Bioteknologi Kunci di Tengah Krisis Pangan
Direktur Utama Perum Bulog, Bayu Krisnamurthi, mengatakan bahwa dalam 10 tahun terakhir, pertanian Indonesia mengalami berbagai tantangan sehingga tingkat produksi terus menurun. Bahkan ke depan ketersediaan pangan semakin terancam.
“Jumlah penduduk akan bertambah baik di dunia maupun di Indonesia, diperkirakan pertambahan tersebut akan mencapai 50 juta jiwa dalam jangka waktu 20-25 tahun ke depan,” ungkapnya.
Sementara yang terjadi yakni adanya penurunan kualitas tanah serta berkurangnya jumlah petani karena pertanian tidaklah menarik bagi generasi muda. Hal ini akan berakibat pada penurunan produksi serta kenaikan harga pangan.
Sebagai contoh, produksi beras nasional dari Januari—April 2024 menurun 17,74 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu, dari 22,55 juta ton menjadi 18,55 juta ton. “Untuk padi, dalam 10-15 tahun terakhir pertumbuhannya stagnan,” ungkapnya.
Oleh karena itu, melalui program Mitra Tani, Bulog hadir untuk membantu petani dalam menghadapi permasalahan seperti permodalan, pupuk hingga kesuburan tanah. Serta menjalin kemitraan strategis untuk memberikan pendampingan dengan petani.
Namun, menurutnya hal ini perlu diperkuat dengan bantuan pemanfaatan teknologi agar hasil panen bisa lebih maksimal. Walau demikian, teknologi yang diterapkan juga harus ramah digunakan oleh para petani.
Biotechnology and Seed Manager CropLife Indonesia, Agustine Christela, menyampaikan bahwa implementasi bioteknologi memiliki potensi besar dalam memperkuat ketahanan pangan. Dia mencontohkan keberhasilan beberapa negara Asia, seperti Vietnam dan Filipina yang telah mengadopsi bioteknologi dan mengalami peningkatan produksi pertanian hingga 30%.
Kata Agustine, dengan pemanfaatan benih bioteknologi, potensi kehilangan hasil pertanian bisa ditekan hingga 10 persen, yang berarti ada peningkatan produksi panen yang signifikansi bagi petani di lahan terbatas. Pasalnya, benih bioteknologi dirancang untuk memiliki sifat unggul. Artinya, ketika ditanam, tanaman yang dihasilkan bisa lebih resisten terhadap hama, gulma, penyakit ataupun kondisi lingkungan ekstrem.
Asisten Deputi Prasarana dan Sarana Pangan dan Agribisnis Kementerian Koordinator bidang Perekonomian, Ismariny, menyatakan pihaknya mendorong lebih banyak sinergi peningkatan ketahanan pangan nasional di berbagai lini. Dia menyebut pihaknya sudah mulai menggagas beberapa program untuk meningkatkan ketahanan pangan Indonesia, seperti supply peningkatan produksi, diversifikasi pangan, efisiensi distribusi pangan, hingga penggunaan teknologi untuk meningkatkan produksi dan kualitas pangan. (*)