik global, termasuk di Indonesia.

Kunci Memenangkan Pasar

Di tengah persaingan yang memanas ini, masing-masing pemain menunjukkan kepercayaan dirinya. BYD, misalnya, yang telah berada di industri elektrifikasi selama lebih dari 20 tahun, percaya bahwa keunggulan teknologi akan menjadi penentu utama dalam memenangkan persaingan.

Presiden Direktur PT BYD Motor Indonesia, Eagle Zhao, menyatakan keyakinannya bahwa siapa yang memegang teknologi utama akan memimpin industri otomotif. BYD memiliki 70.000 engineer di bidang R&D yang terus mengembangkan teknologi baru untuk diproduksi dan dimanfaatkan oleh masyarakat. Zhao juga menegaskan bahwa BYD berkomitmen untuk meningkatkan jaringan dealer mobil listrik di seluruh Indonesia, serta berkontribusi dalam menciptakan masa depan mobilitas yang berkelanjutan melalui teknologi mutakhir.

Dengan harga yang semakin terjangkau dan insentif pemerintah, pasar mobil listrik di Indonesia memang menjadi semakin kompetitif. Pemain baru seperti Vinfast dan merek-merek China lainnya seperti BYD dan Neta Auto membawa inovasi dan strategi harga yang agresif. Produsen besar seperti Hyundai dan Toyota harus menyesuaikan strategi mereka untuk tetap relevan di pasar yang berubah cepat ini.

Perang harga yang terjadi menunjukkan bahwa konsumen Indonesia memiliki lebih banyak pilihan untuk beralih ke mobil ramah lingkungan. Namun, tantangan ke depan adalah bagaimana para produsen dapat terus berinovasi dan mempertahankan harga yang kompetitif di tengah persaingan yang semakin sengit. (*)

# Tag