Aliran Modal Asing Kian Semarak, Indo Premier Sekuritas Menjagokan ADRO, ANTM & BRPT
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup di level 7.432 atau menguat 2,41% dalam seminggu pada penutupan perdagangan pada Jumat pekan lalu, Saat ini, IHSG berada di resistance ATH di level 7.400-7.450 poin dan berpotensi mencetak ATH (all time high) baru di Agustus ini.
Penguatan IHSG yang signifikan tersebut tertopang 2 top gainers yakni saham indeks Konsumer Siklikal naik 8,88% dalam sepekan kemarin yang disebabkan kenaikan saham MSIN yang naik 68% di periode yang sama, setelah menyampaikan keterbukaan informasi seiring dengan rencana perusahaan untuk melaksanakan aksi korporasi stock split. MSIN akan melaksanakan stock split dengan rasio 1:5 dengan nominal saham baru yang akan mulai efektif diperdagangkan pada 7 Oktober mendatang.
Kemudian, saham indeks energi atau IDX Energy dalam sepekan kemarin naik sebesar 5,77% yang disebabkan penguatan saham-saham batu bara salah satunya ADRO yang memiliki bobot besar terhadap IHSG. Saham ADRO menguat 3,14% selama sepekan kemarin setelah investor asing melakukan pembelian sebesar Rp103 miliar di pasar reguler dalam periode yang sama.
Equity Analyst PT Indo Premier Sekuritas (IPOT), Dimas Krisna Ramadhani, menjelaskan market pada 12-16 Agustus 2024 itu dipengaruhi oleh data Producer Price Index (PPI) AS bulan Juli, inflasi tahunan AS bulan Juli dan penjualan ritel bulanan AS pada Juli.
PPI AS di Juli mengalami penurunan dibandingkan dengan bulan sebelumnya. Indikator yang digunakan oleh Bank Sentral AS (The Fed) untuk memperkirakan tingkat inflasi ini tercatat bertumbuh 0,1% atau lebih rendah dari konsensusnya dan capaian bulan sebelumnya yang mencatatkan kenaikan sebesar 0,2%.
Indikator ini mengukur rata-rata harga dari sisi produsen untuk barang dan jasa yang dihasilkan dalam suatu periode tertentu, sebelum barang dan jasa tersebut sampai di konsumen. Sehingga data ini juga menjadi salah satu yang digunakan oleh The Fed dalam memprediksi tingkat inflasi di AS dan basis dalam penentuan keputusan suku bunga. "Ketika data ini rilis dan hasilnya lebih baik dari prediksinya, pelaku pasar meresponnya dengan positif karena ekspektasi yang sesuai bahwa The Fed mulai bisa menurunkan suku bunga acuannya pada September mendatang," ujar Dimas pada risetnya di Jakarta, Senin (19/9/2024).
Data inflasi tahunan AS di Juli rilis juga menjadi sentimen yang dinantikan bagi pelaku pasar. Inflasi tahunan AS bulan Juli tercatat mengalami pertumbuhan 2,9% atau lebih rendah dari konsensus dan capaian bulan sebelumnya yang tercatat bertumbuh sebesar 3%.
The Fed menargetkan inflasi tahunan AS di 2024 berada di level 2%, dan angka yang rilis di Rabu pekan lalu itu semakin mendekati target The Fed. Hal ini pun berimbas positif terhadap market tidak hanya di AS, dimana pada hari tersebut hampir semua indeks saham di dunia mengalami kenaikan. Sementara itu terkait sentimen positif penjualan ritel bulanan AS pada Juli yang melonjak di level 1%, dimana pada bulan sebelumnya data penjualan ritel AS sempat mengalami kontraksi karena menyusut 0,2%.
Data ini memberikan optimisme bagi pelaku pasar terhadap kondisi ekonomi AS lantaran pada 2 pekan sebelumnya ekonomi AS sempat ramai diprediksi akan mengalami resesi dalam waktu dekat setelah melihat data ketenagakerjaan." "Akan tetapi, seiring dengan bertumbuhnya penjualan ritel AS bulan Juli, ini menepis keraguan bagi pelaku pasar terhadap kondisi ekonomi AS. Di saat yang sama, indeks Wall Street dibuka gap up setelah berita positif ini keluar," imbuh Dimas.
Berbicara tentang potensi market pada 19-23 Agustus 2024, Dimas mengimbau para trader untuk memerhatikan tiga sentimen yakni RDG (Rapat Dewan Gubernur) Bank Indonesia, pertemuan otoritas moneter dunia dan FOMC Minutes. Terkait RDG Bank Indonesia, pada Rabu pekan ini Bank Indonesia akan mengumumkan keputusan tingkat suku bunga acuan. Berdasarkan konsensusnya, BI Rate akan tetap berada di level yang sama (6,25%). "Keputusan ini konsisten dengan kebijakan stabilisasi nilai tukar Rupiah untuk memastikan inflasi tetap terkendali dalam target 2,5% plus minus 1% pada 2024 dan 2025 dan efektivitas dalam menjaga aliran masuk modal asing," ujar Dimas.
Ia menambahkan jelang keputusan yang akan diumumkan BI pada Rabu pekan ini, mata uang Rupiah berhasil mengalami penguatan terhadap US$. Selama sepekan kemarin, Rupiah ditutup menguat 1,59% yang berada di level Rp15.684 per US$.
Sementara itu terkait sentimen pertemuan otoritas moneter dunia pada Kamis pekan ini, agenda forum diskusi terbuka yang rutin diadakan setiap tahun bernama Jackson Hole Symposium fokus pada isu tantangan ekonomi global. Konferensi tahunan rutin ini akan dihadiri oleh otoritas moneter dari mancanegara (pejabat bank sentral, menteri keuangan, akademisi, serta tokoh keuangan dunia). "Pada pertemuan di tahun 2023, situasi dinamika ekonomi global yang berubah seiring dengan adanya konflik geopolitik menjadi agenda yang dibicarakan. Adapun pertemuan pada Kamis nanti akan memberikan isyarat tentang apa yang akan dilakukan para pemegang kebijakan moneter untuk setahun kedepan," jelas Dimas.
Terakhir sentimen FOMC Minutes dan momentum yang sama ini pandangan para pejabat The Fed juga menjadi momen yang dinantikan oleh pelaku pasar. Setiap enam minggu sekali Federal Open Market Committee (FOMC) mengadakan pertemuan untuk membahas kondisi ekonomi AS dan membuat keputusan penting tentang kebijakan moneter. "Hasil dari pertemuan diskusi tersebut memberikan pandangan dan tindakan yang dimiliki oleh The Fed dan akan sangat berpengaruh terhadap pasar keuangan dunia. Pertemuan ini akan memberikan gambaran kebijakan suku bunga yang akan diambil oleh The Fed pada 17-18 September mendatang, dan oleh karenanya termasuk agenda penting yang dinantikan oleh pelaku pasar," jelas Dimas.
Berpijak dari data itu, IPOT merekomendasikan 3 saham dan 1 Power Fund Series untuk trading pada Senin hingga Jumat di pekan ini
1. Buy on breakout saham ADRO (support Rp3.150, resist Rp3.600). Emiten ini mempertahankan uptrend yang terjadi dalam jangka menengah yang ditandai berhasilnya rebound dari indikator MA20 di perdagangan Kamis lalu. Aliran dana asing yang konsisten masuk ke ADRO. Investor asing melakukan pembelian bersih sebesar Rp103 miliar di pasar reguler sepanjang minggu lalu, menjadikan emiten ini layak ditransaksikan.
2. Buy on breakout ANTM (support Rp1.420, resist Rp1.590). ANTM berhasil breakout dari resistance di level Rp1.400 disertai dengan lonjakan volume, sesuai dengan Dow Theory bahwa volume mengonfirmasi kenaikan harganya. Adanya aliran dana asing yang masuk ke dalam saham ANTM seiring dengan sentimen rebalancing indeks MSCI small cap di akhir bulan nanti. Selain ADRO, investor asing juga melakukan pembelian di ANTM dengan nominal Rp70 miliar sepanjang minggu lalu.
3. Buy BRPT (support Rp1.060, resist Rp1.215). Emiten ini berhasil breakout dari MA200 yang mengindikasikan kenaikan untuk jangka menengah. Candle membentuk marubozu pada Rabu lalu, mengindikasikan sinyal bullish di BRPT. Kenaikan juga didorong oleh sentimen yang berasal dari sektornya yaitu, basic materials dimana terdapat 2 saham di dalam sektor tersebut yang mencatatkan inflow dari investor asing seiring dengan rebalancing indeks MSCI small cap di akhir bulan nanti, yaitu ANTM dan INCO.
4. Buy premier ETF XISC. Performa Power Fund Series (PFS) ini berhasil mengalahkan IHSG sebagai benchmark. Premier ETF XISC berhasil mencatatkan pertumbuhan kinerja sebesar 4,47% dibandingkan IHSG (2,19%) sejak awal tahun ini hingga 16 Agustus 2024 (year to date). PFS ini layak buy karena underlying-nya berisikan saham-saham yang mencatatkan kenaikan tinggi disertai volume transaksi yang besar sepanjang minggu lalu seperti, ANTM, BMRI, BBNI yang berpotensi berlanjut untuk menopang IHSG mencetak ATH baru. (*)