Capital Market & Investment

Harga Batubara Melemah, Pendapatan Usaha ADRO Turun 15%

PT Adaro Energy Indonesia Tbk (ADRO) pada semester pertama tahun ini membukukan volume penjualan sebanyak 34,94 juta ton atau naik 7% dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Sedangkan, pendapatan usaha ADRO turun 15% atau menjadi US$2,97 miliar. Penurunan ini disebabkan karena harga jual rata-rata (ASP) turun 7% yang selaras dengan melemahnya harga batu bara.

Presiden Direktur dan Chief Executive Officer ADRO, Garibaldi Thohir, mengatakan walau harus menghadapi kondisi harga yang sulit baik untuk batubara termal maupun metalurgi, Grup Adaro mampu menunjukkan resiliensi kinerja keuangan berkat komitmen terhadap keunggulan operasional dan efisiensi. Resiliensi tersebut merupakan cerminan dedikasi kolektif dari tim. “Kami tetap berfokus pada eksekusi proyek dalam upaya untuk mengkonversikan visi jangka panjang menjadi nilai nyata bagi para pemegang saham. Kami pun mempertahankan komitmen untuk memberikan pengembalian bagi para pemegang saham dalam bentuk pembagian dividen tunai serta program pembelian kembali saham perusahaan,” katanya dalam keterbukaan informasi, Selasa (27/8/2024).

Perseroan mencatat laba inti US$911 juta dan EBITDA operasional US$1,23 miliar. Sejalan dengan rencana investasi, belanja modal naik 46% menjadi US$394 juta. Belanja modal diinvestasikan pada alat berat, tongkang dan infrastruktur pendukung di rantai pasokan, dengan memulai investasi pada smelter aluminium beserta fasilitas pendukungnya. Posisi kas bersih perseroan US$1,55 miliar.

Perseroan mencatat pendapatan sebesar US$2,97 miliar atau turun 15% dari semester I/2023. Volume produksi dan penjualan naik 7% hingga masing-masing mencapai 35,74 juta ton dan 34,94 juta ton, yang diofset oleh koreksi harga batu bara, dengan harga jual rata-rata (ASP) turun 19%.

Beban pokok pendapatan turun 13% menjadi US$1,76 miliar, terutama karena penurunan beban royalti untuk PT Adaro Indonesia (AI) dibandingkan dengan periode yang sama di tahun sebelumnya karena penurunan ASP. Total biaya bahan bakar naik 13%, selaras dengan meningkatnya konsumsi bahan bakar yang naik 15% karena kenaikan volume.

Perseroan mencatat pengupasan lapisan penutup menjadi 141,58 juta bcm, atau naik 9%. Nisbah kupas mencapai 3,96 kali, atau naik 2%. Biaya kas batu bara per ton (tidak termasuk royalti) turun 11%. Beban usaha turun 26% menjadi US$179 juta, terutama karena penurunan 46% pada pendapatan negara bukan pajak (PNBP) dan pendapatan pemerintah daerah.

Seiring penurunan ASP, royalti kepada Pemerintah turun 30% menjadi $599 juta dari $853 juta, sementara beban pajak penghasilan turun 19% menjadi $199 juta dari $244 juta. EBITDA operasional turun 11% menjadi US$1,23 miliar dan laba inti turun 11% menjadi US$911 juta karena penurunan profitabilitas. Margin EBITDA operasional tetap sehat sebesar 42%. Laba bersih periode ini yang mencapai US$880 juta telah meliputi PNBP untuk pemerintah pusat (porsi 4%) dan pemerintah daerah (porsi 6%).

Tabel kinerja keuangan Adaro pada semster I 2024. (dok ADRO)

© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved