PTBA Berancang-Ancang Produksi Bahan Baku Baterai Mobil Listrik
PT Bukit Asam Tbk (PTBA) berancang-ancang menyokong industri kendaraan listrik melalui produksi bahan baku baterai dari batu bara. Farida Thamrin, Direktur Keuangan dan Manajemen Risiko PTBA, mengatakan bila produksi bahan baku baterai ini berkolaborasi dengan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN).
PTBA bersama BRIN akan melakukan sejumlah evaluasi. Jika hasil evaluasi layak dengan artian secara teknis dan ekonomis sangat baik, maka pihaknya bersiap untuk komersialisasi bahan baku baterai mobil listrik tersebut. “Dan (apabila) menjanjikan, kami lakukan ekspansi lebih besar,” ungkap Farida pada Public Expose Live di Jakarta, Selasa (27/8/2024).
Adapun lini masa yang dipersiapkan oleh PTBA berupa persiapan FS, Front End Engineering Design (FEED) dan pilot plant. Persiapan itu akan berlangsung hingga 2025 mendatang. Lalu pada 2026-2027, PTBA akan fokus pada EPC pilot plant. Kemudian 2028-2029 mengoperasikan pilot plant dan evaluasi. Terakhir, pengembangan skala komersial mencaku FEED, FS, serta EPC pada 2028-2030.
PTBA memasang target produksi artificial graphite, bahan tahan lama terbuat dari karbon grafit, sebanyak 200 ton/bulan. “Keunggulannya stabilitas yang lebih baik, kinerja pengisian daya lebih baik dan kualitas lebih baik,” ucap Farida. Selain itu, ada pula produksi anoda sheet yang menjadi bahan baku baterai lithium-ion. Anoda besutan PTBA, elektrodanya berbentuk lembaran dari foil tembaga. Lalu dilapisi karbon grafit pada sisinya. Adapun target produksinya 41,5 ton/bulan.
Sebelumnya, manajemen PTBA menjabarkan pada Januari-Juni tahun ini menjual batu bara sebanyak 20,05 juta ton, meningkat 15% secara tahunan (year on year ). Ekspor batu bara PTBA pada periode ini sebesar 8,48 juta ton atau naik 20% dari 7,10 juta ton di semester pertama tahun lalu. Sementara realisasi Domestic Market Obligation (DMO) batu bara sebesar 11,57 juta ton, tumbuh 12% dibandingkan semester I/2023 yang sebesar 10,33 juta ton.
Adapun, produksi batu bara PTBA di semester pertama tahun ini mencapai 18,76 juta ton dan realisasi angkutan dengan kereta api 17,33 juta ton. Perseroan menghadapi berbagai tantangan di tahun ini, antara lain harga batu bara terkoreksi dan fluktuasi pasar. Rata-rata indeks harga batu bara ICI-3 di semester I/2024 itu terkoreksi sekitar 19%, menjadi US$75,89 per ton dari US$93,49 per ton pada semester I/2023 . Pada periode ini, rata-rata indeks harga batu bara Newcastle terkoreksi 36% atau menjadi US$130,66/ton, dari US$204,27/ton. Karena itu, PTBA terus berupaya memaksimalkan potensi pasar di dalam negeri serta peluang ekspor untuk mempertahankan kinerja baik.
Perseroan juga konsisten mengedepankan cost leadership di setiap lini perusahaan, sehingga penerapan efisiensi secara berkelanjutan dapat dilakukan secara optimal. Selain itu, Perseroan berharap pembentukan Mitra Instansi Pengelola (MIP) dapat segera terealisasi dan berdampak positif terhada kinerja keuangan PTBA. Laba bersih PTBA di semester I/2024 senilai Rp2,03 triliun, menyusut sebesar 26% dari Rp2,77 triliun (year on year).
Produksi Batubara Tumbuh
Rizkia Darmawan, analis PT Mirae Asset Sekuritas Indonesia, mengatakan produksi batubara Indonesia per Juni 2024. mencapai 380 juta ton, tumbuh 3% di semester pertama tahun lalu . Angka ini masih lebih rendah dari target RKAB sebesar 920 juta ton, tetapi tetap lebih tinggi dari target produksi pemerintah sebesar 710 juta ton.
Pada periode itu, konsumsi batubara domestik meningkat sebesar 13% menjadi 176 juta ton, didorong oleh konsumsi energi yang lebih tinggi dan peningkatan aktivitas hilirisasi. Namun, ekspor bergeser ke Asia Utara karena pertumbuhan impor Tiongkok yang melambat dan berkurangnya ketergantungan pada batubara Indonesia. Meskipun begitu, India tetap menjadi tujuan ekspor utama. "Kami memperkirakan produksi dan ekspor akan meningkat pada paruh kedua tahun 2024 karena kondisi cuaca yang lebih mendukung dan peningkatan permintaan untuk musim dingin," ujar Rizkia pada risetnya.
Pada paruh pertama tahun 2024, harga patokan batubara Newcastle rata-rata mencapai US$132/ton, relatif sejalan dengan proyeksi Mirae Asset Sekuritas. Ke depannya , harga batubara Newcastle diperkirakan bergerak stabil pada kuartal III/2024, berkisar antara US$130-140/ton. Berdasarkan pola historis, harga dapat mulai meningkat pada September karena importir besar memasuki musim dingin. "Namun, karena dinamika perdagangan saat ini, kami tidak mengantisipasi lonjakan harga yang signifikan," kata Rizkia.
Mirae Asset Sekuritas mempertahankan peringkat netral untuk emiten di sektor batu bara. "Kami menegaskan kembali rekomendasi hold untuk ADRO dengan target harga Rp2.900, ITMG di Rp25.500/saham, dan PTBA di harga Rp2.500," ujar Rizkia.(*)