Kementerian Perindustrian (Kemenperin) mendorong implementasi teknologi industri 4.0 dengan aspek keberlanjutan pada industri manufaktur. Kepala Badan Standarisasi dan Kebijakan Jasa Industri Kemenprin, Andi Rizaldi, menuturkan secara makro, aspek keberlanjutan meliputi berbagai dimensi, seperti meningkatkan efisiensi sumber daya, mengurangi limbah, serta mengoptimalkan penggunaan energi dan material.

Dalam implementasi industri 4.0 memungkinkan siklus hidup produk menjadi tertutup (closed-loop product life cycles) dan simbolis industri. Siklus tersebut menciptkaan koordinasi efisien dari produk, material, energi dan air.

“Dalam konteks ini, keberlanjutan di implementasi industri 4.0 tidak hanya berfokus pada dimensi lingkungan, tetapi juga mencakup dimensi ekonomi dan sosial,” ucap Andi di Jakarta, Selasa (27/8/2024).

Sementara secara mikro, industri 4.0 membuat proses produksi dan pabrik lebih beradaptasi, ramah lingkungan, dan mendorong kesejahteraan pekerja. Selain itu industri manufaktur akan terorganisir secara desentralisasi—alokasi sumber daya lebih efisien sesuai kebutuhan yang dinamis.

Lighthouse Industri 4.0 menjadi julukan untuk perusahaan-perusahaan terpilih yang mampu memberi contoh kepada perusahaan lainnya dalam transformasi dan implementasi teknologi industri 4.0.

Teknologi tersebut berupa otomatisasi, internet of things (IoT) serta digitalisasi. Kemudian aspek keberlanjutan terdiri dari penurunan penggunaan energi, peningkatan efisiensi kerja, penurunan konsumsi bahan industri, penurunan biaya operasional dan peningkatan produktivitas. Kemenperin urun tangan menunjuk pihak yang masuk deretan Lighthouse itu. Saat ini, ada 29 Lighthouse industri 4.0 sektor manufaktur di Indonesia. “Sebagai contoh, capaian aspek sustainability pada tiga perusahaan Lighthouse Industri 4.0, yaitu PT. Indolakto, PT Akebono, PT Pupuk Kaltim, memberikan bukti bahwa implementasi teknologi industri 4.0,” pungkas Andi. (*)