Radityo Susilo, Lewat Gapai.id Buka Jalan bagi Pekerja Migran
Radityo Susilo, dengan fondasi pendidikan yang kokoh dari Domus Academy Milano dan Prasetiya Mulya, telah meniti karir gemilang. Ia meraih gelar Master in Business Design dan Sarjana Bisnis yang membekalinya dengan pengetahuan mendalam. Selama bertahun-tahun, Radityo telah berkiprah sebagai Komisaris di PT Empat Delapan Nusantara dan Founding Partner di PT Arat Desain Internasional, serta menjadi dosen part-time di Prasetiya Mulya.
Namun, pengalamannya sebagai fasilitator dan dosen di program United Nations dan International Labor Organization selama pandemi menginspirasi Radityo untuk mendirikan Gapai.id. Tujuannya adalah memberdayakan pekerja migran Indonesia melalui peluang kerja di luar negeri.
Motivasi Radityo berakar dari pengamatannya terhadap populasi Indonesia yang didominasi kalangan menengah ke bawah. Ia melihat peluang besar untuk mengubah hidup mereka melalui pekerjaan di luar negeri. "Indonesia memiliki populasi produktif yang besar, sementara negara maju seperti Eropa dan Jepang mengalami krisis tenaga kerja," jelasnya.
Pengalaman pribadinya tinggal di luar negeri mengajarkannya bahwa kompetensi Indonesia setara dengan negara maju, dan diaspora Indonesia diperlukan untuk membawa perubahan. Ia yakin bahwa diaspora dapat memajukan bangsa, seperti yang terjadi pada India dan Cina. Visi jangka panjangnya adalah memberdayakan pekerja migran Indonesia untuk mendapatkan penghasilan yang lebih baik dan pengalaman internasional yang transformatif.
Dengan pendanaan awal dari akselerator startup Antler sebesar US$100 ribu pada tahun 2022, Gapai memulai petualangannya. Target pasar utama Gapai adalah laki-laki berusia 30-35 tahun yang sudah berkeluarga dan bekerja di sektor perhotelan, manufaktur, atau pekerja umum di Indonesia, serta perempuan berusia 20-25 tahun yang ingin mendapatkan pengalaman baru di luar negeri, terutama di sektor hospitality.
Gapai juga menargetkan pekerja dengan keterampilan khusus seperti welder, electrician, plumber, perawat, dan sopir. Untuk mendukung penempatan pekerja migran, Radityo bekerja sama dengan perusahaan penempatan pekerja migran Indonesia, KBRI di negara tujuan, Kementerian Ketenagakerjaan, dan startup seperti MySkill dan Spoon.
Namun, perjalanan ini tidak tanpa tantangan. Tantangan pertama adalah membangun kepercayaan. Sebagai perusahaan baru, meyakinkan pekerja untuk mengikuti program penempatan kerja di luar negeri menjadi tantangan besar. Radityo menyadari bahwa kunci untuk mengatasi ini adalah memberikan pengalaman pelanggan yang luar biasa. Dengan kejelasan, kemudahan, dan transparansi dalam setiap proses, kepercayaan mulai terbentuk melalui testimoni positif dari pekerja yang telah berhasil ditempatkan.
Tantangan kedua adalah memilih dan bekerja sama dengan perusahaan yang tepat di luar negeri. Gapai berusaha hanya bekerja dengan perusahaan yang memiliki reputasi baik, menawarkan gaji yang kompetitif, dan menyediakan perlindungan serta manfaat yang layak bagi pekerja. Radityo menekankan pentingnya memilih pekerjaan yang benar-benar transformatif bagi pekerja, sehingga mereka dapat merasa bangga dan mendapat penghasilan yang signifikan untuk meningkatkan kesejahteraan mereka.
Sejak didirikan, Gapai telah menerima sekitar 15.000 pelamar yang berharap bisa bekerja di luar negeri. Dari jumlah tersebut, Gapai berhasil menempatkan 170 tenaga kerja di berbagai negara tujuan, dengan target mencapai 700 penempatan pada akhir tahun ini. Profesi yang paling banyak diminati oleh kandidat Gapai adalah di sektor hospitality, yang mencakup pekerjaan di hotel, restoran, dan kafe. Selain itu, sektor manufaktur juga menjadi pilihan populer karena menawarkan jenjang karir yang jelas.
Gapai saat ini menempatkan pekerja migran di enam negara, tersebar di Timur Tengah dan Eropa Timur. Negara tujuan penempatan meliputi Saudi Arabia, Kuwait, Qatar, Uni Emirat Arab, Hungaria, dan Romania, dengan rencana ekspansi ke Ceko, Slovakia, dan Polandia. Fokus pada luar negeri memungkinkan Gapai untuk berinovasi dalam membuat proses penempatan lebih cepat, mudah, murah, dan berkelanjutan.
Kiprah Radityo diapresiasi luas. Gapai berhasil menutup pendanaan tambahan sebesar US$1 juta, yang dipimpin oleh Wavemaker Partners dan Antler, serta beberapa angel investor.
Namun, ia belum merasa puas. Kini Gapai terus berinovasi dengan berbagai layanan untuk meningkatkan efisiensi dan kualitas rekrutmen tenaga kerja. Mereka menggunakan algoritma pencocokan untuk menghubungkan ribuan CV dengan pekerjaan yang tersedia, serta mengembangkan aplikasi yang mempercepat proses dokumentasi keberangkatan.
Gapai juga menciptakan CV builder yang memanfaatkan AI untuk mengubah hasil wawancara online menjadi CV, dan sistem nest hiring yang memungkinkan wawancara massal lebih dari 100 kandidat dalam satu hari. Pendekatan ini menggabungkan teknologi dan pengalaman untuk memperjelas dan mempermudah proses bagi employer dan kandidat.
Gapai juga memiliki rencana untuk memperluas jangkauan penempatan pekerja ke benua lain selain Eropa dan Asia. Fokus utama saat ini adalah negara-negara dengan hubungan bilateral ketenagakerjaan yang baik. “Kedepannya, kami bisa mendapatkan lebih banyak pekerjaan yang kami bisa bagikan kepada teman-teman pekerja di Indonesia,” ujar Radityo. (*)