Dengan Inovasi dan Kolaborasi, Bara Silver Terus Tumbuh
Pandemi COVID-19 telah meninggalkan jejak yang mendalam di pulau Dewata, Bali, yang sangat mengandalkan sektor pariwisata sebagai pilar ekonominya. Di tengah gemuruh ombak dan desir angin tropis, pelaku UMKM berjuang keras untuk tetap berdiri di masa-masa sulit. Putu Sudi Adnyani, pemilik Bara Gold and Silver Jewelry, adalah salah satu di antara mereka yang tak kenal lelah menghadapi badai pandemi dengan kreativitas dan ketekunan.
"Bara satu-satunya artshop di Celuk yang tidak tutup dan tidak melakukan pemutusan hubungan kerja selama pandemi, walau terjadi penurunan omset hingga 80%. Berat, tapi akan lebih berat bagi anak-anak bila saya rumahkan," ujar Mami Bara, panggilan akrab Sudi Adnyani, dengan senyum penuh keteguhan saat ditemui di rumah kediaman merangkap artshop di Desa Celuk Gianyar, Bali. Mami Bara, dengan semangatnya yang tak pernah pudar, terus mendesain, menciptakan, dan menggali ide-ide baru dari alam, mulai dari flora, fauna, hingga motif tradisional khas Bali.
Untuk menyiasati daya beli yang menurun, Mami Bara melakukan diversifikasi bahan baku. Selain tetap menggunakan perak dan emas, dia juga berkreasi dengan bahan yang lebih terjangkau seperti tembaga, kuningan, dan alpaka. Tidak hanya itu, Bara juga memanfaatkan disrupsi teknologi digital dalam pemasaran produknya. Tidak hanya produk Bara yang ditawarkan secara live, Mami Bara juga tidak segan membantu sesama UMKM lain menawarkan produk mereka.
Perlahan tapi pasti, penjualan Bara Silver mulai meningkat setelah menekuni jalur penjualan daring. Kini, kontribusi penjualan dari jalur online dan offline seimbang. Bara Silver juga memanfaatkan 15 seller yang tersebar di seluruh Indonesia.
Dengan ciri khasnya, produk Bara menjadi incaran sosialita, artis, pejabat hingga ibu negara. Para perancang busana juga kerap mengajaknya bekerja sama dalam peragaan busana mereka. Sebagai UMKM binaan Bank Indonesia, produk Bara Silver banyak dikenal lewat ajang pameran dan menjadi suvenir resmi event-event internasional.
Media sosial seperti TikTok, Instagram, Facebook, dan penjualan online menjadikan Bara bangkit dan penjualan ritel mulai pulih. Produk-produk dan desain terbaru Bara bisa dilihat dan dipesan secara virtual.
"Akhirnya saya membentuk tim khusus yang menangani digital marketing, bahkan kini Bara memiliki banyak reseller. Tapi untuk kegiatan live, saya masih harus muncul sendiri," tambahnya diiringi derai tawa khasnya, seraya menambahkan, "Berjualan bukan sekedar barter antara uang dan barang. Ada kontak personal. Bagaimana customer nyaman dengan saya, dengan desain dan dengan hasil kreasi saya. Ikatan ini memunculkan loyal customer yang akan jadi marketing berkelanjutan."
Di tengah persaingan yang semakin ketat, loyal customer menjadi andalan Bara. "Barang seni jangan takut ditiru. Sebagus-bagusnya duplikasi, yang asli pasti lebih bagus. Ada 'roh' penciptanya di setiap hasil karyanya. Persaingan memang harus. Dari pesaing kita bisa belajar banyak yang membuat kita maju," katanya bijak.
Geliat Bara Silver makin kencang saat mendapat kesempatan menjadi peserta UMKM EXPO pada ajang KTT G20 November 2022 dan perhelatan World Water Forum (WWF) 2024, membuka kesempatan bertemu customer dan buyer baru lagi. Selain tetap berkreasi dan berinovasi, Mami Bara juga menjalin kerja sama dengan UMKM lain menciptakan produk baru yang bernilai jual tinggi. Seperti dengan pengrajin produk anyaman berbahan 'ate', sejenis rotan. Tas berbahan ate semakin berkelas di tangan Mami Bara yang memadukannya dengan ukiran perak kreasinya.
Di balik perjuangannya, Mami Bara telah membuktikan bahwa di tengah tantangan dan kesulitan, kreativitas dan ketekunan mampu menerangi jalan menuju keberhasilan. Sebuah kisah inspiratif dari Bali, tentang keteguhan hati seorang wanita dan semangat yang tak pernah padam. (*)