Pertamina Trans Kontinenal Gelar Inovasi Teknologi Hijau, Pangkas Karbon Dioksida 410 Ton
PT Pertamina Trans Kontinental (PTK) secara konsisten melakukan berbagai inovasi teknologi di industri jasa marine Indonesia. Hal ini dilakukan untuk mendukung target “net zero emission” 2060 pemerintah Indonesia. Inovasi Teknologi Marine yang telah diimplementasikan PTK tersebut dipaparkan langsung oleh Direktur Utama PTK, I Ketut Laba dan Direktur Operasi PTK, Slamet Harianto yang mengungkapkan sederet usaha PTK dalam menjalankan green energy technology dalam kegiatan operasional PTK.
PTK sudah menerapkan inovasi teknologi hijau dalam menjalankan bisnis operasional dengan kapal tugboat pertama di Indonesia yang menggunakan Dual Fuel Liquefied Natural Gas (LNG). "Kemudian, pemasangan pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) di beberapa kapal, penggunaan energy substitution shore connection di port terminal, penggunaan bahan bakar alternatif methanol, dan uji coba penggunaan compressed natural gas (CNG) sebagai bahan bakar terbarukan”, ungkap Slamet Harianto pada siaran pers di Jakarta, Minggu (4/8/2024).
Penerapan Dual Fuel LNG pada armada Tugboat Transko Rajawali mampu mereduksi 100% Gas SOx (sulfur oksida). Untuk PLTS yang dipasang Kapal Transko Pari dan FC Dwipangga mampu menghemat penggunaan BBM sebesar 54,24 KL/ per Juni 2024 (year to date). Selain itu, penggunaan Energy Substitution Shore Connection di 3 Port Terminal mampu menciptakan efisiensi sebesar Rp1 miliar sejak awal tahun hingga akhir Juni 2024.
Direktur Utama PTK, I Ketut Laba, mengungkapkan hingga Juni 2024, sederet aktivitas penerapan teknologi hijau yang dilakukan PTK mampu mereduksi 410 Ton gas karbon gioksida (CO2). “PTK mendukung program pemerintah mencapai net zero emission di tahun 2060. Kami ingin menjadi pemimpin dalam sektor bisnis jasa marine yang menjalankan bisnis dengan penerapan inovasi teknologi hijau. Dengan menyediakan kapal, jasa marine, serta shorebase dan kantor yang operasionalnya menggunakan green energy, PTK terus menerus melakukan program penurunan konsumsi BBM dan transisi ke bahan bakar ramah lingkungan,” tuturI Ketut Laba. (*)