Vale (INCO) di Tahun ini Targetkan Produksi Nikel 70.800 Metrik Ton
Volume produksi PT Vale Indonesia Tbk (INCO) pada kuartal kedua tahun ini turun sebesar 9% dibandingkan kuartal I/2024. Produksi perseroan pada kuartal II tahun ini turun sebesar 2% secara tahunan. Sementara produksi pada semester I/2024 naik sebesar 3% dibandingkan semester pertama di 2023. Pertumbuhan ini merupakan hasil dari strategi pemeliharaan yang terencana dan output kalsin yang lebih tinggi pada 2024. “Kami optimistis dengan prospek produksi kami dan berharap operasi kami berjalan lancar hingga akhir tahun. Tujuan kami adalah mencapai target produksi sekitar 70.800 metrik ton nikel dalam matte pada tahun 2024, meningkat dari target tahun lalu,” kata Febriany Eddy, CEO dan Presiden Direktur INCO pada paparan publik virtual di Jakarta, Senin (26/8/024).
Pada kuartal kedua tahun ini, Vale membukukan penjualan nikel matte sebanyak 17.505 metrik ton dan menghasilkan pendapatan sebesar US$248,8 juta. Angka ini meningkat 8% dibandingkan kuartal sebelumnya yang disebabkan oleh harga realisasi rata-rata nikel yang lebih tinggi. Harga realisasi rata-rata nikel meningkat 12% menjadi US$14.214 per ton, naik dari US$12.651/ton pada kuartal I/2024. “Meskipun kondisi pasar yang tidak menentu, kami tetap berkomitmen untuk mengoptimalkan kapasitas produksi, meningkatkan efisiensi, dan mengurangi biaya,” ucap Febriany.
Sejalan dengan penurunan pengiriman pada periode tersebut, beban pokok pendapatan perseroan turun menjadi US$207,3 juta dari dari US$209,8 juta pada Januari-Maret 2024. Penurunan total beban pokok pendapatan juga didukung oleh penurunan konsumsi bahan bakar dan batu bara, disertai dengan penurunan harga batu bara. “Memasuki semester kedua tahun ini, kami akan terus proaktif mendorong inisiatif penghematan biaya untuk memastikan biaya tunai per unit tetap kompetitif dalam upaya menghasilkan margin yang sehat secara berkelanjutan. Dengan perubahan komposisi pemegang saham baru-baru ini, kami melihat banyak ruang untuk memanfaatkan inisiatif strategis yang dapat membawa sinergi positif bagi perusahaan, seperti integrasi upaya pengadaan dalam grup untuk harga komoditas yang lebih baik dimana hal ini merupakan salah satu penggerak biaya terbesar kami,” ujarnya.
Harga rata-rata HSFO pada kuartal lebih tinggi 2% dibandingkan kuartal sebelumnya. Namun kenaikan ini diimbangi oleh penurunan harga rata-rata diesel dan batu bara, yang masing-masing lebih rendah sebesar 2% dan 1%. Meskipun adanya tantangan industri, INCO mampu menghasilkan EBITDA positif sebesar US$72,4 juta, menandai peningkatan 38% dibandingkan triwulan sebelumnya karena pendapatan yang lebih tinggi dan biaya pendapatan yang lebih rendah. Selanjutnya, INCO membukukan laba sebesar US$31,1 juta, menandai peningkatan signifikan dari kuartal sebelumnya.
Laba ini memperhitungkan kerugian yang belum terealisasi sebesar US$6,1 juta atas pengakuan nilai wajar aset derivatif (hak partisipasi dalam investasi Perseroan di PT Kolaka Nickel Indonesia). Penyesuaian harga derivatif ini adalah kerugian yang tidak terealisasi yang bersifat non-operasional. Oleh karena itu, jika dinormalisasi, perseroan mencatat laba sebesar US$35,9 juta, lebih tinggi 122% dibandingkan dengan laba pada kuartal pertama tahun ini.
Kas dan setara kas perseroan naik menjadi US$832,1 juta pada 30 Juni 2024. Raihan ini lebih tinggi dari US$730,8 juta pada 31 Maret 2024. Vale mengeluarkan belanja modal sekitar US$61,0 juta pada kuartal kedua itu, lebih tinggi dari belanja modal kuartal pertama 2024 senilai US$57,4 juta. “Perseroan akan terus menerapkan manajemen kas secara hati-hati untuk menjaga ketersediaan kas. Perseroan tetap berkomitmen untuk memprioritaskan peningkatan produktivitas dan efisiensi biaya, memastikan daya saing jangka panjang sambil menerapkan praktik-praktik pertambangan yang baik untuk mencapai tujuannya: Kami hadir untuk meningkatkan kehidupan dan mengubah masa depan,” kata Febriany. (*)