Business Update

CentrePark Tumbuh Cepat Berbasis Kepuasan Pelanggan dan Inovasi Teknologi

CentrePark Tumbuh Cepat Berbasis Kepuasan Pelanggan dan Inovasi Teknologi

Ruangan kerjanya luas, sangat modern, megah, tertata rapi, dan penuh sentuhan teknologi. Sungguh tak disangka kalau ruangan tersebut merupakan lokasi kantor perusahaan pengelola parkir. Keren!

Kantornya lebih pas merepresentasikan kantor sebuah bank besar atau kantor perwakilan perusahaan asing. Penampakan kantornya sudah sangat jelas menunjukkan suasana dan kinerja perusahaan yang menempatinya. Ya, itulah kantor CentrePark, perusahaan manajemen perparkiran yang memang tengah naik daun dan kini mengelola lebih dari 800 lokasi parkir (gedung mal, kantor, apartemen, rumah sakit, dll).

CentrePark didirikan oleh Charles Richard Oentomo dan kawan-kawannya pada November 2009. Charles, yang saat ini menjabat sebagai President Director dan Chief Executive Officer CentrePark, pernah berkarier di perusahaan broker properti terkemuka Coldwell Banker. Setelah itu, ia lama berkarier di perusahaan pengelolaan parkir lokal yang merupakan pemain terbesar kedua di Indonesia saat itu, SunParking. Sebagai owner representative yang bertugas mengembangkan bisnis, ia punya peran signifikan dalam pengembangan perusahaan itu.

“Banyak hal positif yang saya peroleh di sana, termasuk pengalaman dan kesempatan belajar,” ungkap Charles yang mulai berkecimpung di dunia manajemen parkir pada usia 22 tahun. Hingga kemudian, setelah perusahaan itu berkembang pesat dan mengelola 230 lokasi parkir, owner-nya memutuskan menjualnya ke investor Eropa. Charles pada akhirnya juga ikut bergabung ke perusahaan Eropa itu walaupun tak sampai setahun.

Dari sanalah jiwa kewirausahaannya muncul dan ia melihat ada peluang besar untuk mengembangkan bisnis parking sendiri. Pasalnya, dari yang ia amati, setelah dibeli oleh investor Eropa itu, pasar yang dulu digarap oleh SunParking justru menjadi kosong pemain setelah positioning perusahaan menjadi terlalu premium.

“Sementara dari pengalaman saya, di bisnis parking itu, kualitas pelayanan sangat penting dan kita harus bisa men-deliver. Tapi kalau di Indonesia, aspek komersial dalam artian efisiensi cost juga menjadi sangat penting bagi pemilik properti. Kalau kemahalan, pemilik properti di Indonesia kebanyakan tak mau,” Founder PT Centrepark Citra Corpora itu menjelaskan.

Sebab itu, tahun 2009, Charles masuk mengibarkan bendera perusahaan baru, CentrePark, yang dari sisi pricing lebih bersahabat dibandingkan pemain Eropa tersebut. Namun, dari sisi pelayanan berani bersaing.

Pada awal-awal melakukan penetrasi, CentrePark memilih memulai dari pasar daerah alias luar Kota Jakarta, antara lain Bengkulu dan Bali. “Karena untuk pasar luar kota, waktu itu belum banyak kompetitor, dan mereka belum terlalu kuat asosiasinya dengan brand tertentu. Kami mulai dari daerah dulu,” tutur Charles.

Ternyata, flanking strategy itu dengan smart bisa dijalankan oleh Charles dan timnya. Step by step, CentrePark mendapatkan pelanggan, dan dari tahun ke tahun basis pelanggannya terus bertambah. Para pemilik properti tak menolak dengan proposal yang ditawarkan Charles dan timnya.

Tentu saja, mereka juga melihat track record Charles dan timnya sebelum mendirikan usaha baru tersebut, yang memang sudah berpengalaman lama mengelola bisnis parkir dengan baik. “Dalam bisnis ini, yang terpenting menjaga kepercayaan, trust. Dengan itu, kita berkembang,” Charles menandaskan.

Ia merasa bahwa mengelola bisnis perparkiran ini sangat menarik dan sesuai dengan passion dan pengalamannya. “Suatu kebanggaan tersendiri bahwa perusahaan kami bisa menciptakan banyak kesempatan kerja, di mana saat ini sekitar 4.000 orang bekerja dalam ekosistem kami. Dan, juga memberikan kontribusi rutin ke pemerintah daerah dalam bentuk pajak parkir,” katanya.

Charles juga sangat berterima kasih kepada investor dan kalangan perbankan yang mendukungnya sejak awal. Diakuinya, bisnisnya sangat dibantu oleh perbankan karena untuk bisa mengelola banyak SDM perparkiran, dibutuhkan modal untuk memperkuat cash flow. Beruntung, ketika tak sedikit perusahaan yang gulung tikar karena terdampak pandemi Covid-19 yang baru saja berlalu, CentrePark justru berkembang pesat.

Manajemennya meyakini bahwa menjaga kualitas pelayanan menjadi kunci kepuasan, baik bagi pemilik properti maupun pengguna parkir yang merupakan pengunjung pusat-pusat keramaian, seperti mal, ruko, kantor, dan rumah sakit. Salah satu yang menjadi diferensiasi CentrePark dari pemain lain: visi dan keberaniannya dalam mengimplementasikan dan menginovasi teknologi perparkiran.

Charles meyakini bahwa implementasi teknologi yang semakin canggih dalam pengelolaan perparkiran sudah pasti akan terjadi. “Ini hanya masalah waktu dan tak bisa ditolak, cepat atau lambat, akan diimplementasikan. Negara-negara maju seperti Korea, China, dan Jepang sudah menerapkan teknologi canggih untuk pengelolaan parkir,” katanya.

Meskipun aktif mengintroduksi teknologi baru dalam manajemen perparkiran, tak berarti CentrePark menghilangkan peran manusia atau tak merekrut sumber daya manusia. Pihaknya berusaha meningkatkan level skill SDM, bukan sekadar menerima tiket dan uang cash dari pengunjung.

“Kalau bisa, kami kembangkan mereka, misalnya untuk skill maintenance, skill baru seperti memoles mobil di lahan parkir, dan sebagainya. Tentu, keramahan mereka tetap dibutuhkan dalam pelayanan,” kata Charles.

Ia menjelaskan, teknologi perparkiran akan terus berkembang dan perusahaannya juga akan terus menerapkan berbagai teknologi baru sesuai dengan kesiapan pasar. Contohnya, dimulai dari pembayaran cashless yang telah lama dijalankan, dan pemain lain pun banyak yang sudah menjalankannya.

Kemudian, bergerak ke tahap berikutnya, parkir dengan konsep ticketless: pengunjung tinggal melakukan scanning kartu pembayarannya sebagaimana kartu tol, dan pintu parkir akan membuka sendiri. Ketika pengunjung menggesekkan kartu, langsung terekam, dan pintu parkir otomatis membuka sendiri; saldo kartunya pun langsung terpotong. Membayar uang parkir pun sudah bisa dengan teknologi QR. Ya, banyak metode pembayaran yang bisa dilakukan.

CentrePark telah siap dengan hadirnya konsep Parking 4.0 yang sangat mengandalkan pengolahan data untuk kepentingan yang lebih advance. Untuk konsep ticketless, misalnya, di CentrePark sudah dikembangkan aplikasi khusus berbasis teknologi RFID (Patent Pending).

Aplikasi tersebut memungkinkan pengunjung parkir masuk tanpa melakukan upaya apa pun karena mobil dan orang sudah di-scan melalui teknologi RFID. Caranya, mobil member dipasangi barcode tertentu, sehingga saat melintas sudah langsung terbaca oleh sensor mesin sistem di pintu masuk lokasi parkir.

Aplikasi tersebut juga sudah dilengkapi berbagai fitur, termasuk bisa auto approve atau auto reject. Kalau mobil dicuri di tempat perparkiran, dan si pemilik tidak sedang mengendarainya, mobil itu tak akan bisa keluar karena terdeteksi dalam sistem yang bekerja di aplikasi tersebut. Ada sistem approval yang memberikan peringatan (alert) kalau mobil berjalan tidak bersama pemiliknya.

Banyak sekali manfaat teknologi untuk perparkiran. Contohnya, untuk memantau dan mengelola kelancaran arus kendaraan di area parkir, mengurangi kemacetan, hingga meningkatkan transparansi data yang dibutuhkan pemilik properti.

Bahkan, dengan data yang disediakan oleh sistem, pihak pemilik gedung bisa mengembangkan banyak program. Dalam teknologi perparkiran generasi 4.0, integrasi sistem perparkiran memang memungkinkan penyediaan data untuk media promosi bagi pengelola gedung ataupun tenant, khususnya untuk kepentingan program marketing atau event management. Misalnya, ketika akan mengembangkan loyalty program untuk pengunjung, atau ketika ada pengumuman diskon di outlet ataupun tenant tertentu di gedung itu.

Dengan data yang diolah, pemilik gedung pun bisa mengetahui perilaku kunjungan dari tamu, apalagi kalau mereka juga menjadi member. Dengan teknologi, mereka bisa membantu mengarahkan pengunjung agar mengarah ke jalur yang lebih lancar karena informasinya sudah diolah oleh teknologi. Jadi, pemilik mal juga tahu jam-jam berapa pengunjung banyak yang datang.

Bagi konsumen, dengan teknologi itu, proses di lokasi parkir tentu menjadi lebih cepat, dan untuk membayar tak perlu pakai tiket dan sebagainya. Pelanggan tak repot dan tidak perlu menunggu waktu yang lama.

Ya, pendekatan berbasis konsumen memang jadi salah satu pilar dalam teknologi perparkiran generasi 4.0. Selain Traffic Dispatch System, Centrepark juga punya inovasi lain, yakni sistem pemesanan slot parkir (Quickbook) yang bisa dimanfaatkan konsumen, agar bisa mendapatkan tempat parkir sesuai dengan keinginan mereka. “Layanan ini juga bisa menjadi nilai tambah bagi pengelola area komersial, untuk menarik minat pengunjung,” kata Charles yang lulusan BINUS Univesity tahun 2003 ini.

Yang pasti, CentrePark sudah siap dengan era Parking 4.0 dan sudah ancang-ancang memperkenalkan beberapa inovasi baru. Yang juga menarik, pengembangan teknologi di CentrePark dilakukan oleh tim inhouse yang sekarang telah menjadi anak usaha mandiri dan menjadi profit center, yakni PARKEE.

“Bisnis anak usaha ini memang membuat software untuk pengelolaan perparkiran. Dan, pelanggannya bukan hanya CentrePark, tapi juga membantu klien-klien lain yang ingin mengoperasikan sendiri, seperti Patra Jasa Group,” Charles menjelaskan.

Ke depan, ia dan timnya akan terus berinovasi untuk meningkatkan kepuasan pelanggan, termasuk dengan mengembangkan layanan dan teknologi pendukung perparkiran. Dalam waktu dekat, Charles juga ingin membawa CentrePark masuk ke pasar regional dan berkompetensi secara regional, khususnya di pasar ASEAN.

“Kami tak ingin hanya menunggu, di mana banyak pemain asing datang ke Indonesia. Kami juga harus bisa masuk ke negara lain dan memberikan pelayanan yang excellent di sana,” kata Charles optimistis.§


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved