Sajian Utama

Great Giant Foods; Pancangkan Empat Pilar ESG dan “Janji Agung”

Gilang Moehammad Nugraha, Sustainability Development & Inclusion Department Head GGF (Foto: Wisnu Tri Rahardjjo/SWA)

Sebagian dari kita kemungkinan besar sudah mengenal produk pisang segar ataupun buah-buahan kalengan dengan merek Sunpride. Pisang Sunpride, terutama, beberapa tahun terakhir dengan mudah kita jumpai di berbagai toko ritel di Indonesia. Merek yang sudah cukup kondang ini dihasilkan oleh perusahaan lokal bernama PT Great Giant Pineapple yang tergabung dalam umbrella brand bernama Great Giant Foods (GGF).

GGF sendiri merupakan entitas brand untuk kelompok perusahaan di bawah naungan Gunung Sewu Group, yang bergerak di bidang makanan dan produk pertanian. Perusahaan ini memproduksi buah segar, buah olahan, serta makanan dan minuman kemasan seperti jus, susu sapi, protein, dan tepung tapioka asli. Selain merek Sunpride, GGF pun telah merilis merek lainnya, yakni Cap Kodok, Re.juve, Sunpride Lyfe, Oriji, Duta, dan Hometown.

Produk andalannya ialah nanas kalengan, yang telah diekspor ke lebih dari 60 negara di berbagai benua. Menurut Gilang Moehammad Nugraha, Sustainability Development & Inclusion Department Head GGF, per tahun perusahaannya bisa mengirimkan lebih dari 13.000 kontainer ke negara-negara tersebut. GGF merupakan satu dari tiga produsen nanas kalengan terbesar di dunia, yang memiliki fasilitas pabrik, pengelolaan limbah, dan perkebunan yang terintegrasi.

Gilang menyebutkan, karena melayani pasar internasional, sudah cukup banyak sertifikasi yang dipenuhi perusahaannya. Di antaranya, sertifikasi ISO terkait Enviromental Management System, Energy Management System, Halal dan Food Safety, dan sebagainya.

GGF berpandangan bahwa isu ESG (environmental, social, and governance ) sekarang telah menjadi pusat perhatian semua stakeholder, baik itu pemegang saham, pelanggan, pendukung pembiayaan, pemerintah, karyawan, maupun komunitas. “Secara prinsip, kami sudah menjalankan praktik ESG sebelum istilah ESG ini banyak dikomunikasikan,” kata Gilang tandas.

Bagi GGF, pelaksanaan ESG adalah sebuah implementation journey. Mulai dari melakukan analisis material, menentukan tujuan dan strategi yang jelas, mengintegrasikannya ke core business, membuat laporan yang transparan, hingga terus beradaptasi dan mengembangkannya (continuous improvement).

Pada 2023, GGF memetakan sembilan topik penting, yang diperkirakan memengaruhi operasi bisnisnya dan berdampak pada para pemangku kepentingan. Topik-topik tersebut, yakni Circular Economy, Waste, Climate Change, Sustainable Resource Use, Good Employment Practices, Product Quality & Customer Satisfaction, Sustainable Supply Chain, Economic Performance , serta Stakeholder Engagement & Community Empowerment.

Hal yang menarik, GGF telah menorehkan satu janji, yang disebut the Great Pledge, yang telah ditandatangani CEO-nya. Pada dasarnya ini semacam guiding framework bagi awak GGF untuk mengintegrasikan elemen keberlanjutan (sustainability) ke setiap aspek operasi bisnisnya.

Melalui “Janji Agung ini, GGF hendak mewujudkan empat tujuan berikut. Pertama, Sustainably Grow with People and Community. Maksudnya, GGF ingin tumbuh seiring tumbuhnya orang-orang dan komunitas di sekitarnya. Kedua, Regenerative Agriculture, dengan melindungi sumber daya alam dan memperluas praktik pertanian berkelanjutan untuk menciptakan lanskap pertanian yang tangguh.

Ketiga, Climate Resilience, mampu beradaptasi dengan perubahan iklim untuk meminimalkan dampak lingkungan dan melindungi kesehatan planet bumi. Keempat, Business Circularity, menciptakan keunggulan kompetitif melalui implementasi praktik green business. Keempat tujuan ini juga menjadi pilar praktik ESG perusahaan ini.

Ada sejumlah inisiatif penting dari keempat pilar tersebut. Pada pilar Climate Resilience, GGF punya inisiatif mengurangi emisi gas rumah kaca (GHG emission), yang mencakup produksi dan pemanfaatan biogas, energy management system , hingga penggunaan compound fertilizer.

Pada pilar Regenerative Agriculture, GGF menjalankan praktik biodiversitas, soil sustainability, water availability, dan adaptasi iklim. Lalu, pada pilar Sustainably Grow with People & Community ada inisiatif kerjasama dengan para petani/peternak, program animal walfare, dan community walfare. Adapun pada pilar Business Circularity ada inisiatif mengurangi food loss dan food waste, menjalankan praktik circular economy, dan mengukur circularity score.

Khusus mengenai praktik circular economy, GGF mengelola GGF Food Estate. Kawasan ini semacam integrated plantation seluas 34.000 hektare yang dilengkapi sejumlah processing facilities (pabrik pengolahan). Komoditas yang dikelola antara lain nanas, pisang, jambu, dan singkong, dengan produk utamanya (sekitar 80%) berupa komoditas nanas. Fasilitas yang tersedia di food estate ini, selain perkebunan (plantation), mencakup pula pineapple factory, tapioca factory, packing house, biogas plant, cogen plant, compost plant, LOB (liquid organic biofertilizer) plant, bromelain enzyme factory , serta cattle fattening & dairy.

Proses yang berjalan di GGF Food Estate ini secara sirkular. Tidak cuma fokus pada penciptaan zero waste, tapi juga pada aspek sosial dan perwujudan energi berkelanjutan (sustainable energy).

Gambaran ringkasnya begini. Nanas yang diproses di pineapple factory menghasilkan solid waste dan waste water. Solid waste dapat dimanfaatkan menjadi pakan bagi lini bisnis Great Giant Livestock, yang menghasilkan manure (kotoran ternak). Manure ini dimasukkan ke compost plant untuk dijadikan kompos.

GGF juga punya bisnis fresh food yang menimbulkan juga food loss and waste. Untuk food waste yang masih edible (layak dikonsumsi), dikerjasamakan dengan UMKM lokal di sekitar masyarakat Lampung Tengah dan Lampung Timur untuk diubah menjadi value-added product berupa keripik nanas, selai nanas, keripik pisang, dan produk-produk olahan lainnya.

Dari praktik ESG yang dijalankan GGF, ada sejumlah hasil yang dicapai. Dari segi lingkungan, telah dicapai reduksi emisi sebesar 798 ribu TCO2e dari tahun 2012 sampai 2022. Juga ada 98% food loss yang telah dimanfaatkan. Dari bisnis sirkular, kulit nanas yang telah dimanfaatkan sebagai makanan ternak mencapai 82 ribu ton dan serat singkong juga sebagai pakan ternak sebanyak 5 ribu ton. Masih dari bisnis sirkular, telah dihasilkan 45 ribu ton kompos.

Dari segi sosial, GGF telah berhasil memberdayakan 18 UMKM lokal, terutama dengan program pemanfaatan food loss and waste. Pengembangan bisnis baru yang tercipta telah menampung lebih dari 1.600 karyawan baru. Dengan program pemberian nutrisi untuk anak, GGF juga telah ikut mengatasi masalah stunting.

Kemudian. dari segi ekonomi, program GGF telah berhasil memberikan tambahan income bagi kalangan UMKM, rata-rata sebesar Rp 3 juta. Adapun secara keseluruhan total value yang berhasil diciptakan dari program GGF Food Estate dan model bisnis sirkularnya ini mencapai sekitar Rp 85 miliar per tahun.

Berdasarkan asesmen dari S&P Global mengenai ESG Score tahun 2023, GGF mencatat skor 62 (dari skor 100). Dengan skor seperti ini, GGF menduduki peringkat 1 nasional untuk sub-industri Food Products dan berada di peringkat 95 di antara 386 perusahaan Food Products di tingkat global. (*)


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved