Surplus di Juli, Neraca Perdagangan Selama 51 Bulan Melaju Mulus
Neraca perdagangan Indonesia pada Juli 2024 mencatatkan surplus sebesar US$0,47 miliar. Surplus perdagangan Juli 2024 terdiri atas surplus nonmigas sebesar US$2,61 miliar dan defisit migas sebesar US$2,13 miliar. Meski demikian, nilai surplus pada Juli tahun ini tercatat lebih rendah dibandingkan dengan surplus Juni 2024 yang sebesar US$2,39 miliar.
Angka surplus tersebut juga masih lebih rendah dari surplus pada Juli 2023 yang mencapai US$ 1,29 miliar. “Neraca perdagangan Indonesia kembali mencatatkan surplus pada periode Juli 2024. Meskipun perbandingan nilai surplus periode ini dengan bulan lalu maupun dengan periode Juli tahun lalu tercatat lebih rendah, Indonesia tetap melanjutkan surplus perdagangan selama 51 bulan berturut-turut sejak Mei 2020,” ujar Menteri Perdagangan, Zulkifli Hasan pada siaran pers yang dikutip swa.co.id di Jakarta, Sabtu (17/8/2024).
Sebanyak tiga negara mitra dagang penyumbang surplus terbesar bagi Indonesia selama Juli tahun ini. Ketiga negara tersebut adalah India, Amerika Serikat (AS), dan Filipina yang menyumbangkan total surplus US$3,03 miliar bagi Indonesia. Sementara itu, penyumbang defisit perdagangan nonmigas terdalam pada Juli 2024 adalah Republik Rakyat Tiongkok (RRT), Singapura, dan Australia yang totalnya mencapai US$3,42 miliar.
Secara kumulatif, neraca perdagangan Indonesia mencatatkan surplus selama periode Januari—Juli 2024 sebesar US$15,92 miliar. Surplus tersebut dihasilkan dari surplus nonmigas sebesar US$28,16 miliar dan defisit migas sebesar US$12,24 miliar. “Angka surplus ini lebih rendah dibanding periode yang sama tahun lalu yang mencapai US$21,20 miliar,” kata Zulkifli.
Pada Juli 2024, kinerja ekspor mencapai US$22,21 miliar atau meningkat sebesar 6,55% jika dibandingkan bulan sebelumnya dan 6,46% dibandingkan Juli 2023. Capaian tersebut didorong kenaikan ekspor nonmigas sebesar 5,98% dan migas yang naik 15,57% dibandingkan Juni 2024 . Zulkifli menjelaskan peningkatan kinerja ekspor nonmigas secara bulanan terjadi di seluruh sektor pada Juli 2024.
Pertanian menjadi sektor dengan peningkatan tertinggi sebesar 26,24%, diikuti ekspor pertambangan yang naik sebesar 19,35% dan industri pengolahan sebesar 2,82% secara bulanan. Beberapa komoditas unggulan pada Juli 2024 dengan penurunan ekspor adalah lemak dan minyak hewan/nabati sebesar 28,58%, besi dan baja (HS 72) sebesar 3,28%, dan bahan bakar mineral sebesar 2,33% . Di sisi lain, kinerja ekspor beberapa produk nonmigas lainnya justru meningkat pada Juli tahun ini.
Produk Ekspor
Produk-produk dengan peningkatan ekspor, di antaranya mesin dan perlengkapan elektrik sebesar 14,89%, kendaraan dan bagiannya sebesar 14,68%, logam mulia dan perhiasan/permata sebesar 51,11%, nikel sebesar 16,45%, serta bijih logam, terak, dan abu yang melonjak hingga 3.973,43%.
Zulkifli mengungkapkan RRT dan AS masih menjadi pasar utama ekspor nonmigas Indonesia pada Juli 2024 dengan nilai sebesar US$6,97 miliar dan kontribusi sebesar 33,53% terhadap ekspor nonmigas nasional. Sementara itu, Jepang telah menggeser posisi India sebagai negara tujuan ekspor nonmigas terbesar ketiga.
Nilai ekspor nonmigas Indonesia ke Jepang sebesar US$1,78 miliar dengan pangsa sebesar 8,57%. Dengan demikian, nilai ekspor nonmigas ke ketiga negara tersebut sebesar US$8,75 miliar, setara dengan pangsa mencapai 42,10%. Di saat yang sama, kinerja ekspor nonmigas Indonesia ke sejumlah negara mitra dagang cukup menggembirakan.
Ekspor nonmigas Indonesia ke Spanyol tumbuh 102,18%, Arab Saudi 62,45%, Jepang 43,46%, Jerman 42,08%, dan Brasil 40,57% secara bulanan. Naiknya ekspor ke negara-negara ini didukung permintaan pasar dalam negeri mereka, salah satunya impor Brasil yang tercatat naik 4,24 persen%. “Pada Juli 2024, Purchasing Managers’ Index (PMI) manufaktur beberapa negara mitra dagang mencatatkan peningkatan aktivitas manufaktur, seperti Jerman (43,2) dan Brasil (54,0),” jelas Mendag.
Beberapa kawasan tujuan ekspor menunjukkan ekspor nonmigas secara bulanan itu mencatatkan pertumbuhan tertinggi, antara lain Eropa Timur (48,42%), Afrika Tengah (45,03%), Australia (35,21%), Eropa Selatan (34,75%), dan Karibia (34,23%). Peningkatan ekspor ke beberapa kawasan tersebut menunjukkan bahwa pasar ekspor non tradisional memiliki potensi besar untuk dikembangkan lebih lanjut.
Total nilai ekspor sepanjang periode Januari—Juli 2024 mencapai US$147,30 miliar, turun 1,47% dibanding periode yang sama tahun lalu. Penurunan ekspor ini disebabkan turunnya ekspor nonmigas sebesar 1,75%. Sedangkan, ekspor migas naik sebesar 2,83% di periode tersebut.
Impor di Juli 2024 senilai US$21,74 miliar. Nilai tersebut naik 17,82% dibandingkan Juni 2024 atau naik 11,07% dibandingkan Juli 2023 . Kenaikan impor Juli 2024 didorong peningkatan permintaan impor di sektor nonmigas maupun migas, dengan peningkatan masingmasing sebesar 19,76% dan 8,78% dibandingkan Juni tahun ini.
Peningkatan impor Juli 2024 terjadi pada seluruh golongan penggunaan barang. Secara bulanan, peningkatan impor terbesar dialami barang modal sebesar 21,21%, diikuti bahan baku/penolong sebesar 17,21% dan barang konsumsi sebesar 16,79%. Impor barang modal yang melonjak adalah ponsel pintar, ekskavator, mesin pengaduk elektrik, portable receiver, dan mesin ekstraksi elektrik.
Sementara itu, bahan baku/penolong yang impornya meningkat signifikan, antara lain, bahan bakar RON 90 hingga RON 97, batu bara, bungkil minyak kedelai, naptha, dan gula tebu lainnya. Sedangkan, barang konsumsi yang impornya naik adalah media perekam suara, apel, anggur, bawang putih, dan daging sapi beku tanpa tulang.
Beberapa produk utama impor nonmigas Indonesia dengan pertumbuhan tertinggi secara bulanan pada Juli 2024 ini, antara lain, bahan bakar mineral yang naik sebesar 71,26%, pupuk 67,73%, ampas dan sisa industri makanan 65,86%, gula dan kembang gula 44,19%, dan barang dari besi dan baja 41,72%.
Sebaliknya, serealia berkontraksi terdalam pada Juli 2024 dengan penurunan sebesar 29,72%; kemudian perangkat optik, fotografi, dan sinematografi turun 11,75%. Berdasarkan negara asalnya, impor nonmigas Indonesia didominasi dari RRT, Jepang, dan Australia dengan nilai impor sebesar US$9,01 miliar dan pangsa sebesar 49,52% dari nilai impor nonmigas Juli 2024.
Negara utama asal impor dengan pertumbuhan tertinggi pada Juli 2024 adalah Finlandia yang naik 108,22%, diikuti Australia yang naik 55,94%, Persatuan Emirat Arab yang naik 53,74%, Brasil yang naik 48,06%, dan Argentina yang naik 31,33%.
Di sisi lain, beberapa mitra dagang asal impor nonmigas yang turun pada Juli 2024, antara lain, Swedia dengan penurunan 18,51%, Hongkong yang turun 9,92%, dan Kanada 6,2%. Selama periode Januari—Juli 2024, total impor Indonesia tercatat sebesar US$131,38 miliar atau naik 2,40% dibanding periode yang sama tahun lalu. Peningkatan impor tersebut disebabkan naiknya impor nonmigas sebesar 1,19% dan migas sebesar 9,07% secara tahunan. (*)