Strategi PIS Menggairahkan Bisnis Hijau
Direktur Business Planning PT Pertamina International shipping (PIS) Eka Suhendra ungkap target jangka panjang dan strategi PIS untuk meraih nol emisi pada 2050. Salah satunya adalah dengan mengakselerasi inisiatif dekarbonisasi agar mencapai target pengurangan karbon emisi hingga nihil pada tahun 2050 dan meningkatkan kontribusi bisnis hijau menjadi 34% pada 2034.
Strategi tersebut dipaparkan Eka dalam Malam Penghargaan Lestari Summit 2024 di Jakarta, beberapa waktu lalu. Eka menjelaskan bahwa target pengurangan karbon emisi dari PIS, sudah selaras dengan strategi jangka panjang dari organisasi International Maritime Organization (IMO). Dengan komitmen ini, PIS mendukung inisiatif global untuk melawan perubahan iklim juga meningkatkan efisiensi operasional dan mengurangi biaya operasional terkait emisi.
“Pertamina dan PIS memiliki komitmen dalam peningkatan sustainability dan green economy dalam operasionalnya sebagai bagian dari transformasi hijau bersama. Strategi kami untuk mencapai realisasi target jangka panjang tersebut adalah melalui pengurangan emisi sebesar 32% pada 2030 yang merupakan langkah awal untuk mencapai Net Zero Emission pada 2050, sesuai target dari International Maritime Organization (IMO),” ujar Eka pada siaran pers yang dikutip di Jakarta, Senin (26/8/2024).
Demi mendukung realisasi target jangka panjang tersebut, PIS telah melakukan sejumlah inovasi khusus untuk mengurangi produksi emisi karbon dalam seluruh lini bisnisnya. Salah satunya melalui pengembangan teknologi Energy Saving Devices dan pengembangan desain kapal yang ramah lingkungan.
“Pertamina sendiri punya 10 fokus sustainabilitas operasi yang terbagi dalam tiga komponen utama yakni Environmental, Social, dan Governance (ESG). Contohnya, terkait perlindungan keanekaragaman hayati PIS telah melakukan investasi pemasangan ballast water treatment di armada kapal PIS untuk meminimalisir kerusakan ekosistem laut di sekitar kapal,” ucap Eka.
PIS memberlakukan inovasi-inovasi teknologi hijau untuk kapal baru dan konversi bahan bakar melalui teknologi dual fuel yang dapat meningkatkan efisiensi bahan bakar hingga 30%. Selain mengurangi produksi karbon emisi, PIS menargetkan peningkatan terhadap kontribusi laba yang dihasilkan dari green cargo business, seperti liquified natural gas (LNG) dan liquified carbon dioxide (LCO2).
“PIS mencanangkan aspirasi sampai 2034 untuk meningkatkan revenue dari low carbon business seperti LPG, LNG, dan amonia. Kami berharap melalui berbagai inisiatif dan strategi yang telah kami implementasikan, PIS dapat meningkatkan kontribusi sektor bisnis hijau menjadi 34% dalam sepuluh tahun ke depan. Saat ini angka tersebut berada di sekitar 15% dari total kontribusi bisnis PIS,” papar Eka.
Lebih lanjut, salah satu strategi PIS untuk meningkatkan kontribusi bisnis hijau adalah melalui pasar bahan bakar hijau. Volume perdagangan LPG dunia diproyeksi akan tumbuh 13%dalam 5 tahun ke depan. Adapun impor LPG dari empat negara besar di Asia, yaitu China, Jepang, Korea Selatan, dan India diproyeksikan bakal naik 35,4% di 2028.
Permintaan LPG nasional untuk kebutuhan rumah tangga hingga 2030 diprediksi naik rata-rata sebesar 3,9% per tahun. Sementara untuk amonia, volume perdagangannya diproyeksikan naik rata-rata 22,5% per tahun hingga 2028.
Untuk melayani pasar bahan bakar hijau yang terus berkembang, PIS mendatangkan 2 unit kapal tanker baru berupa Very Large Gas Carrier (VLGC) yang dikhususkan untuk mengangkut muatan LPG dan Amonia. Dengan hadirnya dua unit kapal tersebut, diharapkan PIS dapat meningkatkan kapasitas pengangkutan bahan bakar low carbon baik di dalam maupun luar negeri.
PIS menancapkan strategi jangka panjang untuk memangkas produksi karbon emisi dan meningkatkan kontribusi bisnis hijau sudah sejalan dengan visi pemerintah Indonesia untuk Nol Emisi pada 2060. "Meskipun kami menargetkan 10 tahun lebih cepat di tahun 2050. Ke depannya, kami berharap PIS dapat menjadi pelopor dalam program dekarbonisasi khususnya di industri shipping ,” tutur Eka. (*)