Personal Finance

Gemar Berinvestasi Saham, David Noah Bidik Capital Gain 15% Per Tahun

David Noah, Financial Influencer, Founder of Fortis Holdings di Jakarta, Selasa (6/8/2024) (Foto: Audrey Aulivia Wiranto/SWA)

David Noah, sosok yang dikenal sebagai entrepreneur dan investor saham, mengalokasikan dana untuk membeli saham di sektor perbankan, batu bara dan perusahaan properti. David adalah investor yang berhorison jangka panjang dan menargetkan capital gain dua digit. “Saya menargetkan capital gain pada jangka panjang minimal 15% per tahun. Tapi, portorfolio investasi saham saya dalam beberapa tahun terakhir ini hanya mendapatkan 10% dalam setahun, kadang kali saya mendapatkan cuan 60%. Jadi, return di portofolio saham bervariasi,” ujar David Noah, Financial Influencer & Founder Fortis Holdings saat ditemui swa.co.id di Jakarta, Selasa (6/8/2024) kemarin.

David mempertimbangkan berbagai aspek untuk membeli saham. Misalnya, saham-saham perusahaan yang kinerja fundamentalnya bagus dan mencetak laba bersih. Dia tidak asal-asalan membeli saham. Sebab, David menerapkan analisa dan riset.

Strategi David dalam berinvestasi dengan melakukan analisa top down guna menyeleksi saham perusahaan tersebut. “Sebelum memilih perusahaan yang akan diinvestasikan, sebaiknya melakukan top down analysis. Saya melakukan cek analisis atau pendekatan aspek makro, lalu kemudian makin mengerucut ke arah bawah. Saya selalu menganalisa terlebih dahulu pada faktor makro dalam ekonomi, seperti PDB, lapangan kerja, perpajakan, tingkat suku bunga, dan lainnya, sebelum mendalami faktor mikro seperti sektor khusus atau perusahaan," tuturnya.

Setelah menganalisis makro tersebut, Davis menganalisa kondisi pasar untuk mengidentifikasi sektor atau industri dengan performa yang tinggi. Berkat strategi ini, David memperoleh capital gain sebesar 11% pada semester pertama 2024.

Pada semester kedua tahun ini, David mengamati kondisi market akan menantang karena kondisi geopolitik dan tensi ketegangan antara Korea Selatan, Korea Utara, Taiwan dan China dan perekonominan nasional cenderung melambat. "Kondisi ini kesempatan emas untuk membeli saham-saham perusahaan yang kinerjanya bagus, tetapi harga sahamnya ter-discount," ucap David.

Guna memitigasi risiko, David mempraktikkan jurus dollar cost averaging. Dia mengoleksi saham yang kinerja fundamentalnya ciamik dan valuasinya cenderung menarik. “Sekarang banyak sekali perusahaan yang bagus yang harga sahamnya terdiskon lantaran terkoreksi cukup dalam.

Biasanya, David beli setahap demi setahap atau mencicil beli saham perusahaan kinerjanya diproyeksikan tumbuh di periode mendatang. Oh ya, metode dollar cost averaging itu rutin membeli saham walau harganya sedang naik atau turun. Ketika harga saham blue chips itu turun, misalnya, investor diuntungkan karena mendapat harga saham yang relatif murah. Sebaliknya, investor masih cukup nyaman ketika membeli harga saham blue chips itu sedang naik. Sebab, membeli saham blue chips yang masih mencetak laba bersih itu memberikan keuntungan ganda kepada investor. Oke deh kalau demikian. Good luck ya bro David. (*)


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved