Business Research

Neurosensum Indonesia : Snack Sehat dan Bebas Gula Kian Digemari Konsumen

Sebanyak 7 dari 10 konsumen di Indonesia menggantikan konsumsi makanan utama dengan camilan yang dikonsumsi sekitar 2-3 kali per hari. Tren ini mengindikasikan frekuensi dan perubahan perilaku konsumen untuk mengonsumsi camilan kian meningkat. Demikian riset Neurosensum yang merilis hal itu pada riset bertajuk Healthy Snacking: Global Trends Shaping Indonesian & Malaysian Markets in 2024 yang dijabarkan pada Juli 2024.

Riset ini menjabarkan tren konsumsi camilan di Indonesia dan Malaysia pada tahun ini. Studi ini dilakukan dengan melakukan survei terhadap 800 konsumen di Indonesia dan Malaysia yang berusia pada rentang umur 18-54 tahun dan lintas sosial ekonomi. Neurosensum, perusahaan riset konsumen yang berbasis di Jakarta, Singapura dan India ini, menyimpulkan preferensi konsumen beralih ke arah Conscious Indulgence lantaran 3 dari 4 konsumen mengonsumsi camilan sehat sebanyak sekali per hari.

Meski menghendaki manfaat kesehatan, konsumen menginginkan camilan yang cita rasanya bisa menggoyang lidah. "Perubahan ini menunjukkan bahwa camilan semakin menjadi bagian penting dari pola makan konsumen. Kami melihat peningkatan permintaan konsumen terhadap camilan yang sehat dan enak," kata Raj Jalan, Direktur Neurosensum Indonesia, dikutip pada Rabu (14/8/2024).

Konsumen muda di Indonesia lebih tertarik camilan yang diproduksi segar dan kemasan yang higienis. Sebaliknya, konsumen dari generasi tua menunjukkan minat yang lebih tinggi terhadap snack dari bahan alami dan organik. Konsumen mencari brand yang mempraktikkan produksi yang etikal dan transparan dalam penggunaan bahan, dengan menampilkan gambar bahan pada kemasannya.

Lebih dari 50% konsumen memeriksa daftar bahan pada kemasan produk, sementara lebih dari 75% memeriksa fakta nutrisi saat membeli produk camilan. Oleh karena itu, pemilihan kata untuk bahan dan fakta nutrisi pada label kemasan menjadi informasi yang sangat penting agar para konsumen paham akan manfaatnya.

Konsumen muda menunjukkan minat yang lebih tinggi terhadap klaim spesifik seperti Tanpa Pengawet, Tanpa Bahan Kimia Sintetis, dan Tanpa Bahan Tambahan. Konsumen yang lebih tua mencari snack yang menyertakan keterangan tanpa bahan buatan’ dan tanpa pewarna atau perasa buatan. Oleh karena itu, komunikasi klaim ini harus disesuaikan dengan target pasar inti dari produk yang ditawarkan oleh pemilik brand.

Snack Bebas Gula

Minat konsumen muda terhadap camilan bebas gula meningkat hampir dua kali lipat dalam satu tahun terakhir dari 16,4% menjadi 31%. Konsumen usia menengah masih mencari tingkat gula yang diizinkan, dengan minat yang lebih tinggi terhadap camilan rendah gula atau tanpa gula tambahan. Memiliki varian rendah gula lebih menarik bagi konsumen daripada mengganti gula dengan opsi lain seperti stevia atau gula aren. Oleh karena itu, pemilik brand perlu memahami tingkat gula yang tepat dalam produk mereka berdasarkan demografi konsumen yang ingin mereka targetkan.

Preferensi keseluruhan untuk bahan nabati (seperti kacang-kacangan, biji-bijian, kedelai, tahu, ekstrak buah dan sayuran, kacang-kacangan, dan biji-bijian utuh) sebagai sumber protein lebih tinggi daripada sumber protein hewani (seperti telur, unggas, daging merah, ikan, dll). Biji-bijian utuh seperti gandum, quinoa, atau millet yang lebih diterima sebagai bahan dasar untuk camilan, Namun, konsumen tidak menganggap bahan ini sebagai sumber protein.

Hal ini disebabkan serat biji-bijian lebih dikenal untuk kesehatan pencernaan dibanding sebagai sumber protein. Dengan lebih banyak edukasi tentang manfaat nutrisi lain dari biji-bijian utuh, ada peluang untuk menargetkan dan mengembangkan segmen ini untuk camilan.

Konsumen Indonesia menunjukkan minat yang tinggi terhadap snack yang mengandung buah asli, buah kering, atau ekstrak buah. Sekitar 70%, preferensi konsumen untuk camilan dengan tambahan mikronutrien seperti vitamin A & C tinggi, menunjukkan bahwa peningkatan sistem kekebalan tetap menjadi perhatian bahkan setelah pandemi Covid-19.

Mengonsumsi camilan yang kaya serat dan mengandung probiotik adalah salah satu tren terpenting dengan daya tarik tertinggi di Indonesia, karena konsumen mencari pencernaan yang sehat dan meningkatkan kesehatan usus. "Penelitian kami menggarisbawahi pentingnya inovasi berkelanjutan dalam industri camilan untuk memenuhi kebutuhan konsumen yang semakin cerdas dan berpengetahuan. Brand yang dapat memberikan nilai gizi tanpa mengorbankan rasa akan berada di garis depan," tutur Raj. (*)


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved