Peka dengan Perubahan Orang Tua,Lakukan Skrining Demensia Apabila Gejala Terlihat
Seorang anak memiliki peran penting untuk menjadi peka dalam memerhatikan kesehatan orang tua, terlebih ketika orang terkasih sudah memasuki usia lansia. Bertambahnya usia memang menyebabkan penurunan fungsi sistem tubuh baik fisik, maupun otak. Penting untuk diperhatikan apakah orang tua Anda menujukkan gejala seperti lupa meletakan barang, emosi yang berubah-ubah, menurunnya kemampuan komunikasi, hingga lupa arah pulang ke rumah.
Gejala-gejala tersebut mungkin saja dikarenakan penurunan fungsi otak yang berkelanjutan atau biasa dikenal dengan sindrom demensia. Sindrom ini lebih rentan terjadi pada orang berusia lanjut, tetapi sebenarnya bukan kondisi normal dari proses penuaan. Demensia sendiri bersifat kronik dan progresif. Sehingga, perlahan akan menyebabkan terganggunya aktivitas dan kualitas hidup seseorang.
Orang dengan demensia (ODD) akan sangat bergantung pada pendamping. Dalam hal ini, pendamping yang dimaksud bukan terbatas pada perawat atau caregiver yang dipekerjakan, lebih daripada itu peran dari keluarga terdekat untuk menjaga keselamatan fisik dan menjaga kualitas hidup ODD. Menurunnya fungsi kognitif tentunya dapat berdampak buruk, misalnya apabila ODD tidak mampu mengingat jadwal minum obat yang dapat mengakibatkan salah atau kelebihan dosis. Selain itu, ODD juga kerap kali salah memperkirakan jarak sehingga sering menabrak objek yang menyebabkan lebam atau terjatuh.
BOKS
Beberapa jenis demensia yang umum terjadi:
1. Penyakit Alzheimer, kondisi ini terjadi karena adanya pengendapan protein dalam otak yang menghalangi asupan nutrisi menuju sel-sel dalam otak. Penyakit ini menyebabkan penurunan daya ingat, perubahan perilaku secara bertahap, kemampuan berkomunikasi, serta kemampuan berpikir.
- Demensia Vaskular, kondisi ini terjadi ketika berkurangnya aliran darah ke otak yang menyebabkan gangguan pada memori, perilaku, dan kemampuan berpikir yang umum dialami oleh lansia dan dapat terjadi secara mendadak atau berkembang perlahan. Risiko ini sering kali disebabkan stroke atau penyakit pembuluh darah lainnya.
- Demensia Lewy Body, kondisi ini terjadi ketika terdapat penumpukan protein pada sel saraf di bagian otak yang memiliki fungsi untuk mengatur daya ingat atau cara seseorang berpikir. Demensia lewy body ini merupakan salah satu jenis demensia yang paling sering terjadi.
- Demensia Frontotemporal, jenis demensia ini terjadi karena kerusakan pada lobus frontal dan temporal otak yang menyusut dan tidak normal. Jika dibandingkan dengan alzheimer, demensia frontotemporal cenderung terjadi pada usia 40 tahun sampai dengan 65 tahun.
BOKS
Gejala demensia dapat terjadi sesuai dengan jenis dan tingkat keparahan penyakit. Berikut adalah gejala yang penting diperhatikan pendamping apabila terjadi pada lansia, yaitu:
- Sulit mengingat kejadian dalam jangka pendek dan jangka panjang.
- Kesulitan fokus dan konsentrasi.
- Kesulitan berbicara atau memahami bahasa.
- Sulit merumuskan solusi untuk menyelesaikan masalah.
- Kesulitan melakukan aktivitas sehari-hari, misalnya makan, mandi, dan berpakaian.
- Perubahan perilaku, kebingungan, delusi, dan halusinasi.
- Tersesat di lingkungan yang familiar.
- Kesulitan mengingat nama orang terdekat.
Diagnosis demensia dilakukan dengan tes untuk memeriksa kondisi fisik dan perhatian, memori, pemecahan masalah, dan kemampuan kognitif pasien. Selain itu, pemeriksaan riwayat kesehatan pasien dan keluarga, serta durasi terjadinya gejala. Untuk menghindari terjadinya kemungkinan risiko penyakit lainnya, biasanya pasien akan disarankan untuk melakukan tes laboratorium, tomografi komputer (CT), atau resonansi magnetik (MRI).
Karena sifatnya yang terjadi secara perlahan-lahan, demensia sering kali kurang disadari oleh anggota keluarga ODD. Padahal, perlu diketahui bahwa biaya perawatan ODD tidaklah sedikit. Oleh karenanya, hal yang penting dilakukan ketika gejala sekecil apapun mulai terlihat adalah melakukan skrining yang berguna untuk dapat menentukan strategi penanganan, memaksimalkan perawatan, dan memperlambat perkembangan penyakit. Skrining awal dapat dilakukan dengan mengenali gejala-gejala umum yang dapat dibantu dengan kuesioner untuk menilai skor demi mengetahui apakah dibutuhkan penanganan lebih lanjut.
Skrining awal demensia dapat dilakukan di rumah sakit, puskesmas, klinik, maupun penyedia fasilitas kesehatan lainnya. Sebagai salah satu healthcare provider yang berfokus pada langkah preventif, Prodia mengadakan program 10.000 skrining gratis demensia yang dapat bermanfaat untuk deteksi dini dan menentukan rencana terapi yang tepat. Jika ditemukan gejala, skrining awal memungkinkan ODD untuk memiliki peran aktif dalam mengambil keputusan terkait masa depannya, serta mendorong pendamping untuk menggali informasi lebih dalam mengenai demensia dan cara merawat ODD.
Skrining gratis ini dapat dilakukan dengan mengunjungi cabang Prodia terdekat bersama orang tua Anda dan bertemu dengan petugas Prodia untuk mengisi kuisioner yang telah disediakan. Apabila hasil skor menunjukkan kecenderungan lansia memiliki gejala demensia, segera lakukan pemeriksaan untuk mendapatkan diagnosis dan penanganan lebih lanjut.
Tidak berhenti sampai penegakan diagnosis, Prodia juga menyediakan program Health Plan for Dementia untuk membentuk program pengelolaan kesehatan bagi ODD yang mencakup mulai dari skrining lanjutan, konsultasi dokter umum, konsultasi dokter geriatri, konsultasi nutrisionis, pemeriksaan laboratorium, dan program edukasi. Program ini bertujuan untuk mengendalikan faktor risiko demensia seperti hipertensi, diabetes, maupun kolesterol tinggi demi memperlambat progres perburukan demensia. Selain itu, keluarga juga dapat memiliki support group untuk dapat berdiskusi dalam mendampingi dan menjaga kualitas hidup ODD.