Digitalisasi Sektor ESDM Mutlak, Guna Tingkatkan Efisiensi

Discussion Series II: "Urgensi Digitalisasi Sektor Energi dan Sumber Daya Mineral", di Jakarta (24/7). (Foto: Darandono/SWA).

Pelaku sektor energi dan sumber daya mineral (ESDM) sepakat implementasi digitalisasi menjadi solusi peningkatan efisiensi dan produktifitas bagi operasional perusahaan tertundanya. Aldy Partama Iswardi, Head of Investor Relations PT Bukit Asam Tbk (PT BA), menuturkan digitalisasi sektor ESDM terutama batubara karena industri ini lekat dengan teknologi dan efisiensi yang rendah. Selain itu, mayoritas produsen batubara merasa berada di zona nyaman, dan mereka terlena.

PT BA telah membuat aplikasi yang diberinama CISEA (Corporate Information System and Enterprise Application) sebuah supper-apps yang didesain khusus mendukung produktivitas pada seluruh komponen bisnis seperti HR Information, Supply Chain Management, Financial Information, dan Personal Imployee Information. “Tujuan digitalisasi PT BA untuk menigkatkan efektifitas dan produktivitas perusahaan. Ketika harga dan efisiensi tidak mampu dikontrol, maka satu-satunya cara yang dapat dilakukan hanya dengan digitalisasi,” tegasnya.

Digitalisasi di sektor ESDM segera dilakukan guna menjawab tantangan produksi yang maksimal namun tetap efisien dan dapat berkontribusi lebih terhadap pertumbuhan perekonomian nasional. Hal itu mengemuka dalam EITS Discussion Series II: "Urgensi Digitalisasi Sektor Energi dan Sumber Daya Mineral", di Jakarta.

Hendra Iswahyudi Direktur Konservasi Energi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), menuturkan Kementerian ESDM telah menyusun arsitektur aplikasi, infrastruktur dan keamanan digital dengan mengimplementasikan big data analysis, serta artificial intelligence (AI).

Arsitektur aplikasi khusus tersebut diproyeksikan dapat mendukung operasional serta pelayanan publik di sektor migas, mineral, batu bara, energi baru terbarukan, dan ketenagalistrikan. Selain itu, Kementrian ESDM juga mempersiapkan dukungan infrastruktur dan kemanan yang memadai.

“Hal ini semua digunakan untuk memastikan kanal akses maupun aplikasi bagi implementasi layanan administrasi pemerintahan yang dapat digunakan oleh umum,” katanya.

Menurut VP Digitalisasi SKK Migas, Rendra Utama, digitalisasi di sektor ESDM khususnya minyak dan gas (migas) adalah hal nyata terjadi di depan mata yang harus segera dilakukan karena tidak dapat dihindari.

Tantangan di industri migas yang ada adalah harga minyak bumi, gas dan batubara yang fluktuatif, sumber cadangan energi yang menurun serta infrastuktur sudah tua. “Tantangan di industri oil dan gas adalah bagaimana bisa mempertahankan dan meningkatkan industri dengan tetap menjaga cost efficiency semaksimal mungkin. Untuk ini AI bisa menjadi solusinya,” ujarnya.

Kehadiran teknologi digital dan AI akan dapat membantu industri menekan cost baik saat produksi. Pertanyannya, bagaimana industri ESDM bisa memaksimalkan benefit dari digitalisasi ini. “Digitalisasi relatif baru, kita sambut, jangan antipati, digitalisasi ada aspek positif dan negatif, ada pro dan kontra, tetap cari tahu aspek negatifnya sehinggi bisa hindari dampak negatifnya,” katanya.

Senada dengan PT Pertamina Hulu Energi (PHE), menurut Direktur SDM & Penunjang Bisnis PHE, Whisnu Bahriansyah, fokus digitaliasi PHE ada empat poin; pertama, proses dan sumber daya manusia yang harus bisa di digitalisasikan. Kedua secure and residence system di mana pihaknya berupaya mempertahankan keamanan dari infrastruktur migas yang ada. Ketiga, pemusatan dan analisis data. Keempat teknologi update, bagaimana kita menerapkan teknologi yang tepat guna, efesiensi penerapan teknologi.

Sylvia Grace Yuvenna, VP Digital Enhacment & Tecnology PT Pertamina Patra Niaga menambahkan, digitalisasi di sektor ESDM tidak bisa ditunda lagi. Karena digitalisasi termasuk di industri MIGAS adalah sebuah proses yang tidak akan pernah berhenti. Industri ESDM mau tidak mau harus bisa mengikuti perkembangan teknologi itu sendiri jika tidak ingin tertinggal.

Digitalisasi disemua sektor tidak akan pernah berhenti, sebuah never-ending process, dan harus tetap catch up, kalau tidak bisa ditinggalkan konsumen, mereka bisa pindah ke kompetitor. “Tujuan digitalisasi kita adalah simplifikasi proses, otomasi proses, ini gunanya untuk meningkatkan efesiensi oprasional, proses dan biaya,” tuturnya.

Ia mencontohkan, bagaimana digitalisasi bisa memberikan manfaat. Saat Idulfitri lalu, sebelum adanya digitalisasi pihaknya sulit mengontrol kondisi di lapangan. Berbeda dengan kondisi saat ini di mana sistem Pertamina Patra Niaga telah terhubung dengan 7 ribu SPBU yang ada di Indonesia. “Sistem kami telah terkoneksi dengan 7 ribu SPBU, tidak bisa dibayangkan jika tidak ada teknologi ini, kami tidak bisa tahu data di SPBU, bisa kacau,” ujarnya. (*)

# Tag