Bobobox Jadi Katalis Pariwisata Berkelanjutan
Bobobox, salah satu pelopor akomodasi hotel kapsul di Indonesia yang dimiliki oleh PT Bobobox Aset Manajemen kian berfokus mengintegrasikan kerangka kerja environmental, social, and governance (ESG) dalam operasional bisnisnya. Langkah ini diambil sebagai bagian dari komitmen perusahaan untuk memberikan dampak positif tidak hanya bagi bisnisnya sendiri, tetapi juga bagi komunitas dan lingkungan sekitar.
Sejak diluncurkan pada tahun 2018, Bobobox kini memiliki tiga produk akomodasi: Bobopod, Bobocabin, dan Boboliving. Bobobox tersedia di 34 lokasi (terdiri dari 17 hotel kapsul dan 17 kabin) di 19 kota di Indonesia, serta satu lokasi Boboliving dengan konsep hunian kos di kawasan Pancoran, Jakarta Selatan. Untuk produk akomodasi unggulan Bobopod dan Bobocabin keseluruhan jumlah kamarnya mencapai lebih dari 1.500 kamar dengan tingkat hunian rata-rata 80%.
Co-Founder & CEO Bobobox, Indra Gunawan menyampaikan terdapat tiga hal yang perlu dicapai agar bisnis bisa berkelanjutan. “Pertama adalah product leadership yaitu bagaimana produk kita bisa menjadi pemenang di pasar. Kedua, operational excellence, yakni bagaimana memastikan setiap produk konsisten untuk men-deliver apa yang kita janjikan. Ketiga, customer intimacy, bagaimana kita secara konsisten mengkomunikasikan apa yang kita telah bangun dan iterasi dengan tetap mendengarkan masukan dari konsumen supaya komunikasi dua arah selalu terjadi,” kata Indra kepada SWA.co.id.
Seiring berjalannya waktu, perusahaan semakin memahami bahwa ketiga hal tersebut bisa diraih dengan menerapkan prinsip ESG. “Kerangka kerja ESG tidak hanya berfungsi sebagai kerangka kerja perusahaan tetapi juga sebagai panduan komprehensif untuk operasional yang berkelanjutan,” ujar lulusan University of Melbourne tersebut.
Ia melanjutkan, “Kami percaya bahwa prinsip ESG bukan sekadar packaging suatu narasi yang positif atau tren sementara, melainkan fondasi yang dapat memberikan dampak nyata dalam menciptakan ekosistem yang berkelanjutan.”
Dari berbagai Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs), Bobobox secara realistis mengidentifikasi dan mengukur SDGs yang dapat dicapai sejalan dengan unit economics yang sehat bagi perusahaan. Sementara itu, perusahaan juga menetapkan SDGs jangka panjang yang membutuhkan investasi awal, dengan harapan bahwa efeknya akan terasa signifikan di masa mendatang.
Operasi Ramah Lingkungan
“Kami memulai dengan inisiatif yang mudah dilakukan namun memberikan dampak besar, yang kami sebut sebagai low hanging fruits,” kata Indra.
Di antaranya mendorong penggunaan botol isi ulang daripada botol kemasan sekali pakai dan menyediakan air minum yang bersih dan aman bagi tamu. Lalu, akses ke kamar kini tidak lagi menggunakan kartu plastik RFID, melainkan QR code yang membantu mengurangi penggunaan kartu plastik.
Bobobox juga menyediakan fitur carbon offset di aplikasi, disediakan bagi tamu untuk dapat berpartisipasi dalam inisiatif ini, memungkinkan kontribusi langsung dalam mengimbangi emisi karbon. Lalu, Bobobox memastikan bahwa material yang digunakan berasal dari vendor yang memiliki sertifikasi ramah lingkungan, untuk menghindari dampak negatif terhadap lingkungan. Termasuk menggunakan desain modular dan prefabrikasi untuk mengurangi produksi limbah dan penggunaan lahan.
Di tingkat perusahaan juga dihitung emisi tahunan untuk memahami sumber utama emisi dan menemukan cara untuk menguranginya. Serta menerapkan sistem pengelolaan sampah berkelanjutan dan zero waste to landfill, memastikan semua sampah dikelola tanpa berakhir di tempat pembuangan akhir.
Sementara dalam pengembangan aplikasi, Bobobox mengikuti standar Web Content Accessibility Guidelines (WCAG) agar aplikasi kami lebih mudah diakses oleh orang dengan disabilitas.
Lalu dalam hal pemberdayaan masyarakat lokal, Bobobox mempekerjakan 59% talenta lokal di Bobocabin, memberikan pelatihan dan pengembangan keterampilan untuk mempromosikan pertumbuhan ekonomi dan hubungan komunitas. Melibatkan UMKM lokal untuk F&B dan layanan penunjang bertujuan untuk mendorong ekonomi lokal dan meningkatkan pengalaman tamu.
Tidak ketinggalan, Bobobox mengadakan program tentang kewirausahaan dan pengembangan keterampilan, memberdayakan lebih banyak individu untuk berpartisipasi aktif dalam ekonomi lokal dan meningkatkan kualitas hidup mereka.
Jadi Bagian Pariwisata Berkelanjutan
Menurut Indra, penerapan prinsip ESG di Bobobox dapat berjalan dengan baik karena mayoritas penggunanya, yakni 90 persen, berasal dari generasi milenial dan Gen Z. Kelompok ini telah cukup terpapar terhadap isu-isu lingkungan, kesejahteraan sosial, dan keberlanjutan, sehingga mereka memiliki kesadaran yang tinggi dan dapat dengan mudah merelasi produk dan layanan Bobobox dengan nilai-nilai yang mereka pegang.
Target pasar Bobopod merupakan urban budget frequent traveler, business and leisure traveler dengan rentang usia 18 - 35 tahun. Lalu, Bobocabin menyasar segmen nature/adventure seeker, family & friends. Sementara Boboliving diperuntukan bagi pekerja urban yang ingin tinggal untuk jangka panjang.
Mereka dinilai lebih cenderung mendukung dan memilih brand yang sejalan dengan prinsip-prinsip keberlanjutan yang mereka anut. “Situasi ini mungkin berbeda terhadap perusahaan dengan segmen pasar yang belum terpapar terhadap isu-isu tersebut, di mana penerapan ESG mungkin akan jadi lebih menantang,” kata Indra.
Indra meyakini bahwa apa yang telah dibangun dalam enam tahun terakhir telah menciptakan sebuah gaya hidup baru yang berkelanjutan. Potensi pengembangan masih sangat besar, dengan banyak lokasi potensial yang dapat digarap di seluruh Indonesia.
“Kami ingin menjadi bagian dari katalis pertumbuhan industri pariwisata yang lebih berkelanjutan di Indonesia. Tujuan kami adalah menjadi solusi, tidak hanya dalam menggarap pasar pariwisata, tetapi juga dalam memberikan dampak positif terhadap lingkungan dan masyarakat lokal. Dengan kehadiran Bobobox, kami berharap dapat meningkatkan kualitas hidup warga lokal melalui pemberdayaan ekonomi sekaligus menjaga kelestarian lingkungan melalui inisiatif-inisiatif yang kami terapkan,” ujar Indra mengakhiri perbincangan. (*)