Technology

ID Food Terapkan Smartfarming, Menyokong Penjualan Gula dan Cetak Omset Rp5,6 Triliun

Bernadetta Raras, Direktur Supply Chain Management dan Teknologi Informasi PT Rajawali Nusantara Indonesia (Persero). (Foto : Dok).

Penerapan smart farming pada setiap tahapan rantai pasok dinilai menjadi solusi untuk menjawab tantangan di sektor pangan nasional. Saat ini sektor pangan nasional memiliki sejumlah tantangan, antara lain terkait produktivitas pertanian dan kualitas produk pangan yang perlu ditingkatkan. Hal tersebut disampaikan Bernadetta Raras, Direktur Supply Chain Management dan Teknologi Informasi PT Rajawali Nusantara Indonesia (Persero), yang dijabarkannya pada Digital Transformation Indonesia Conference and Expo (DTI-CX) 2024 di Jakarta pada Kamis pekan ini.

Menurutnya, setiap pelaku industri yang menjadi bagian ekosistem pangan nasional perlu memiliki komitmen dan road map dalam penerapan smart farming, sehingga transformasi sektor pertanian nasional berjalan secara terukur dan berkelanjutan.

Terkait urgensi smart farming tersebut, Raras menjelaskan Rajawali sebagai ID Food (Holding BUMN Pangan) telah menjalankan peta jalan (roadmap) penerapan smart farming di sejumlah lini bisnisnya. “Penting untuk ID Food menerapkan smart farming. Sebab sebagai Holding BUMN Pangan yang dibentuk pemerintah, ID Food memiliki tugas besar menjaga ketahanan pangan nasional serta meningkatkan inklusifitas petani, peternak, nelayan, dan UMKM,” ujar Raras pada keterangan tertulis yang dikutip swa.co.id di Jakarta, Sabtu (3/8/2024).

Dia mencontohkan industri gula yang menjadi lini bisnis terbesar perseroan tekah mengadopsi teknik pertanian pintar yang melibatkan penginderaan jarak jauh, sensor, dan internet of things (IoT). Dengan penerapan smart farming tersebut, ID Food mampu mengolah tebu dari 50 ribu hektare lahan setiap tahun sambil memaksimalkan produksinya. "Langkah ini memberikan perbaikan signifikan dalam proses bisnis perusahaan. Dari sisi manajemen misalnya, konektivitas sistem yang dihasilkan mendukung proses pengambilan keputusan cepat dan tepat, serta membantu sistem peringatan dini yang dapat menghindarkan perusahaan dari kerugian atau kehilangan produksi," jelasnya.

Sementara dari sisi produksi, penerapan smart farming penting untuk menjaga akurasi pelaksanaan budidaya tebu. Mulai dari tanam hingga panen atau tebang, sehingga meningkatkan produktivitas tebu dan gula ID Food.

Dampaknya, penjualan gula ID Food pada tahun lalu tumbuh 5% menjadi 421 ribu ton. Sedangkan dari sisi keuangan, lanjut Raras, penerapan smart farming juga berdampak positif; dari mulai pengurangan biaya atau efisiensi dan peningkatan pendapatan. Di lini bisnis gula , pendapatan ID Food pada 2023 senilai Rp5,6 triliun, naik sebesar 14% dibandingkan tahun sebelumnya.

Segala pertumbuhan tersebut tentu tidak dapat dilepaskan dari penerapan digitalisasi teknologi perusahaan secara bertahap, sesuai Road Map Smart Farming yang disusun. “Smart farming berdampak finansial yang besar dibanding metode tradisional, dengan biaya tahunan yang lebih rendah untuk tenaga kerja dan peralatan. Penghematan biaya ini bisa diinvestasikan kembali ke dalam penelitian untuk meningkatkan hasil panen,” tuturnya. (*)


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved