Urgensi Pengembangan Teknologi Baru di Industri Geotermal

Meskipun ada risiko dari skala pengembangan yang agresif, pengembangan sumber daya geotermal entalpi rendah-menengah di Indonesia adalah suatu keharusan (Foto: Istimewa)

Indonesia memiliki potensi geotermal terbesar di dunia, diperkirakan mencapai 24 gigawatt (GW), namun hanya sekitar 10% dari kapasitas yang saat ini dimanfaatkan. Dalam mengoptimalkan potensi besar ini, diperlukan pengembangan teknologi inovatif guna memaksimalkan penggunaan energi geothermal yang ramah lingkungan.

Asosiasi Panasbumi Indonesia (API) dan Indonesian Geothermal Association (INAGA) bertujuan untuk berbagi wawasan tentang kondisi energi geotermal saat ini dan membahas cara membuatnya lebih berdampak. Dengan target menambah 3.000 MW pada tahun 2030, artinya Indonesia harus menambah 500 MW setiap tahun.

Meskipun ada risiko dari skala pengembangan yang agresif, pengembangan sumber daya geotermal entalpi rendah-menengah (low-medium enthalpy) di Indonesia adalah suatu keharusan. Upaya ini memerlukan dukungan dari perusahaan teknologi seperti Ecolab dalam pengelolaan yang efektif.

“Kami menghargai upaya pemerintah, namun menyadari perlunya kolaborasi dan sumber daya yang lebih baik dari semua pemangku kepentingan untuk mencapai tujuan energi terbarukan. Advokasi berkelanjutan dan peningkatan rantai pasokan sangat penting, dan kami berharap Ecolab dapat mendukung penyediaan konten lokal (TKDN) sebagai ketentuan yang diperlukan oleh pemerintah,” jelas Riza Pasikki, General Secretary of INAGA di sela seminar Neo for Geo dengan tema Keunggulan Proses Geotermal untuk Mencapai Efisiensi Sistem yang Lebih Baik di Jakarta, baru-baru ini.

Seminar tahun yang digelar oleh Nalco Water, perusahaan dari Ecolab ini menekankan pentingnya solusi holistik dan kolaborasi untuk mendorong pertumbuhan yang lebih terjangkau dan berkelanjutan dalam generasi daya geotermal. Teknologi dan proses yang disampaikan termasuk pengelolaan air dan sistem pendinginan terkini yang dirancang untuk membantu mengurangi konsumsi air hingga 30%, mengurangi emisi karbon dan memperpanjang umur operasional peralatan geotermal.

Sementara itu, Chandra Marimuthu, VP & GM Heavy Industry di Ecolab Asia Tenggara, menegaskan komitmen perusahaan untuk mendukung pertumbuhan industri geotermal di Asia Tenggara. "Mendorong kolaborasi, inovasi, dan pertumbuhan dalam industri geotermal sangat penting untuk mengatasi perubahan iklim. Fokus kami adalah membantu pelanggan mencapai tujuan keberlanjutan dan meningkatkan efisiensi operasional. Mendirikan pusat keunggulan geothermal (geothermal excellence center) di Indonesia dapat berfungsi sebagai pusat inovasi, penelitian, dan kolaborasi, dalam mengatasi tantangan industri di Indonesia, Jepang, Selandia Baru, dan Filipina," ujar Chandra.

Salah satu pembicara ahli, Prof. Sadiq J. Zarrouk, PhD., Associate Professor dan Co-Director dari Geothermal Institute di University of Auckland, menyoroti peningkatan penggunaan pembangkit listrik teknologi binary untuk produksi listrik dari reservoir geotermal entalpi rendah dan tinggi (low and high enthalpy). "Pembangkit listrik teknologi binary harus terus dioptimalkan untuk mengekstrak sebanyak mungkin energi dari fluida geotermal untuk generasi daya maksimal. Kontrol dan pengelolaan akumulasi kerak mineral menjadi sangat penting,” ungkapnya.

Menurut Zarrouk, industri geotermal telah menggunakan teknologi modifikasi pH fluida geotermal selama lebih dari 20 tahun untuk mengontrol penumpukan mineral, hal ini menyebabkan efektivitas yang terbatas dan dapat menyebabkan korosi. Pengujian dalam skala kecil (on-site side stream testing) dengan inhibitor yang tepat adalah kunci terbaik untuk mengontrol akumulasi kerak, memungkinkan kelangsungan operasi pembangkit teknologi binary dengan gangguan minimal dan tanpa mempengaruhi umur operasional dari alat penukar panas (heat exchangers), yang diungkapkan dalam salah satu sesi presentasi teknisnya.

Dalam kesempatan yang sama, Evan Jayawiyanto, Presiden Direktur Ecolab Indonesia, menyampaikan industri geotermal di Indonesia dan kawasan Asia Tenggara siap untuk pertumbuhan signifikan, dengan harapan melipatgandakan kapasitasnya. Pertumbuhan ini sangat penting dalam konteks transisi energi saat ini, dan pihaknya berusaha untuk terus bermitra dengan para pelanggan demi meningkatkan peluang operasional dan pertumbuhan di industri geotermal. Inovasi akan menjadi kunci dalam mendorong kemajuan sektor geotermal. (*)

# Tag